Tumgik
#tumbuh kembang anak
borobudurnews · 2 years
Text
Mengenal Masa Golden Age dalam Tumbuh Kembang Anak dan Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua
BNews—KESEHATAN— Orang tua perlu memastikan anak berada dalam proses tumbuh kembang yang baik. Bukan hanya setelah anak dilahirkan, proses mengoptimalkan tumbuh kembang anak juga perlu dilakukan orang tua sejak anak berada dalam kandungan. Selain itu, tumbuh kembang anak juga perlu dioptimalkan saat anak memasuki usia golden age. Usia ini menjadi tahapan dalam perkembangan yang sangat penting…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
haridiva · 8 months
Text
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Stunting
Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi stunting pada anak usia 0-59 bulan mencapai 30,8%. Stunting berarti tinggi badan anak rendah menurut usia dan jenis kelamin, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan faktor-faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Stunting tidak hanya berdampak pada fisik…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kurniawangunadi · 4 months
Text
Memaknai Sakit
Untuk pertama kalinya dalam hidup, opname karena ada gejala hipertensi. Tekanan darah cenderung tinggi, sebenarnya hal ini sudah diketahui dari beberapa bulan lalu karena memang ada "bakat". Saran dari dokter untuk melakukan perubahan gaya hidup ternyata kini memang harus diiringi dengan obat-obatan yang mungkin akan dikonsumsi terus menerus untuk menjaga agar tidak melebar ke hal-hal lainnya. Selain dikontrol dengan obat-obatan, jenis asupan makanan juga berubah. Aktivitas juga dimodifikasi. Dan banyak sekali hal yang intinya: diatur ulang. Beberapa refleksi dari keadaan ini pun silih berganti bermunculan. Mau ku tangkap satu persatu. 1. Kalau kita bisa sangat mudah bahagia, itu hal yang sangat baik. Pertanyaannya jadi ke diri sendiri, apakah aku mudah bahagia? Atau untuk bisa bahagia, syaratnya banyak? Misal harus punya uang dulu, harus ada pasangan dulu, harus punya anak dulu, harus pulang kampung, harus jalan-jalan, banyak! Nah, kemudahan kita untuk bisa bahagia itu patut sekali disyukuri karena itu menjaga pikiran kita tetap sehat. Alih-alih dipenuhi dengan beban pikiran entah pekerjaan, cicilan, perkataan orang, dsb. 2. Kesehatan itu mahal banget. Jadi proses penjagaan kesehatan ini jadi ilmu yang penting bagi kita yang akan menjadi orang tua. Karena kesehatan anak-anak kita nanti dimulai dari bagaimana kita menjadi orang tuanya. Aku teringat dulu waktu kecil, sering sekali konsumsi mie instan yang mana itu kandungan natriumnya sangat tinggi. Karena keadaan saat itu yang memang edukasinya berbeda dsb, bukan untuk disesali, tapi jadi pelajaran berharga bagiku saat ini jadi orang tua untuk benar-benar telaten dan memperhatikan apa yang dikonsumsi sama anak-anak. Jujur, ini proses yang melelahkan bagi orang tua terkait kontrol makanan. Tapi, sering kan lihat berita bagaimana faktor makanan saat ini berpengaruh bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak? 3. Jangan takut sama rezeki. Tadi pas berkendara, dengerin kajiannya UAH tentang rumus ketentraman hati. Mungkin nanti jika diberi sakit, ada hal-hal yang harus kita tiadakan dalam hidup kita dan kita ganti dengan baru, misal pekerjaan, makanan, dsb. Karena kondisi tertentu, kamu tidak bisa bekerja lagi dengan model pekerjaan kemarin. Takut buat ganti karena selama ini merasa kran rezekinya di situ. Merasa pesimis bisa bekerja di tempat lainnya misal. Atau mungkin hasilnya khawatir tidak sama dengan hasil yang kemarin. Jangan khawatir. Di kajian tadi di jelaskan, justru saat kita merasa kayak diujung, dititik nadir, itu tanda-tanda dan isyarat dari Allah buat kita berkomunikasi langsung dengan Dia, Dia yang tanpa batas, yang bisa mengabulkan segala permohonan kita. Dan lain-lain. Nanti malah jadi panjang sekali. Mungkin teman-teman yang berprofesi di bidang kesehatan di laman tumblr ini juga bisa memberi saran/edukasi dengan reply. Agar kita-kita yang mungkin masih semangat-semangatnya mengejar mimpi, tidak lupa menjaga diri, menjaga kesehatan badan, pikiran, dan hati <3
142 notes · View notes
kayyishwr · 5 months
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
117 notes · View notes
milaalkhansah · 6 months
Text
Mendewasa bersama Anak-Anak
Tumblr media
Sepanjang aku bertumbuh dewasa, aku ditemani oleh anak-anak. Aku belum menikah, berpasangan apalagi. Anak-anak itu adalah anak-anak yang Allah tempatkan dalam satu tempat yang sama denganku, dalam kurun waktu yang lumayan lama. sehingga beberapa tahun yang kulewati bersama mereka, membuatku ikut menyaksikan tumbuh kembang mereka semua.
