Tumgik
#sajak ulang
langitdanlaut · 3 months
Text
Tumblr media
Selamat hari perpanjangan kontrak kehidupan Mungkin dari sekian banyak cuplikan luka Lautan membuatku setuju untuk datang ke dunia
Semoga tidak berumur panjang Walau sudah Lelah Tolong hilangkan niatan yang selalu aku pikirkan
Semoga selesai saat iman sedang kuat-kuatnya Saat amal sudah berani melawan dosa Saat ridhaNYA sudah siap memeluk jiwa yang penuh darah
Sekali lagi Semoga hidayah semakin banyak diberikan Agar iman semakin menguatkan diri Hingga lekas waktu berhenti Hingga sudah sesak diri
Selamat hari lahir ke dunia Semoga tidak berumur panjang Lara
Rabu, 03 Juli 2024, Pulau Merak Kecil - Banten.
96 notes · View notes
merayusemesta · 8 months
Text
1- perihal perayaan.
beberapa bulan semenjak liburan semester ini, pikiranku semakin liar, menari-nari sendiri mencari pertanyaan dan jawaban dalam diri yang terkadang ada jawab dan ada tidaknya.
kemudian terlintas dalam pikiranku tentang "hari lahir"
aku merenungi perayaan-perayaan dalam hidup, salah satunya hari lahir, hendak mengijak umur 21 semakin membuatku bertanya-tanya, apa yang sudah ku lakukan dan belum, ternyata selama ini aku kurang mencintai diriku sendiri.
ya, setelah melewati berulang kali perayaan perihal hari lahir, aku mulai menyadari bahwa aku tidak pernah merayakan diriku sendiri di perayaanku.
namun ketika seorang tiba hari lahirnya, jiwa dan pikiranku ku kerahkan kesana. aku merenung kembali perjalanan-perjalanan apa saja yang sudah ku jalani untuk mereka.
aku kumpulkan kepingan-kepingan memori, damn ternyata cintaku kepada mereka melebihi diriku sendiri. bukan berarti aku menyesali perbuatanku ke mereka, bukan begitu.
aku sangat tulus dan mengasihi mereka.
namun perjalanan- perjalanan itu seharusnya juga harus ada untuk diriku sendiri tetapi selama ini mengutamakan orang lain sementara aku dipayahkan oleh diriku sendiri.
ternyata bertahun-tahun aku kalah bertaruh, aku payah mengupayakan diriku sendiri, aku kehilangan diriku sendiri.
2 notes · View notes
herupras · 2 years
Text
Tumblr media
Apa kita semua hidup sesuai dengan yang kita mau?
Aku melarikan diri terus menerus, mengunjungi ketidakpastian dan mengakhiri hari dengan kepala yang riuh. Apakah kita hidup?
Sudah 26, impian tak kunjung nyata. Hidup adalah perasaan yang berulang, kesedihan berulang, kesepian berulang dan 6 November berulang setiap tahun.
Kosong sekali, tidak ada yang menarik hari ini. Cuaca mendung, jalanan tetap ramai, konser musik tetap berjalan dan hari berputar seperti biasanya. Apa yang harus dinikmati hari ini selain mensyukuri masih diberi tubuh yang sehat untuk melewati ketidakwarasan dunia? Oh ternyata aku bersyukur masih bisa kulihat senyummu, hahaha.
Aku sedang melihat diriku dari sisi yang penuh kesedihan. Tapi, jika dilihat dari sisi lain hidupku menyenangkan. Bekerja di rumah tidak terikat, bisa bepergian di hari kerja, memiliki teman-teman yang sungguh absurd tingkah lakunya dan cukup menyenangkan bisa melakukan itu semua.
Pada baris ini aku berdoa dengan sungguh-sungguh:
Ya Allah, terima kasih masih diberi umur sekali lagi. Doanya seperti biasa yaaa, sama seperti yang aku sering bicarakan selepas sholat magrib ituu, hehehe aamiin.
Ah syiiittt, I still need to attend.
22 notes · View notes
rhopaloccera · 1 year
Text
Tumblr media
seperti duka yang rimbun dalam jiwanya
namanya dieja sebanyak dua kali. won. woo.
won—woo.
wonwoo.
jeon; wonwoo.
dan aku mengeja cin-ta ku berkali-kali bersama detak jantung yang tidak terhitung. itu poin pertama. setidaknya kamu tau bahwa aku begitu mengasihimu, seperti aku mengasihi denyut nadiku sendiri setiap waktu. seperti aku merapalkan hidup-hidupku setiap waktu.
aku ingin kamu tahu, bahwa kamu begitu dicintai.
kita memelihara duka yang kasat di dalam jiwa. seperti kita menyadari nyala neraka ini selama ini. seperti kita meminta hujan yang gemuruh di dalam penghakiman paling nyata saat ini. di dalam neraka ini. neraka tempat kita mencari udara.
wonwoo, wonu. kita mungkin terbiasa bersedih sambil merayakan hari, tapi semoga kita lebih bahagia untuk hari ini.
wonwoo, wonu. dan meskipun kita telah tiada nanti, kita harap kita layak pula akan kesedihan dalam lantun hari-hari tanpa hadir kita terutama pada hari-hari seperti ini.
karena tak lain, di sepanjang jalan kita cuma ingin setidaknya; dicintai presensinya. karena 'cinta' tidak akan membuat kita mual kembali, soal perasaan sepi dan 'putus asa'.
karena aku melukis seperti merapalkan hantu-hantu dalam kepalaku selama ini. seperti aku merapalkan takut-takutku. seperti aku merapalkan bahwa kematian hanyalah kawan dan ia tengah bertanya bagaimana ia nanti berjalan ketika tidak ada kesedihan yang mengawal.
aku mencintai sajak itu, tentang kamu yang menyukai tangisan untukmu ketika kamu pergi. karena ada mu terasa begitu dibutuhkan, ketika kamu meneguk prasangka bahwa kamu hanya seonggok presensi yang tak lebih daripada sekedar lemah, dan ia tak punyai arti lagi.
dan itu lah, seperti terdapat duka yang rimbun dalam jiwanya. aku merayapi kehidupan perlahan-lahan, setidaknya bersama rentetan melankoli yang mengisi kosongnya selama ini. karena ketika aku benci merasa begitu sendiri, ada sejumlah presensi darimu yang mengisi itu dengan jiwa-jiwa yang selaras dalam anganku; dengan jiwa-jiwa yang rimbun akan duka; dengan jiwa-jiwa yang selalu menerka soal bentuk neraka apalagi yang terkandung dalam dunia.
aku mencintaimu dan aku juga harap suatu saat akan ada yang menemani kematianku dengan tangisan, meski itu berupa lukisan-lukisanku dan para buku tua di pojok ruanganku tertidur.
selamat ulang tahun, sayangku. terima kasih telah begitu berharga selama ini.
5 notes · View notes
didilaras · 2 years
Text
suatu hari kelak, sebelum salah satu di antara aku dan kau tersangkut maut, pada hari ulang tahun kau, ketika tidak ada pekerjaan kantor yang melarang kau cuti, aku akan mengajak kau menjadi tua renta, kemudian mengajak kau kembali menjadi anak-anak
aku akan mengajak kau menginap semalam di salah satu panti jompo, tempat orang-orang yang punya anak-anak terlalu sibuk mengejar diri sendiri dan melupakan yang lain, tempat orang-orang merasa dekat sekali dengan makam, tempat orang-orang susah payah mengingat bagaimana caranya tersenyum. di sana, aku dan kau akan membaca sajak-sajak cinta kepada mereka, dengan begitu, aku dan kau bisa membayangkan bagaimana kelak kalau aku dan kau tua. bagaimana rasanya berjalan-jalan di tepi jurang maut
besoknya, aku  akan membuat sepasang layang-layang. aku akan mengajak kau ke padang lapang. jika aku susah menemukan padang, aku dan kau akan memanjat ke atap gedung yang menyerupai tanah lapang di mana seseorang entah siapa sering memarkir pesawat. di sana, aku dan kau akan bermain layang-layang hingga puas. mungkin aku dan kau sepasang tubuh dewasa yang tidak lagi memiliki jiwa anak-anak. siapa tahu layang-layang menerbangkan aku dan kau kembali ke masa kecil, ketika senja masih bening, ketika pohon-pohon masih hijau, ketika cinta belum terlalu rumit untuk dipahami.