Beranjak dewasa dengan ditemani banyak anak-anak, membuatku mengambil banyak sekali pelajaran. Di antara pelajaran yang kudapat itu ialah :
1. Menjadi orang tua adalah belajar menjadi pribadi yang lebih sabar
Menyaksikan berbagai bentuk kesabaran seorang orang tua, selalu mampu membuat mataku berkaca-kaca. Membayangkan betapa sabarnya orang tuaku dalam merawat dan membesarkanku. Karena merawat seorang manusia yang belum sempurna akal dan perasaannya bukanlah sesuatu yang mudah. Bergadang, kelelahan, kelaparan, stres, penilaian orang lain, dan serentetan ujian lainnya adalah makanan sehari-hari yang harus dikomsumsi oleh para orang tua kita. Bahkan tak jarang, mereka melakukan kezaliman melanggar hak-hak tubuh mereka sendiri— hanya karena kasih sayangnya kepada anak yang sangat besar.
Menjadi orang tua adalah suatu latihan penguji kesabaran yang tidak ada garis finish, pemenang bahkan hadiah yang diberikan.
2. Anak kecil adalah orang dewasa yang berhati lapang
Meskipun memiliki sifat yang naif dan juga ego yang tinggi, anehnya mereka mempunyai hati yang lapang dalam memaafkan dan melupakan kesalahan. Kita seringkali melihat begitu mudah mereka kembali berbicara dengan seseorang yang bahkan semenit yang lalu telah membuat mereka menangis. Apakah hal seperti itu mudah kita lakukan sebagai seseorang yang mengaku telah dewasa? kita seringkali menganggap bahwa anak kecil adalah seseorang yang kekanak-kanakan. Padahal, bukan hal yang kekanakan bila seseorang dengan mudah mampu memaafkan seseorang yang membuat mereka bersedih, bahkan dengan jejak tangis yang masih basah di pipi.
3. Anak adalah pribadi yang jujur
Betapa sering kita mendengar celetukan-celetukan konyol dan lucu mereka, ketika sedang melihat, merasakan, ataupun mengalami suatu kejadian? Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak malu ataupun segan untuk melontarkan apa yang mereka rasakan dan juga pikirkan di mana hal tersebut seringkali bisa tergambar jelas dalam bahasa tubuh mereka.
Mereka menangis saat merasa sedih & terluka. Mereka tertawa dan tersenyum saat merasa senang dan bahagia. Sehingga jika kita melihat ada anak-anak yang selalu tertutup dengan perasaannya. Itu adalah sebuah alarm, bahwa ada yang tidak beres dan harus diselidiki penyebabnya.
4. Fitrah seorang anak yang selalu bersih dan suci
Saat lahir, anak seumpama kertas atau kanvas putih kosong yang belum berisi apa-apa. Dan orangtuanyalah yang akan pertama kali menjadi pena ataupun kuas gambar yang akan menorehkan berbagai macam "bentuk" dan juga menghiasnya dengan berbagai "warna".
Anak-anak yang baru lahir ataupun masih kecil fitrahnya akan selalu memiliki akhlak yang baik. Sehingga saat kita bertemu dengan anak-anak yang masih kecil namun telah dengan fasih berucap kata-kata kotor, dan berprilaku kurang baik. Orang tua akan selalu menjadi sosok yang pertama kali disalahkan.
5. Menjadi orang tua dan seorang anak adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Tidak ada sekolah bagaimana menjadi orang tua yang baik, tetapi di banyak pelajaran sekolah, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua adalah hal yang sering dibahas. Seolah tugas belajar hanya dibebankan untuk seorang anak, bukan kepada orang tua. Seolah-olah yang mempunyai tugas-tugas untuk ditunaikan dengan baik hanyalah seorang anak. Orang tua akan selalu menjadi pihak yang benar dan tidak punya salah.