Cinta Yang Marah - Aan Mansyur (@hurufkecil)
11 notes · View notes
fikramlolahi15 · 1 year
Text
𝗞𝗔𝗨, 𝗦𝗘𝗗𝗘𝗥𝗛𝗔𝗡𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗜𝗦𝗧𝗜𝗠𝗘𝗪𝗔 ✍️
Hari ini,.
Riwayatmu melampaui seluruh hikayat dari cinta pertama setiap kita, meski tak bisa di ulang, sejarah punya cara untuk dikenang, dituturkan, karenanya sengaja diramu-dirawat.
Ada begitu banyak kejutan yang dahulu kau tinggalkan.
Sejauh ini, masih ku selipkan cerita-cerita itu, utuh di dalam dada. Ia hidup, terus memekar di relung jiwa, tertambat cukup kuat ditepi ingatan. Jadi nyala atas gelap yang pernah kita jamah.
Aku belajar menafsirkan jejak, menapak cerita ditengah rinai. Sekuat diri-mampu, ingin melepas pasung, membuka belenggu, tapi jiwa punya kuasa apa?
Sementara, kau adalah bayang atas diriku.
Ada rindu yang termanifestasi dalam hakekat. Bagimana bisa kita saling lepas jika itu yang selalu dikenang.
Aku hanya penghafal luka sejarah, yang tak bisa berbuat banyak apa, jika kamu yang jadi pelakunya.
Hari ini
Aku belajar dari luka, dari sunyi, dari rupa tak berdaya. Dari gemuruh. Sendiri saja tidak cukup. Seperti Adam berteman Hawa.
Jika jauh bertukar-kabar, jika dekat kita berbagi salam, meskipun dititik paling rendah seperti ini. Kau masih melebarkan senyum diantara banyak duri yang menancap kaki.
Kau, sederhana yang istimewa.
Sejak duka yang menetap di hidupku, kau telah banyak kehilangan hak untuk bahagia, menguras hari, tersita waktu untuk sekedar menata hati.
Hari ini, esok dan seterusnya
Kau bertahan menggenggam harap bahwa pulih itu bukan hal yang mustahil selama dedoa dilangitkan dan usaha dibumikan.
Aku. Berdiri membelakangi, walau ada lelah yang tersisa di penghujung hari ☯
#Coretantetelawas
#Motivasi #Inspirasi #Quotes #Katabijak #Nasihat #kehidupan #sajak #puisi
Picture by Google
Tumblr media
3 notes · View notes
taradupont · 2 years
Text
When we were young
sekali lagi aku sengaja melihat foto ini, masih ingat siang itu diam-diam aku mengambil gambar kita di kota yang jadi begitu rame dan panas. yang tidak kuingat dengan jelas hanyalah nama jalan yang kita lewati bersama sepeda motor matic punya temanmu.
Tumblr media
kalau tahu jadi begini, aku akan banyak mengambil fotomu, atau foto kita berdua untuk kusimpan sebagai memori menyenangkan masa muda. kita tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu, bahkan dalam enam tahun yang masih membuatku canggung dan deg-degan waktu melihatmu secara langsung. tidak banyak juga kesempatanku meminta kamu untuk mengabadikan momen kita berdua.
entah saat itu aku begitu malu-malu, atau kita sedang menjaga prinsip yang kita miliki masing-masing.
kita bahkan tidak pernah saling berpegangan tangan seperti pasangan lain yang sedang jalan santai di hari bebas kendaraan bermotor setiap minggu pagi. kita juga tidak seperti pasangan yang sedang berpelukan di lorong depan kereta api saat kau mengantarkanku pulang. sebagai gantinya, kau membelikanku dua bungkus roti yang aromanya khas kita jumpai tiap berada di sekitar stasiun. satu untuk pengganjal sebelum makan siangku, lainnya untuk temanku yang kebetulan ikut bersamaku pulang. tanganmu kemudian membuat gestur mengepal untuk bersalaman dengan ujung-ujung jariku yang juga sudah membuat kepalan tangan, sebagai tanda lambaian sampai jumpa
gestur tangan yang belakangan selalu kurindukan.
kita bukannya tidak mau melakukan berbagai kegiatan normal yang dilakukan pasangan muda mudi pada umumnya. tapi entahlah, kita berdua mungkin begitu menghormati aturan yang kita punya bahkan tanpa kita ucapkan sama sekali
meskipun begitu, rasanya aku bisa selalu merasakan kehangatanmu dalam setiap kejutan manis berbentuk sikap atau barang-barang yang bagi orang lain akan tampak biasa-biasa aja. bayangkan, betapa menggemaskannya gambar yang kau kirim dengan secarik notes keterangan yang tampak buru-buru kau tulis untukku. atau saat kau tiba-tiba membuatku kebingungan soal nama ibu guru yang ditangkap polisi dan ternyata dia hanyalah karakter fiksi dalam serial spongebob; Ny. Puff. aku bisa merasakan kehangatanmu waktu kau sengaja menitipkan kopi dalam mug cantik pada entah siapa yang akhirnya sampai ke tanganku di dalam kelas lantai tiga. aku tertawa keras sekali ketika itu, geli sekaligus senang melihat caramu membuatku terkesan. karena aku tau, yang kau lakukan hanyalah ingin mengucapkan selamat pada hari ulang tahunku, bukan dengan tujuan agar aku menghabiskan kopinya. aku nggak bisa berhenti tersenyum waktu teman lain memberitahuku soal "sajak untuk lima belas juli". ternyata kejutanmu untukku pada hari itu nggak berakhir di kopi manis dalam mug oranye.
ada banyak sekali kehangatan yang aku rasakan tanpa harus memelukmu (meski aku ingin sekali). soal kesediaan waktumu setiap aku membutuhkan, atau tentang beberapa notes yang kau sisipkan dalam buku-buku tebal di rak lemariku dan gelang cantik yang kau buat sendiri untukku.
aku mungkin terlalu menganggap semuanya serius. boleh jadi, kau merasakan yang sama. kita berdua bahkan rajin membuat permohonan pada Tuhan untuk diberikan yang terbaik, dimudahkan segala urusan jika memang jalannya. apapun yang kita berdua bangun ketika itu bukan sesuatu yang untuk hari itu saja. tapi ternyata setelah sekian tahun berganti, keadaan yang berubah, dan segala alasan lain yang tidak kuketahui membuatmu merasa berpisah adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua
aku mungkin pernah marah dan kecewa karena rasanya seperti membuang-buang waktu. semua nggak berguna, investasi yang sungguh sia-sia. rasanya, mana mungkin jatuh cinta untuk kedua kali. marah karena artinya, aku harus memulai semuanya dari awal. menyembuhkan luka, bertemu orang baru, yang bagian tidak menyenangkannya adalah akan susah kurasa cukup karena nggak bakal ada yang sama sepertimu. Padahal, semua orang punya sisi hangatnya masing-masing. aku marah karena percuma aku bertemu denganmu, untuk apa punya perasaan demikian dalam kalau ujungnya tidak berhasil kujaga sampai akhir? untuk apa kenal dengan seseorang yang bukan jodohku?