Aku paham, kedudukan orang tua tentu jauh lebih besar daripada kedudukan seorang anak. Tetapi bukan berarti orang tua tidak dituntut untuk ikut belajar memperbaiki diri. Di masa depan nanti, kuharap kesenjangan ini dapat diperbaiki. Sehingga generasi yang tercipta bisa lebih baik lagi. Tidak lagi fokus saling menyalahkan dan menuntut hak dan kewajiban masing-masing.
Sampai saat ini, meskipun aku belum menikah dan merasakan langsung menjadi orang tua. Aku bersyukur Allah mengenalkanku dengan banyak anak. Tingkah polos dan lucu mereka selalu mampu membuatku mengobati kerinduan akan masa kecilku dulu. Dan dari sosok orang tua mereka pula, aku lebih dini bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang tua.
Ke depannya, entah dengan anakku sendiri atau anak-anak yang "dititipkan" padaku. Aku pengen untuk belajar lebih banyak lagi. Belajar memahami sosok anak kecil dan juga orang tua. Berharap, darisanalah aku bisa menjadi seorang anak dan juga seorang orang tua yang lebih baik.
34 notes · View notes
nadyagifary · 3 months
Text
Semakin kesini, semakin melihat; bahwa masalah di luar sana adalah masalah yang begitu kompleks.
Mulai dari anak muda yang banyak dan dengan berbangga-bangga meninggalkan syari'at, menanggalkan ilmu, mengagungkan pemikiran kekinian dari barat, juga menyepelekkan waktu. Buku dianggap kuno, ketidaktahuan menjadi tameng untuk berlindung, yang sebenarnya mereka bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu.
Mulanya dari segi pengasuhan terhadap anak, banyak ibu yang melupakan perannya. Merasa perlu bersaing dengan kaum laki laki, merasa tidak cukup, maka perlu meninggalkan rumah untuk merasa tercukupkan. Anak ditelantarkan, ilmu tidak diajarkan, tumbuh kembang dan kasih sayang terlupakan. Padahal sebenarnya rumah adalah singgasana jihad terbaik untuknya.
Keteladanan kepada orangtua akhirnya turun, merasa tidak iba, meninggalkan bakti dan santun diri. Yang bermula pada kurangnya peran dari kedua orangtuanya, anak generasi saat ini tumbuh subur dengan demoraslisasi, kesenangan sesaat menjadi aksi, tanpa memikirkan akhirat dan hidup setelah mati.
Mau dibawa kemana? Padahal fitrah sudah tertulis, peran sudah terlukis, apakah akan meninggalkan fakta dengan hanya menangis? Urgensi peran menjadi kunci setelah ilmu.
Maka, sibukkan diri dengan ilmu dan perbaikan. Lakukan aksi, minimal apabila tidak sanggup, lakukan sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi. Dari ilmu, lalu pengamalan diri, yang nantinya akan memberikan contoh. Barangkali memang tidak seberapa aksi, tapi ini baru permulaan. Lanjut dengan memberikan sumbangsih, untuk terus berdiskusi dengan khayalak muda mudi, bahwa sejatinya kitalah pemegang kebaikan untuk generasi setelah ini.
Maka, sibukkan diri dengan kiprah yang pasti. Konsep dakwah profesi. Sebagai seorang dokter, mampu menggabungkan ilmu kedokteran dengan ilmu surgawi. Bahwa, sejatinya, semua itu adalah samudra ilmu Allah, yang wajib diselami dengan niat dan kokoh motivasi. Memberikan pelayanan terbaik, dengan niat memperbaiki baik dari segi kesehatan maupun kemakmuran juga modal untuk kebaikan generasi. Generasi yang sehat dari segi dzahir dan batin. Kebaikan demi kebaikan terwujud untuk ummat madani. Dengan ridha juga ilmu Allah, semoga hal itu dapat terwujud.