tapi kalau diingat-ingat lagi, bukannya ini adalah pengalaman yang menyenangkan? betapa beruntungnya aku bisa mengenal bahkan punya kesempatan mencintaimu. betapa bahagianya sebagian masa mudaku ditemani kamu. masa-masa naif belasan tahun hingga saat semua urusan menjadi semakin banyak dan serius ketika menjadi pelajar di perguruan tinggi. membuat banyak keputusan dengan melibatkanmu waktu aku ketemu pertimbangan-pertimbangan.
bahkan definisiku tentang jodoh juga sudah berubah, Rama:
aku yang dulu mengartikannya sebagai "seseorang yang dipilihkan Tuhan dan yang pada akhirnya akan kunikahi", berganti menjadi "siapapun yang kutemui dan kemudian kucintai".
aku tidak pernah keliru membuka pintu untukmu tujuh tahun yang lalu. keputusanmu untuk mengakhiri semuanya juga bukan sesuatu yang bisa disalahkan. mungkin, memang beginilah akhirnya, ada yang beruntung diberikan masa berjodoh hingga tutup usia, ada jga yang sepertiku.
sampai kapanpun, kau tetap jodohku. hanya saja, masa berjodoh kita sudah berakhir.
sempatkan istirahat dan makan yang teratur ya Rama. jagna lupa minum air. semoga selalu jadi orang yang beruntung.
semoga, aku yang sekarang juga bisa lapang menjalani hidup tanpamu, dan tanpa penjelasan apa-apa tentang keputusanmu menyelesaikan cerita kita.
Sekali lagi,
Semoga kita berdua bahagia dan menemukan bahagia yang lain. Aamiin.
8 notes · View notes
dinikhsanudin · 1 year
Text
Tumblr media
Putih Abu-Abu
Di sudut ruang kelas aku pernah menulis satu catatan. Sebuah catatan yang kusimpan rapi di ruang imajinasi. Ruang yang tanpa sengaja aku ciptakan sendiri, di mana sisi jendela-jendelanya tercipta dari sinar mentari pagi dan daun pintunya terbentuk atas raut merekah senja sore hari. Aku percaya kelak suatu hari nanti catatan itu akan kubaca kembali.
 
Aku masih ingat raut wajah orang-orang yang berjasa. Yang pernah mengajarkan cara membaca, cara melihat, cara mendengar, sebelum seutuhnya menilai. Setiap helaian makna yang kutulis kala itu adalah garis cahaya yang akan mengantarkan pada suatu tempat yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Mereka pernah mengatakan "Bermimpilah setinggi langit, gapailah bintang-bintang dan jadilah kejora yang bersinar terang". Begitulah kurang lebih suara yang ditangkap oleh daun telinga yang bahkan hingga saat ini masih menggema hingga ke dasar dada.
 
Selang satu dasawarsa berlalu, kurasa aku masih di tempat biasa. Entah apakah karena aku yang tak pandai berlari, atau terlalu nyaman berdamai di tepi, atau mungkin aku yang kurang pandai mensyukuri.
 
Tuan, tolonglah aku bagaimana cara keluar dari satu titik ini.
 
Berkali-kali aku menghitung lelah, bahkan kini aku telah lebih pandai dari bunga-bunga letih yang tertiup angin, batu karang yang dihempas sang ombak, dan pecahan-pecahan kaca yang tak bisa terangkai utuh kembali. Aku pernah merasakan sesaknya patah, pedihnya luka, dan jenuhnya menunggu.
 
Tentu, atau barangkali, di dekat pohon genus Picea yang kupandangi setiap pagi waktu itu kini masih menyimpan banyak cerita yang singgah sementara atau sebaliknya tumbuh menjadi kenangan selamanya. Dari setiap corak yang mewarnai tangga lalu turun sejenak pada sebuah tempat hamparan di mana kita sama-sama berdiri menatap mimpi. Seperti cerita tentang Peri yang pernah aku tulis di lain hari, aku masih di sini mencoba berdiri sendiri.
 
Bola-bola kecil yang kusentuh, papan hitam putih yang selalu diam kemudian tertawa, dan para kursi tempat duduk yang pandai mendongeng, menjadi pengiring cerita di kala hujan jatuh di bawah sinar matahari. Terik panasnya pernah reda ketika sempat kupandangi sejenak. Elok dan indah wajahnya menyadarkanku jika aku tak sepantasnya tak sadar diri.
 
Jika kuputar kembali dahulu kita pernah beramai-ramai bermalam sepi di tempat ini, berhiaskan hangat api yang menyala dan mendengar cerita-cerita yang membuat kita sama-sama tertawa. Berjalan melintasi keheningan, menanti sang fajar, dan menenggelamkan wajah ke dalam dinginnya udara di gerbang mentari.
 
Aku menjadi manusia aneh yang duduk terdiam di sudut jendela. Memandangi lalu lalang, dan sesekali menyendiri untuk membaca ulang sajak di tempat di mana buku-buku rahasia itu disandarkan.
Kita selalu memiliki kisah masing-masing yang dibalut sesal. Namun aku menyadari dari sanalah kita tumbuh dewasa.
 
Kali ini aku tidak banyak bercerita tentang kepedihan, hanya seikat bunga yang kuletakan di tepi barisan kata. Tidak banyak yang tahu.
 
Di akhir kata, aku ingin membaca ulang kembali catatan kecil yang kutulis tepat di  Sabtu malam. Ketika keheningan membawa malam menjadi tumbuh, tumpukan doa-doa yang jatuh, bintang-bintang sedang ramai bercerita, dan sang bulan yang sedang cantik-cantiknya, sepertimu.
 
Putih Abu-Abu
 
Tanpa sengaja kita bertemu
Bersama saling melengkapi
Menyatukan serpihan menjadi sebuah cerita
Tak terasa
Kini tiba waktunya mengetuk pintu masa depan
Suatu saat nanti kita akan punya kehidupan masing-masing
Dan semua ini akan menjadi bingkai kenangan di masa tua
Sampai jumpa, kawan
 
(Mei 2012)
 
- d.i -
3 notes · View notes
lailatulhaq-blog · 2 years
Text
In My Way - Menuju Kesempurnaan (1)
Sebuah sequel dari cerpen On My Way yang bisa dibaca pada https://www.instagram.com/lailatulhaq_/
------------------------------------------------------------------------------
“Akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Dua tahun sudah Kirana bekerja sebagai penulis di suatu lembaga penerbitan. Meskipun baru satu buku yang berhasil diterbitkan, tak pernah terbayangkan jika sebuah kebiasaan yang terbangun sejak kecil bisa membawanya masuk ke dalam dunia profesional kepenulisan. Semua bermula saat dia menginjak usia yang ke sembilan. Kirana mendapatkan kado ulang tahun dari sang Ibu berupa buku harian.
“Kamu bisa menceritakan kegiatan sehari-hari, segala hal yang terjadi, dan apa yang kamu rasakan di buku ini Rana. Apapun yang kamu pikirkan dan kamu rasakan, biasakan untuk menjadikannya sebuah tulisan ya.” Pesan sang Ibu yang secara tidak sadar tersimpan dengan baik di rekaman alam bawah sadarnya.
Selama 16 tahun terakhir dalam hidupnya, menulis adalah kebiasaan yang senantiasa menemani hari-harinya. Hampir tidak pernah Kirana melewatkannya. Terkadang yang ditulisnya adalah sebuah sajak, puisi, atau sekedar curahan hati singkat sebagai bentuk keluh kesahnya. Namun seiring bertambahnya usia, Kirana mulai berani untuk mengubah kisahnya menjadi sebuah cerita yang kemudian dia unggah ke media sosialnya. Tepatnya pada sebuah akun yang tidak pernah dia buka identitas asli penulisnya.
Keinginan untuk menulis cerita pendek pada awalnya muncul setelah Kirana mendapatkan pujian dari Bu Kika, gurunya saat SMA. Padahal dia menulis cerita pertamanya saat kelas 12 hanya untuk menyelesaikan ujian prakteknya. Itu pun ceritanya dia ambil dari curhatan di buku hariannya, yang tentu dia elaborasi lebih dulu agar tidak terlihat sebagai sebuah kisah nyata. Tapi apreasiasi dari Bu Kika berupa nilai tertinggi pada ujian praktek Bahasa Indonesia, membuatnya ingin kembali mencoba. Hingga tanpa sadar Kirana sudah menghasilkan begitu banyak cerita, meski hal ini hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya saja.
Hari ini Kirana diminta untuk mengisi sebuah acara seminar kepenulisan yang diselenggarakan oleh kantor penerbitannya yang berada di Yogyakarta. Dia memutuskan untuk pergi menggunakan kereta. Perjalanan Surakarta (Solo) – Yogyakarta sudah sering ditempuhnya minimal dua bulan sekali apabila ada kebutuhan untuk datang ke kantornya. Seorang penulis memang bisa bekerja di mana saja, tapi tentu dia tetap punya kewajiban untuk hadir pada saat ada pembahasan terkait pencetakan dan penerbitan bukunya.
“Hai Kirana, ternyata kamu sudah tiba. Bagaimana perjalananmu di kereta?”
“Aman Mba Rara, seperti biasa.”
“Baiklah, silahkan bersiap dulu ya, setelah itu kita pengarahan di aula.”
“Siap Mba, aku duluan masuk ya.” 
Rara Samitha, editor buku pertama Kirana yang sudah bekerja 5 tahun di Bentang Pustaka. Lebih tepatnya bekerja di bawah Mba Farida Nur Latifa, Pemimpin Redaksi yang merupakan kakak Hisyam satu-satunya. Mba Farida yang tanpa Kirana tahu sudah membaca semua ceritanya yang ada di media sosial dengan mode invisible selama 4 tahun lamanya. Ini semua terjadi karena Hisyam dengan ringannya membeberkan semua cerita Kirana kepada kakaknya. Hanya karena agenda pertama Kirana di Solo dua tahun lalu membuatnya tidak sengaja bertemu dengan Hisyam, teman SMA nya yang mengetahui bahwa Kirana jago menulis dari Bu Kika. Tentu saja teman-temannya tahu dan langsung menyematkan identitas penulis kepada Kirana karena pujian dan pengumuman nilai tertinggi saat itu disebutkan Bu Kika di depan kelas mereka. Hisyam juga begitu antusias dan memaksa Kirana untuk menunjukkan karya-karyanya saat dua tahun lalu mereka bertemu di taman kota.
“Apa yang menjadi motivasi Anda untuk berprofesi sebagai penulis dan masuk ke dalam industri kepenulisan? Selain karena faktor utamanya adalah kebiasaan Anda sejak kecil yang suka menulis di buku harian.” Moderator dari tim Bentang mulai mengajukan pertanyaan. Seminar kali ini memang dirancang untuk bisa menginspirasi para peserta dan meningkatkan minat mereka terhadap dunia kepenulisan.
“Pada dasarnya setiap manusia itu dianugerahi kemampuan untuk berpikir oleh Tuhan. Setiap pikiran manusia itu unik sehingga bisa memunculkan berbagai macam pandangan. Ketika membuat sebuah karya tulisan, tentu saya tidak hanya menghadirkan perspektif saya sendirian. Kita semua tahu dalam menulis dibutuhkan riset yang mendalam. Proses riset itu terasa sangat menyenangkan. Saya bisa berdiskusi banyak hal dengan banyak orang dan memahami bagaimana mereka menyikapi suatu persoalan. Bisa belajar dari pengalaman, keberhasilan, bahkan kesalahan mereka dalam kehidupan. Tentu ini semua dilakukan setelah saya tahu tahapan apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah tulisan.”
“Setelah itu, saya sangat senang ketika bisa membagikan pandangan-pandangan yang saya dapatkan tersebut kepada lebih banyak orang. Merangkainya dalam suatu cerita fiksi dengan menyamarkan tokoh asli dalam cerita dan juga dengan mengaburkan latar belakang. Tetapi meskipun begitu, para pembaca tetap bisa mengambil pelajaran yang saya siratkan dalam sebuah alur cerita panjang.” Kirana menyampaikan alasan yang pada akhirnya membuat dia bertahan dengan profesinya sekarang.
“Mba Kirana, Anda itu kan sarjana administrasi bisnis bukan sastra. Apakah tidak merasa sia-sia dengan semua ilmu yang sudah Anda punya? Apa pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjadi penulis yang maaf secara stigma adalah pekerjaan yang kurang sejahtera,” seru seorang mahasiswi yang menggunakan almamater kampusnya setelah dipersilahkan untuk bertanya.
“Aku percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dengan apa yang sebelumnya sudah ditakdirkan untuk kita. Kalaupun kita merasa sudah salah memilih jalan pada kehidupan sebelumnya, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil untuk menjadi bekal di perjalanan selanjutnya. Menjadi penulis tidak pernah ada dalam rencana perjalanan saya. Tapi secara tidak sadar saya sudah mempersiapkan bekal untuk berjalan kearahnya. Kebiasaan menulis sejak kecil yang memang ditanamkan oleh Ibu saya. Setelah menjalaninya, tidak ada yang salah karena tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya. Perjalanan sebelumnya malah menjadi ide awal untuk saya membuat buku pertama. Objek riset saya diawali dengan diri saya sendiri dan hal ini mempermudah saya dalam merancang premis cerita. Tapi tentu saya tidak berhenti untuk terus menggali maksud Tuhan membukakan pintu ini bagi saya. Selama kita tidak berhenti untuk terus mencari tahu dan merefleksikan perjalanan hidup kita, pasti akan tiba waktunya, dimana kita akan menemukan jalan yang tepat untuk kita bermuara.”
Tidak ada yang tahu bahwa Kirana mengalami pergolakan batin yang cukup kuat saat diterima sebagai salah satu penulis di Bentang Pustaka. Cerita yang dibuatnya selama ini merupakan modal awal untuk bisa menerbitkan buku melalui Bentang menurut Mba Farida. Di satu sisi Kirana merasa bahagia karena pada akhirnya dia bisa bekerja. Namun di sisi lain dia merasa belum punya alasan kuat untuk terjun di dunia yang jauh berbeda dengan latar belakang pendidikannya. Seperti pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang mahasiswi di acara seminar kepenulisan Bentang Pustaka, Kirana juga sempat ragu terhadap pendapatan seorang penulis apakah bisa menghidupi kebutuhannya atau tidak. Tapi karena pekerjaan yang ditawarkan Mba Farida melalui Hisyam saat itu adalah satu-satunya jalan yang terbuka, dia terus meyakinkan dirinya untuk mencoba dan berusaha. Sampai akhirnya Kirana mulai menikmati prosesnya. Sembari melakukan refleksi terus menerus untuk mengetahui apa yang dia inginkan sebenarnya. Bentuk kesuksesan seperti apa yang ingin dia raih di kehidupannya. Lebih jauhnya lagi Kirana selalu memikirkan hakikat penciptaan Tuhan akan dirinya.
Bersambung..