Baiknya, memang saat ini, tinggalkan apa yang menjadi beban. Hanya masalah hati, itu sepele, Nad. Kalau memang saat ini harus menelentarkan rasa kagum di hati, tidak mengapa. Daripada menelantarkan kewajiban, ilmu, juga apa yang seharusnya menjadi fokus di depan mata. Biarkan perasaan-perasaan itu mengadu pada Sang Pemilik Hati, bahwa untuk saat ini, empu yang memiliki hati sedang ingin berjuang dan meninggalkan hal yang tidak bermanfaat diri. Alih - alih menelusuri, mood afek perasaan, merasa galau, merasa ini dan itu, preokupasi berkepanjangan, hingga afek depresif menyebar, hingga menelantarkan jati diri dan value, lebih baik kita fokuskan apa yang akan menjadi perbaikan.
Pelajari ilmu dengan niat juga prinsip yang kokoh. Bahwa, suatu saat, saat gelar dokter mengawali nama, maka kewajibanmu adalah implementasi ilmu, bukan lagi anak koass yang banyak salah juga berlindung di belakang punggung konsulen. Engkau yang dianugerahi Allah kesempatan untuk berilmu kedokteran juga mengilmui ilmu-ilmu agama, maka gunakanlah kesempatan saat ini dengan baik. Lewat perantara kebaikan Allah, tangan-tangan mu itu yang mampu menenangkan pasienmu, membantu pasienmu, memberikan pasienmu pelayanan juga nasehat-nasehat terbaik, agar mereka pulang dengan senyum merekah, dan mengucap, "Terima kasih banyak dokter". Walaupun kata kata itu sebenarnya perlu untuk diluruskan, diteruskan, bahwa sejatinya itu adalah pujian dan ucapan untuk mengucap keagungan kepada Sang Pemberi Petujuk, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
Semoga bisa terfokus dengan apa yang menjadi tujuan, apa yang sedang diperjuangkan, juga apa yang menjadi cita-cita. Selagi, Allah berikan anugerah kesempatan, lalu untuk apa menggalaukan hati, berperisangka, merasa sendiri, yang padahal Allah sudah menuliskan nama untuk bersanding di Lauhul Mahfuz. Nama untuk saling mengikat mistaqan galidzha yang mengetuk langit. Yang sudah tertulis, sudah tertakar, juga sudah tersimpan.
Maka, berikanlah hamba Mu ini hati yang tenang yaAllah, hati yang mudah menerima, dan hati yang mengikhlaskan sedalam dan seluas samudra. Dan titik kepasrahan menjadk titik akhir.
13 notes · View notes
juliarpratiwi · 1 month
Text
Tumbuh Dengan Kokoh
Suatu hari saya mendapatkan sebuah cerita tentang cara pendidikan keluarga dari seorang kakak.
Waktu itu Sofia dapat tugas dari ustadzahnya (basic kurikulum sekolahnya dipilih berdasarkan yang paling mendekati dengan kebutuhan kurikulum keluarga mereka), betapa teteh kaget kalau Sofia dapat tugas menulis harapan disebuah kertas yang mana besoknya kertas tersebut akan digantungkan di pohon harapan. Tidak ingin menelan mentah-mentah, teteh dan aa konfirmasi tugas tersebut khawatir Sofia kurang tepat menyampaikan tugas tersebut kepada kami. Setelah teteh konfirmasi ternyata memang betul tugasnya demikian. Meski ada sedikit kekecewaan pada pihak sekolah dengan berat hati kami meminta izin kepada gurunya Sofia bahwa Sofia tidak bisa mengerjakan tugas tersebut. Bagi kami tugas tersebut menyalahi tauhid yang kami ajarkan sedari kecil kepada anak-anak, bahwa segala harapan hanya boleh dan harus bergantung kepada Allah azza wa jalla. Tidak pada yang lain, apalagi hanya pada sebuah pohon yang bergugur sehelai daunnya pun tidak kuasa menolak. Mungkin akan ada pandangan bahwa kami terlalu berlebihan terhadap pendidikan anak, tapi inilah sebuah usaha kami menjaga fitrah mereka sebagai hamba Allah. Menjaga diri kami dari api neraka.
Saya yang mendengar cerita tersebut diajak merenung tentang banyak hal.
Pertama, bahwa kokohnya prinsip teteh dan aa terhadap tauhid, saya yakin bukanlah prinsip yang terbentuk setelah mereka menikah. Namun bisa jadi jauh sebelum mereka bertemu, kala masih sendirian, dalam pencarian satu sama lain, mereka ditempa mereka dibentuk. Selain itu kokohnya prinsip terhadap tauhid menjadi bekal utama dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Sebab segalanya harus dikembalikan pada sudut pandang Allah, pada bagaimana agama dan syariat ini mengaturnya.