5 notes · View notes
siputritidur · 1 month
Text
Hi!
hai, apakabar? sudah berdebu mungkin ya platform ini
setelah sekian tahun lupa bahwa aku punya akun ini untuk berbagi cerita
bagaimana rasanya kembali melihat draft lama yang akhirnya terbaca ulang dan merasakan kembali emosi saat itu?
lucu yaa, akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan beberapa tulisan sebelumnya menjadi "private", biarkan itu menjadi memori ku sendiri
ternyata dulu aku banyak bercerita dan menulis
mungkin aku pernah minat dibidang tulisan, aku menyukai sajak-sajak indah bahkan diksi yang ku tulis seolah mendramatisir suatu kejadian
aku bersyukur ketika membuka akun ini kembali
ternyata sudah banyak yang aku lalui ya
terimakasih sudah berdamai dengan semua keadaan
mari terus membuat cerita indah di masa depan
0 notes
langitdanlaut · 2 months
Text
Sempat kupertanyakan Kemana perginya doa-doa yang kupanjatkan Apakah tenggelam di lautan dosa Ataukah memang tak ada kesempatan nyawa Tak juga kudapatkan jawaban Ragu dipenuhi sendu menyelimuti kalbu Sepertiga malam yang syahdu berubah abu
Disedikitnya imanku Masih tak tahu malu mengepal amarah Mencaci maki akan hidup yang penuh luka Padahal sujud saja masih penuh malas Setan masih gemar bersanding Mengatur jadwal kesibukkan di sela kewajiban Sungguh keparat Kubentak diriku sendiri di depan cermin retak
Lalu apa yang kucari Kenikmatan apa yang hendak kutimbun Entah akupun bingung mencarinya Seakan tugasku banyak Padahal hanya Ibadah Namun memang tak mudah Iman berjalan dengan ujian dan godaan Lucunya umur yang sudah tua Masih saja sulit mengatur makna Padahal sudah tahu jalannya
51 notes · View notes
topibiru · 5 months
Text
Menyangkal.
Ini adalah tuisan yang mendampingi sajak 366 Hari Bersajak - 20. Pasal Teringat di novelbydyah
----
Aku punya ketidaknyamanan dari orang terdekat yang suka bercerita sesuatu yang tidak ada/merubah kejadian yang terjadi. Kalau aku beritahu bahwa ceritanya tidak benar, itu akan menjatuhkan marwahnya. Jadi, aku sering membiarkan jika ada orang yang mengarang-ngarang cerita didepanku.
Karenanya, aku suka menyangkal (denial) hal yang terlalu utopia dalam hidup. Kadang ketika aku menuliskan kejadian lucu di blog utama, ada komentar yang seolah meragukan apakah itu benar-benar terjadi? 
Dari kecil juga sering sekali ayahku memintaku jangan mengarang-ngarang cerita. Kerap kali dikatakan berbohong, dan pada akhirnya jadi berbohong karena takut dimarahi. Dengan dalih Ayahku selalu tau kapan aku berbohong atau tidak karena ia seorang guru yang sudah lama mengabdi dan mendidik murid-muridnya.
memori buruk ini menjadikan ku harus merilis emosi dengan lebih rumit, memikirkan sebenarnya kejadian itu benar ada atau tidak. Aku pernah dimarahi karena menggunting singlet dan kasur orangtuaku. Anehnya, aku tidak punya ingatan kenapa aku melakukan itu.
Itulah kenapa aku selalu senang mendengarkan cerita anak-anak yang terdengar tidak masuk akal tapi aku takkan menyela imajinasi mereka. karena pikiran polos itu belum punya banyak prespektif nyata sehingga mereka punya gambaran sendiri dalam mengkiaskan sesuatu. Mungkin dimata kita api kompor terlihat kecil, tapi di mata anak tiga tahun dengan tinggi badan lebih rendah dari wastafel, bukankah masuk akal jika dia mengatakan ada naga biru di dapur?
Suatu ketika, aku pernah sholat sampai dua kali karena ayahku tidak percaya aku sudah sholat. Ku akui, aku sholat dengan cepat karena saat itu aku baru belajar mana yang menjadi rukun wajib dan mana yang sunah dalam sholat. Tentu saja kalau itu rukun wajib, bagaimana tidak sholat menjadi cepat selesai? bahkan aku tidak berdzikir usai sholat kala itu. Namun, itu menjadikan ku sering lupa apakah sudah sholat atau belum. atau juga lupa rakaat. Biasanya, aku jadi melebihkan rakaat atau sholat kembali karena bingung sebenarnya sudah atau belum? (itu kenapa aku sering sujud sahwi)
Ini menjadi semakin sulit dalam dunia asmara. Jika tidak ada bukti nyata tulisan, sms, video atau foto, maka aku akan menyangkal bahwa hal itu pernah terjadi. no pic hoax seolah terpatri lekat dalam cara berpikirku. Itu kenapa setiap kali aku reunian dnegan teman SD - SMA, mereka suka aneh kenapa aku banyak sekali tidak mengingat momen yang terjadi. Karena aku memang hanya bisa ingat kalau ada buktinya.
bahkan seorang teman SD ku risih sekali setiap kali ia bercerita aku akan crosscheck ulang informasinya di google. Terlihat betul aku tidak percaya dengan ucapannya. Padahal, dengan aku mengetikkan hal itu, ada historis yang tersimpan dan aku jadi ingat bahwa benar kami pernah mengobrolkan hal itu.
Sewaktu SMA, aku menulis kan seseorang yang aku sukai di blog utama. Layaknya diary, aku menuliskan tentang dia tepat saat itu baru terjadi. Sehingga aku tidak punya penyangkalan dari diri sendiri. Sementara di tumblr ini, aku menulis kisah-kisah lucu dari sahabat ku yang beda agama dan aku suka karena persahabatan kami sangat dekat saat itu. Aku tidak bisa menuliskannya di diari fisik kala itu karena selain rawan terbaca oleh orang rumah, aku juga punya memori jelek tentang diari fisik ini.
Jika kakakku menulis diari dengan rutin dan bebas (aku membaca semuanya, tapi aku tidak tau apakah ibuku membaca diari kakakku atau tidak), aku dipaksa menulis dalam diari itu setiap ada kelakuanku yang buruk. Ayahku memaksa ku mengambil diari cantik itu untuk menulis "hari ini pembagian rapor kenaikan kelas 3 SD dan aku rangking 13 karena malas belajar. Aku berjanji akan rajin belajar di semester berikutnya." atau "Aku dimarahi karena meniru tanda tangan orangtua di kertas ulangan matematika, aku berjanji tidak akan mengulangi hal ini." dan sejenisnya yang membuatku mual setiap kali membuka diari. Bukannya intropeksi, aku menutup rapat-rapat dan tak pernah menulis diari fisik itu lagi. Oh iya, setiap kali aku disuruh menulis itu, ayahku akan memeriksa apakah aku sudah jujur dalam tulisan itu agar menjadi pengingat dikemudian hari. hal ini semakin membuatku terbiasa melupakan kesalahan sendiri karena mual saat menyadarinya.
tapi kenapa aku tiba-tiba menuliskan tentang ini? jadi aku sedang dalam pergulatan setelah melakukan pemblokiran sepihak kepada seorang temanku. Dia lawan jenis. Saat sekolah di SMA dulu, aku sama sekali tidak punya perhatian ataupun ada pikiran menyukainya. Wajar saja, saat itu ada abang-abang kuliahan yang memberikan perhatian jelas kepadaku (hal ini aku tidak denial karena chatnya dulu ada banyak, meski sekarang sudah ku hapus karena ia sudah menikah), aku menyukai terang-terangan cowok yang aku tulis di blog utama karena wajahnya spek anime (dia kesal sekali dengan sikapku yang keterlaluan melakukan tarik ulur, sampai saat di perpisahan kelas tiga ia menanyai sebenarnya perasaanku ke dia itu bagaimana, jawabanku cukup jahat, yaitu, dia hanya objek yang aku manfaatkan saat menulis novel), dan juga aku sering bersama dengan sahabatku yang beda agama itu.
Bagaimana mungkin aku mengingat interaksi tak menarik dari ketua rohis yang pacaran dengan adek kelas cantik lalu membuat drama ala korea di depan gerbang sekolah? sudah, hanya itu ingatanku tentangnya di sekolah. Namun ada ingatanku tentangnya yang mengatakan 'nikah yuk' kepadaku saat di SMA. Aku ragu antara itu sebenarnya ada atau tidak, karena sepertinya dia juga enggak ingat.
Selama kuliah, interaksi yang aku ingat hanya aku pernah mengantar gambaran yang aku buat kepadanya, karena dia minta setelah aku posting ke instagram. Terus, dia pernah mengajakku ke MTQ 2017 dan aku mengiyakan itu karena lokasinya dekat sekali dari rumahku. Aku kurang ingat apakah saat itu kami membeli jajanan, atau sesuatu, aku hanya ingat dia memfotoku saat itu, karena itu ada dalam galeriku. 2018, kami bertemu disalah satu acara kominfo dan kembali foto bersama. Terus.. pernah beli milo darinya dimasa covid karena aku suka sekali dengan milo dan saat itu keluargaku di malaysia tidak bisa mengirimkan milo. Menjenguknya saat kakinya baru operasi. Aku rasa hanya itu yang kuingat, lagi, itupun karena ada chat dan foto.
Lalu... saat hype sherina, ia minta aku menemaninya nonton. Karena itu sherina, dan aku sudah 3 kali menontonnya, aku merasa biasa saja untuk menonton keempat kalinya dengan dia. Pas pula suntuk sekali setelah seharian menulis di kampus. Cuma aku menyesal saat itu, aku merasa tidak dihargai karena umumnya kalau aku jalan sama temanku yang lain, setelah nonton kami makan. Apakah dia berpikir aku harusnya membelikan popcorn? tapi saat itu aku masih radang tenggorakan. Bahkan aku terpaksa meminum lemon tea penuh dengan ice cube yang ia belikan. Saat kami bertemu sebelum masuk bioskop ia juga sedang makan roti karena lapar, tentu dalam pikiranku setelah nonton aku gantian mentraktirnya kan? eh, dengan alasan besok ia kembali berangkat ke tempat kerjanya, dia ingin makan dengan keluarganya. Lagipula dia masih sakit lehernya. Sudah, aku pulang tanpa kepikiran apapun. Sesampai dirumah, aku meng-charge hape ku yang lowbatt dan me-WA dia, mengucapkan terimakasih dan titip salam untuk orangtuanya. Ya aku pernah menjenguk dia, jumpa dengan ayah ibunya, makan dirumahnya masa aku gak punya etika sekedar salam kepada orangtuanya temanku? Tapi apa balasan dia? "aduh gimana ya menyampaikannya, susah nih."
Aku terpukul saat itu. Seolah kenangan buruk saat aku di'lepas' begitu saja sama si abang-abang kuliahan itu terulang kembali. Akhirnya, aku ceritakan ini kepada gengku, Nurul, Bia, Cut dan Marina. Nurul menceritakan dia yang minta dikenalkan sama temannya nurul lalu 'ghosting', dan Marina yang sangat menentang kalau aku punya hubungan lebih dari teman dengan dia. Akhirnya, dari pada aku kepikiran, aku memblokir dia di semua hal, WA, IG dan Twitter. Daripada aku malah rawan mulai memupuk perasaan? lebih baik sejak awal aku hentikan kemungkinan itu.
Tapi sebenarnya, ia tidak seburuk itu. Terlepas dari sikapnya yang aneh, aku pun lebih aneh, siapa yang ada perasaan sama aku pasti kebingungan karena aku begitu friendly pada siapapun, sehingga mereka mengaggap bahwa sikap baik ku bukanlah hal istimewa, yah itu benar, memang aku berusaha bersikap baik pada semua makhluk sebisaku.
Dia tidak merokok, dia sesuku denganku, rumahnya tak jauh dari rumahku, dia ikut pernah menjadi kader di jurusannya. Sebenarnya secara visi misi aku melihatnya kami sama. Untuk keuarganya dia aku tidak tau apakah punya kriteria tinggi untuk menantu mereka. Tapi kalau dari keluarga besarku, pasti akan sangat welcome. Eh kalau ke Ayah Ibuku masih agak tricky sih, karena dia bukan orang yang pernah datang kerumah ku. hahaha.
Sampai sekarang aku tidak terlalu ambisius dalam membangun karir karena aku mempersiapkan diri untuk ikut dengan suami. aku banyak mengasah skill yang memungkinkan aku kerja dari rumah nantinya atau mengajar saja di kampus karena aku tidak mau jika punya anak harus meninggalkan anakku pada pengasuh seperti yang ibuku lakukan dulu. Tapi sepertinya orang-orang memandangku berbeda, cewek indpenden, keras kepala dan terlalu pilih-pilih pasangan. tidak salah, namun yang tidak sekaku itu juga aku menjalani kehidupan.
Dibalik kasus aku memblokirnya, aku pikir dia kan tau rumahku dimana, dia tau aku punya blog, dia bisa bertanya kepada temanku, tapi dia tidak ada usaha mendekatiku. Jadi aku ya sudah anggap memang bukan dia. dan saat ramadhan kemarin aku juga sudah membuka seluruh blokirannya kok, tapi tidak dihubungi juga. Berarti dia memahami kalau aku memutus hubungan kan? tidak ada usaha memang.
Sudah gitu aja. Semakin aku rilis semakin banyak trauma masa kecil yang muncul ya. Cuma gimana ya biar ingatanku kuat dan aku tidak ragu tercampur-campur? apa harus ke psikater ya?
Untunglah orangtuaku sprtif dalam hal ini, sehingga aku lebih tenang untuk membentuk diri menjadi karakter lebih baik kedepannya. Amin.
0 notes
nisintears · 7 months
Text
Himpunan aksara ini dirajut pada tanggal 01 Agustus 2021 untuk merayakan hari kelahiran satu putra Adam dengan penuh bungah. Seluruh sebab tentangnya pantas untuk dipestakan, bahkan oleh setitik kerdil tak kasat mata—sepertiku.
Singkatnya, sajak-sajak ini bersemi sebagai perwujudan rindu di jam 7 malam
Mengadu kisah pada alam
Tentang seorang anak adam dengan rupa yang cendayam
Dengan beragam perasaan yang bersemayam, membalut raga yang sempat usam
Menghangatkan jiwa-jiwa yang muram, bak esensi sebuah tuam
Singkatnya, kerinduan akan sosoknya yang mendalam, selalu melingkari diri
Irasnya yang berseri-seri, senyumnya yang terpatri, dan kelihaiannya dalam menari
Menarik semua duri yang tertancap dalam diri
Menjadi sebuah mentari, dan akan menyinari segenap naluri yang membutuhkan sumber energi dalam menjalani hari
Kusebut ia rindu, yang selalu kutunggu kala hati sedang sendu
Kusebut ia rindu, yang ketika diri beradu rasanya legit seperti madu
Tak perlu menjadi kokain atau kafein untuk membuatku candu
Cukup bertandu pada suaranya yang syahdu
Si rindu ini bernama Ahn Seongmin
Namanya selalu menyelinap dalam setiap Amin
Berharap tak ada satupun lara yang berpilin, jika Tuhan memberi izin
Meski banyak yang berucap ia terlihat dingin, namun aku yakin..