Kedua, lembaga pendidikan hanyalah partner dalam membersamai tumbuh kembang anak. Karena pendidikan utama adalah tugas Ayah dan Ibunya. Maka sebagai Ayah dan Ibu, nantinya kami punya peran pengawasan, sesuaikah pengajaran di sekolah dengan apa yang Allah perintahkan? Selaraskah kurikulum di sekolah dengan kurikulum keluarga yang mengacu pada Al-Qur'an dan Sunnah? Untuk menjadi orang tua yang berani, teguh, lurus diatas tauhid. Saya percaya tidaklah instan, tapi proses panjang yang penuh ujian. Dan ujian ini pasti dihadirkan sejak memutuskan untuk memilih prinsip tersebut.
Saya jadi teringat kalimat yang Uni katakan:
"Kalau tumbuhnya susah, nanti akarnya akan lebih kuat."
Banyak ujian yang Allah hadirkan untuk menguji setiap prinsip yang kita yakini benar. Karena begitulah doa-doa itu teruji, kalimat cinta yang kita katakan itu terbukti. Tidaklah seorang hamba mengaku beriman sebelum mereka diberikan ujian.
Semoga.....
Apa yang sedang diperjuangkan mendapat ridho Allah, Allah bersamai prosesnya. Meski sulit tumbuhnya, menyakitkan rasanya. Tapi semoga sebab itu dasarnya menjadi kuat, kokoh dan tak mudah tumbang.
12 notes · View notes
deafaa · 3 months
Text
Kata seorang teman, "saat ini kita berada di zaman yang berbeda dengan zaman waktu kita kecil yah"
Begitulah adanya. Semuanya serba cepat, tontonan berubah, pengaplikasian nilai-nilai yang mulai berubah, tumbuh kembang yang berubah, cara pandang berubah, cara perolehan informasi pun juga berubah.
Perubahan juga terdapat pada hal bernama "belajar mengajar". Bahwa saat ini belajar mengajar tidak selamanya melalui jalan ceramah yang panjang, duduk berjam-jam, mendengarkan, dan akan menjadi hal yang sangat membosankan bagi anak zaman sekarang.
Belajar mengajar bisa dilakukan dengan jalan "potret". Anak cenderung akan lebih mudah mengaplikasikan apa yang dilihat dan dirasa kepada dirinya lewat jalan ini. Apa yang dilihat dan dirasa anak, akan dia copy paste di peristiwa sejenis.
Hal itu disebut keteladanan
8 notes · View notes
ariutt · 6 months
Text
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menuntun tumbuh kembang  anak agar mereka dapat menjadi manusia dan masyarakat yang memiliki keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan  dari masa ke masa,baik dari segi kurikulum yang diterapkan ataupun cara pendidikan disampaikan.
Sebelum saya mempelajari makna pendidikan menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,saya memiliki sudut pandang bahwa murid sudah seyogyanya diberi pembelajaran yang sesuai dengan teori atau buku teks yang di selenggarakan oleh pemerintah.Mereka harus bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh masing-masing sekolah . Murid idaman bagi seorang guru menurut pemikiran saya  adalah apabila ada anak yang rajin datang ke sekolah,mengerjakan tugas dengan rapi dan baik ,aktif bertanya dan selalu mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal.Menjadi seorang murid menurut saya juga lebihbaik mendengarkan guru menjelaskan daripada bertanya terlalu berlebih yang diluar konteks pembelajaran.
Ternyata,selama ini saya telah abai terhadap karakter anak yang harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman menurut Ki Hajar Dewantara.Bagaimana bisa seorang guru hanya menjadi guru yang mampu mencerdaskan murid tanpa memikirkan budi pekertinya atau tanpa mengetahui kebutuhannya?Saya merasa bersyukur mendapat pengetahuan baru  sehingga saya berharap saya belum terlambat mempelajari bagaimana menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar  namun juga mampu mendidik sesuai kodrat zaman dan kodrat alam.Kodrat alam sesuai dengan kondisi alam mereka tinggal,dan kodrat zaman sesuai dengan perkembangan anak agar mereka  menjadi anggota masyarakat yang mampu berguna di masa depannya.