Ia akan selalu menjadi vitamin yang menyejukkan hati layaknya hembusan angin
Tekadnya ibarat api unggun yang berkorbar dengan anggun
Biarpun semua orang meranyun, suara semangatnya teguh bertalun
Kedewasaan sukma yang bersilir-silir ia bangun, akan menimbun segala apapun yang meracun
Kusorakkan sebuah berita pada daun yang mengembun,
"Hey, si rindu ini sedang berulang tahun!"
Selamat ulang tahun, karya cipta Tuhan paling jelita!
Terima kasih ya, telah menjadi rangkaian kata yang bertinta sukacita
Menjadi pemeran utama bagai amarta dalam setiap sudut cerita
Menjadi suar berpijar yang menerangi bilik semesta yang gegap gempita
Dengan segenap talenta, jangan biarkan barang satu detikpun dirimu menderita
Karena walau kau berpentas tanpa terlihat satupun mata, dirimu tetap bermahkota
Sekali lagi, selamat ulang tahun.. Cinta!
0 notes
lavienbleuuu · 8 months
Text
Lakon Episodik Untuk Memaafkan Seseorang
I - Identitas Kesepian
Apakah ini yang kau namakan kesepian? Aku mengulang-ulang pertanyaan yang tidak pernah tamat. Setiap orang memiliki perang yang tak pernah mereka menangkan. Barangkali, mungkin karena itulah, aku merasa sepi. Aku menjadi terobsesi pada kesendirian. Namun semuanya jungkir-balik tak seimbang. Aku mematahkan hatiku sendiri dan meyakini bahwa bahagia adalah pencarian tersembunyi di babak akhir. Keliru. Aku menjelma sebagaimana ia yang membenci masa lalunya tetapi menceritakannya sebagai perayaan terbaiknya.
Apakah ini yang kau namakan kesepian? Aku mengulang-ulang pertanyaan yang tidak pernah tamat. Setiap orang memesan citra diri tiap pekan dan mengenakannya. Sebuah usaha memenuhi lemari dengan koleksi baju yang tak pernah berhasil. Cukup tebal untuk dipakai keluar tetapi terlalu tipis untuk tidur di bawah pelukan tepuk tangan. Setiap orang tertipu oleh kesetiaan yang diciptakan untuk menipu diri sediri. Barangkali, mungkin karena itulah, aku merasa sepi. Aku menjadi terobsesi pada kenangan yang tak kunjung habis kutenggak. Aku tenggelam dari permukaan. Kehidupan bagiku hanyalah kedangkalan-kedangkalan yang tersisa dan digandakan sebagai bagian dari 'rahasia'. Aku menipu orang-orang dengan baju pesanan tetapi tak pernah berhasil menipu diriku sendiri.
II - Sebelum Kau Pergi Bersamanya
Jika aku belum sanggup mencintaimu kembali, jangan meminta penjelasan pada sajak yang kutulis. Kau tak perlu mengingat bagaimana aku menunda begitu banyak kesimpulan dan berharap resah dalam kepalaku hanyalah fiksi belaka. Kau tak perlu mengingat bagaimana aku membuat celah luka-luka menjadi kembang-kempis sesukaku. Akan selalu ada tangan yang sanggup menghapus kata-kata sebelum ia berubah menjadi peluru di kepalamu. Jadi kau tak perlu susah payah mengingatnya.
Jika aku belum sanggup mencintaimu kembali, jangan meminta penjelasan pada sajak yang kutulis. Kau tak perlu berkenalan dengan penyesalan karena mengulang kesalahan pada orang yang sama. Barangkali, aku juga memberi kesempatan pada diriku terluka berkali-kali. Kau tak perlu berkenalan dengan kenangan buruk. Aku akan mengubahnya menjadi senjata dan gagangnya. Kelak, aku akan sanggup membidik diriku sendiri di masa lalu. Jika kau dengar ledaknya, adakah kau siapkan bait untuk menutup sajak ini?
III - Selebrasi Perpisahan
Setelah ini, jangan mengusap punggungku dengan ajaran-ajaran ketegaran. Biarkan aku berpura-pura mampu menanggung semua yang tersisa. Berhentilah mencari luka yang kubiarkan betah menyemai di punggungku. Aku tak ingin kau mencarinya dan mencoba menyembuhkannya. Biarkan aku mengingat cinta sebagai silogisme dari kesepian yang kau serahkan kepada orang yang masih mencintaimu.
Kau tak perlu merasa bersalah sebab aku belum tentu benar. Biarkan malam menyamarkan penjelasan-penjelasan yang tak perlu lagi kita karang. Aku ingin menumbuhkan mawar dan mengubah punggungku menjadi taman. Durinya yang pendendam tetap mencintaimu, meski kita bertanya-tanya di akhir pertemuan:
Apa yang ribut pada kalang kabut dan kelak akan ditenangkan palang degup?
IV - Memaafkan Seseorang
Kau membuatku meninggalkan segala yang kucintai dan berusaha aku benci. Kau membantuku takut memiliki dan enggan dimiliki. Ketika harus pergi, aku baru tahu, rumah adalah aku sendiri. Tak ada tempat dalam tujuan, seperti habisnya aku dalam kau.
Percakapan kini tinggal dering jam pukul lima di tubuh kekasihmu setiap hari Minggu. Kenangan mulai meninggalkan tempat tidur. Namun bagiku, "kenangan adalah bahasa asing yang diterjemahkan seorang martir melalui asisten Google". Aku ingin belajar mencintai kesedihan dengan melibatkan air mata. Melibatkan seluruh kesendirian yang membenci dirinya melalui diriku.
Melakukan hidup setelah kau membuatku menemukanmu dalam kehilangan menyadarkanku bahwa: ada ruang-ruang di dalam aku yang menciptakan batas-batas tanpa masa lalu. Di sana, kau seorang diri, hanya kau sendiri. Di hadapanmu, aku ingin menyesali berkali-kali.
Aku dan lelaki itu kini berhadap-hadapan. Tak ada yang berbicara tetapi keduanya seolah paham. Siapa yang harus pergi dari mengapa dan apa yang hilang dari bagaimana. Keduanya berbalik dan menyemai luka masing-masing tanpa aba-aba:
siapa yang sangka jika memaafkan seseorang butuh rasa asing yang harus dipaksa mengerti dan menutup buku yang kehilangan halaman-halaman terbaiknya? entahlah.
Endnote: What is broken grows, what is lost changes. Aku menulis draf puisi ini setelah membaca buku Struktur Cinta yang Pudar dan mengulang-ulang lagu About You selama 2 jam lebih sambil menulis. Kini, beberapa kuubah dan kusesuaikan. Rasanya agak lain. Mungkin karena aku telah berjarak dan tak lagi mengenangnya sebagai sebuah kenangan buruk. Jika ditanya kenapa kutulis ulang dan kurilis? Jawabannya karena aku sedang mengubah diriku menjadi seorang lain yang saat ini sedang gagal memaafkan seseorang. Mungkin juga, ia sebenarnya gagal memaafkan dirinya sendiri. Seseorang yang kembali berulang-ulang ke tempat yang sama. Seseorang yang tiap minggu memesan citra diri berulang kali dan masih suka hanyut ke sana-ke sini. Aku menerka-nerka: bagaimana cinta tak bisa ia lupakan? Meski begitu aku kasihan dan tak ingin ia terjebak. Aku ingin ia terbang bebas dan percaya bahwa hanya akan ada hal-hal baik setelah ini yang mengitarinya.