Beberapa hal yang bisa diterapkan didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu dengan membuat iklim belajar yang lebih interakitf dan kondusif serta berpusat kepada siswa .Kondusif dalam artian tidak hening namun aktif dalam sebuah diskusi yang menyenangkan dan dapat memberi makna bagi murid.Mengajar sesuai dengan kodrat zaman anak-anak yaitu dengan selalu berinovasi terhadap perkembangan teknologi contohnya.Selain hal tersebut,sebagai  seorang guru yang telah mempelajari makna pendidikan dan pengajaran menurut KHD,tentunya budi pekerti merupakan hal yang tidak , dapat  dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran.Tidak hanya kecapakan kognitifnya saja yang penting melainkan guru harus bisa mengajarkan budi pekerti yang baik seperti  kejujuran,saling tolong menolong,toleransi,kerjasama dan lain sebagainya.Semoga,kelak kita bisa menjadi guru yang sesuai dengan yang murid butuhkan.
10 notes · View notes
mutiarafirdaus · 9 months
Text
Setengah gaji dari guru bimbel atau guru SD sepertinya dialokasikan untuk biaya mengelola kesabaran. Saat ini sedang pekan ujian anak SD, temani dan bimbing adik yang Alhamdulillah bawaanya sudah manut dan nggak banyak tingkah diantara anak anak lain saja sudah membuat "tumbuh tanduk" beberapa biji :")
Salam hormat buat ibu-ibu di luar sana yang selalu membersamai tumbuh kembang anak anaknya dengan aura positif dan tetap bisa produktif mengerjakan segala rupa😵🥺
14 notes · View notes
haridiva · 1 year
Text
Mengenal ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. ADHD biasanya muncul pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa. ADHD dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan sosial. Photo by Pixabay on Pexels.com Penyebab ADHD belum…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kurniawangunadi · 11 months
Text
Menulis Dirimu 5 tahun lagi, 26 Oktober 2028 nanti...
Mari kita proyeksikan, di waktu yang sama saat kamu membaca tulisan ini, lima tahun lagi, apa harapanmu terhadap dirimu sendiri saat itu? Aku? Tahun itu berarti umurku sudah 37. Berdoa semoga diri ini diberikan umur buat terus menemani tumbuh kembang anak-anakku, juga istri. Bisa hadir secara utuh buat keluarga. Lebih tenang lagi hati dan pikiran, lebih mindful dalam hidup. Bisa memiliki kelapangan rezeki untuk beribadah yang melibatkan harta. Dan dikelilingi sama orang-orang yang baik. Aamiin. Kamu?
107 notes · View notes
dewisetiyanip · 12 days
Text
Tumblr media
Ternyata tidak mudah ya, menjadi ibu dengan anak jarak dekat. Apalagi beberapa kali LDM dengan suami. Bertiga dengan anak dirumah ternyata menguras energi, dan emosi tentunya😅
Kalau ditanya, menyesal dengan keputusan yang diambil?
Tentu tidak! InsyaAllah ini yang terbaik untuk keluarga kecil kami saat ini.
InsyaAllah ini takdir terbaik yang Allah siapkan untuk kami.
(Afirmasi positif untuk diri)
Walau lelahnya kadang teramat sangat, tangis kebingungan kegalauan yang tak terbendung. Tapi Alhamdulillah, terlampaui satu demi satu.
Rasanya hangat melihat mereka berdua bermain bersama.
Rasanya hangat ketika ditengah capek menjalani hari melihat tawa mereka.
Bismillah, semoga Allah mudahkan kami mendidik dan mendampingi tumbuh kembang mereka.
_
Palangka Raya, 10 September 2024
Terbangun tengah malam, sedang kurang sehat, tapi malam memilih merapikan ruang tengah. Bundaaa bunda! (Komentar yang akan kudapatkan besok pagi dari beliau)😂
2 notes · View notes
bayuvedha · 1 month
Text
Hal yang menyenangkan saat menjadi Bapak adalah:
Saat melihat anak kita tumbuh kembang,
Saat berangkat kerja anak nangis gak mau di tinggal,
Saat sakit yang di cari bapaknya,
Saat kita ajarin sesuatu anak tersebut langsung paham.
#parenting
4 notes · View notes
ceritasiolaa · 4 months
Text
Cerita Buku
Tumblr media
Saatnya Ibu Menjadi Ibu, atau biasa disebut sebagai buku SIMI. Buku ini ditulis oleh Teh Febrianti Almeera. Ada juga versi untuk seorang ayah, yaitu buku Saatnya Ayah Mengasuh yang ditulis oleh suami teh pew, Kang Ulum.