1 note · View note
fidasay · 1 year
Text
Esok Pagi, Terap Tak Pasti Karya Terpilih Denny JA ke 40 yang Menggugah Pikiran
Dalam dunia sastra Indonesia, nama Denny ja menjadi tidak asing lagi. Pria yang juga dikenal sebagai penulis, budayawan, dan aktivis ini, telah melahirkan banyak karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pikiran pembacanya. Menandai perjalanan panjangnya di dunia sastra, Denny JA meluncurkan Puisi Esai karya terpilihnya yang ke40, yang menarik perhatian banyak pembaca dan penggemarnya. Puisi Esai berjudul "Esok Pagi, Terap Tak Pasti" ini merupakan kompilasi dari karyakarya terbaik Denny ja selama empat dekade terakhir. Dalam karyanya, Denny JA mengambil inspirasi dari kehidupan seharihari yang sering diabaikan oleh banyak orang. Ia menyoroti isuisu sosial, politik, dan budaya dengan cara yang unik dan penuh pemikiran. Salah satu karya yang dihadirkan dalam Puisi Esai ini adalah cerpen berjudul "Malam Minggu di Tepi Sungai". Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan para pemancing di sebuah desa kecil yang berbatasan dengan sungai yang membelah kota. Dalam cerpen ini, Denny JA mampu menggambarkan kehidupan seharihari para pemancing dengan begitu detail, sehingga pembaca dapat merasakan suasana dan kehidupan di tepi sungai tersebut. Lebih dari sekadar sebuah cerita, Denny JA menyelipkan pesanpesan kehidupan yang dalam, seperti arti persahabatan, pengorbanan, dan keberanian. Selain cerpen, Puisi Esai ini juga berisi puisipuisi puitis yang melankolis seperti "Sajak Seorang Penyair" dan "Hujan di Atas Langit". Puisipuisi ini mampu menggambarkan perasaan mendalam Denny JA terhadap kehidupan, cinta, dan alam. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mengena, Denny JA mampu menggelitik imajinasi pembaca dan membuat mereka merenung tentang makna dan tujuan hidup. Sisi lain dari Puisi Esai ini adalah esaiesai yang ditulis oleh Denny JA. Esaiesai ini mencakup berbagai topik mulai dari politik, budaya, hingga dunia pendidikan. Dalam esai berjudul "Merajut Harmoni di Tengah Perbedaan", Denny JA berbicara tentang pentingnya toleransi dan kerukunan dalam masyarakat yang beragam. Ia menggugah pembaca untuk memikirkan ulang pandangan mereka tentang perbedaan dan mengeksplorasi caracara baru untuk membangun hubungan harmonis antarindividu dan kelompok. "Esok Pagi, Terap Tak Pasti" bukan hanya sekadar kumpulan karya, tetapi juga merupakan cerminan perjalanan hidup dan pemikiran Denny JA selama empat dekade terakhir. Puisi Esai ini menggambarkan evolusi kepenulisan Denny JA dari waktu ke waktu, serta perubahan dan perkembangan dalam pandangannya terhadap dunia di sekitarnya. Melalui karyakarya terbaiknya, Denny JA mampu menginspirasi pembaca untuk lebih peka terhadap realitas sosial dan menghadapinya dengan sikap kritis dan konstruktif. Puisi Esai ini telah mendapatkan respon yang sangat positif dari para pembaca dan penggemar Denny JA. Banyak yang menganggapnya sebagai karya yang provokatif dan menyentuh hati, serta merasa terinspirasi untuk berpikir lebih dalam tentang isuisu yang dihadirkan dalam Puisi Esai ini. Dengan meluncurkan Puisi Esai "Esok Pagi, Terap Tak Pasti", Denny JA telah memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia sastra Indonesia.
Cek Selengkapnya: Esok Pagi, Terap Tak Pasti: Karya Terpilih Denny JA ke 40 yang Menggugah Pikiran
0 notes
anggitandani · 1 year
Text
Karya Terpilih Denny JA ke 43 Ia Mati Tapi Hidup: Sebuah Tinjauan Mendalam
Selama lebih dari empat dekade, Denny ja telah menjadi salah satu tokoh yang menginspirasi dan memberikan kontribusi besar dalam dunia kesusastraan Indonesia. Pada perayaan ulang tahunnya yang ke43, Denny JA kembali menggebrak dengan karya terbarunya yang berjudul "Ia Mati Tapi Hidup". Karya ini menarik perhatian banyak pembaca dan penikmat sastra di seluruh Indonesia. Dalam "Ia Mati Tapi Hidup", Denny ja mengajak pembaca untuk mempertanyakan makna hidup dan kematian, serta mengeksplorasi konsep keabadian. Melalui gaya bahasa yang khas, Denny JA berhasil menghadirkan suasana misterius dan memukau, seolaholah membawa pembaca dalam perjalanan spiritual yang mendalam. Cerita ini mengisahkan seorang tokoh utama yang mengalami pengalaman misterius saat mengunjungi tempat bersejarah. Tokoh tersebut disadarkan akan pentingnya menghargai hidup dan mengeksplorasi makna sejati di balik setiap peristiwa. Dalam perjalanannya, tokoh ini bertemu dengan berbagai karakter menarik yang memberikan perspektif baru tentang kehidupan dan kematian. "Ia Mati Tapi Hidup" bukan sekadar sebuah cerita fiksi biasa, tetapi juga merupakan perbincangan filosofis yang mengajak pembaca untuk merenung dan mempertanyakan eksistensi manusia di dunia ini. Denny JA dengan cermat menyajikan cerita yang sarat makna, membangkitkan pertanyaanpertanyaan yang mendalam, dan mendorong pembaca untuk berpikir lebih jauh. Gaya bahasa Denny JA dalam karya ini menggambarkan kepiawaian dan keahliannya sebagai seorang penulis. Ia mampu menggabungkan katakata dengan indah, memainkan ritme dan sajak dalam setiap kalimat. Hal ini menciptakan aliran narasi yang mengalir dengan lembut dan mengundang pembaca untuk terus membaca dan menikmati cerita ini. Selain itu, Denny JA juga berhasil menggambarkan karakterkarakter dalam ceritanya dengan sangat baik. Setiap tokoh memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri, sehingga pembaca dapat merasa terhubung emosional dengan mereka. Dalam setiap dialog, Denny JA dengan cerdik membawa pembaca ke ranah emosi yang mendalam, membuat cerita semakin hidup di dalam pikiran pembaca. "Ia Mati Tapi Hidup" juga menampilkan latar belakang tempat yang begitu kuat dan mendetail. Denny JA dengan jelas menggambarkan atmosfer setiap tempat yang dikunjungi tokoh utama. Pembaca dapat merasakan kehadiran dan keindahan tempattempat tersebut melalui deskripsi yang hidup dan gambaran yang kaya. Selain itu, karya ini juga diperkaya dengan pesanpesan moral yang kuat. Denny JA mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya menghargai setiap momen dalam hidup, dan bagaimana kematian dapat menjadi pengingat akan keberartian hidup. Karya ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan esensi hidup di tengah hirukpikuk dunia modern yang seringkali membutakan kita. Dalam mengulas karya terpilih Denny JA ke43 ini, kita tidak dapat melewatkan penghargaan untuk keberanian dan kreativitasnya dalam menghadirkan cerita yang unik dan berbeda. "Ia Mati Tapi Hidup" adalah sebuah tinjauan mendalam tentang hidup, kematian, dan makna sejati di baliknya. Cek Selengkapnya: Karya Terpilih Denny JA ke 43: "Ia Mati Tapi Hidup"  Sebuah Tinjauan Mendalam
0 notes