Dua bulan lalu aku baru selesai membaca buku SIMI ini. Setelah setahun yang lalu aku beli, aku baru membacanya ketika Ramadhan kemarin. Karena terlalu sering terdistraksi dengan buku yang lain, hm dasar aku.
Buku ini sangat membuka cara pandangku mengenai mendidik dan menemani tumbuh-kembang anak, bagaimana sikap sebagai orang tua, lebih tepatnya seorang ibu.
Ya meskipun mungkin sebelumnya sudah pernah membaca buku yang sejenis buku SIMI ini, tetapi menariknya buku ini memberikan solusi yang dapat menjadi opsi atau bahkan pilihan kita menjadi orang tua nantinya. Apa itu? Pendidikan berbasis rumah dan Pendidikan berbasis fitrah.
Sebagaimana kita tahu, ustadz Harry Santosa merupakan orang yang mensyiarkan pendidikan berbasis fitrah (fitrah based education). Begitu juga dengan teh febrianti dan kang ulum yang mengenalkan hal itu pada buku atau seminar dan kelas yang mereka isi.
Pendidikan berbasis rumah atau home based education ini tidak sama dengan home schooling. Teknisnya ayah merupakan kepala sekolah, sedangkan ibu menjadi sistem sekolah. Ibu akan menghabiskan waktunya dirumah bersama muridnya, yaitu anaknya. Sementara ayah akan membuat kebijakan dan keputusan arah pendidikan rumah, sesekali juga mengajak anak mengenal 'alam' untuk diterapkan dalam pemahamannya.
Begitu pun Fitrah based education, sebuah pendidikan yang bermodel untuk merawat, mendidik, dan menumbuhkan potensi-potensi fitrah agar tidak menyimpang dari potensi dasarnya. Bahkan menguatkannya menjadi peran terbaik dan akhlak mulia.
Jika penasaran, silakan baca buku ini ya temen-temen. Karena cukup banyak penjelasan mengenai home based education dan fitrah based education ini.
Di buku ini nantinya akan membahas klasifikasi potensi fitrah, penerapannya bagaimana, dan ada juga penjelasan mengenai tahapan-tahapan penerapan pendidikan tersebut.
Dengan berakhirnya cerita buku di tulisan ini, aku mau mengucapkan selamat hari buku nasional yaa semua ~
Membaca buku akan menambah wawasan kita dan membuat diri kita semakin merasa kurangnya ilmu, sebab betapa luasnya ilmu beserta pengetahuan di bumi ini.
4 notes · View notes
sabaryangindah · 1 year
Text
BANGGA MENJADI IBU RUMAH TANGGA
Alhamdulillaah, segala puji bagi Allaah Ta’ala yang telah memberikan karunia dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alayhi wa sallam beserta keluarga, shahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqamah di jalan Sunnah.
Seorang wanita akan merasa sempurna jika telah menjadi istri. Seorang istri akan merasa sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu dan seorang ibu akan merasa lebih bahagia jika ia dapat melayani suaminya, merawat, mendidik serta melihat tumbuh kembang anaknya sendiri. Semua itu bisa dilakukan jika wanita itu menjadi ibu rumah tangga.
Jika seorang wanita ditanya perihal apa pekerjaannya kemudian ia menjawab ibu rumah tangga, mungkin ada rasa minder karena sudah lulus S1 tetapi tidak bekerja di perusahaan untuk mengaplikasikan ilmunya.
Bahkan orang lain beranggapan, percuma saja lulus kuliah kalau akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga. Padahal, menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia karena ia membangun dan memperkuat pondasi masyarakat yaitu sebuah keluarga.
Wanita Lebih Baik dan Lebih Banyak di Rumah
Menetap dan tinggalnya wanita di rumah merupakan perkara yang disyariatkan oleh Allaah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu,” (QS. Al-Ahzab:33). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullaah menjelaskan bahwa makna dari ayat tersebut adalah menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Tinggalnya wanita di rumah berarti dia melaksanakan urusan rumah tangganya, memenuhi hak-hak suami, mendidik anak-anaknya, dan menambah amal kebaikan. Sedangkan wanita yang sering keluar rumah, akan membuatnya lalai dari kewajiban.
Wanita yang sering keluar rumah, dapat menimbulkan fitnah. Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian dengan fitnah dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terhadap bani Israil terjadi dari wanita,” (HR. Muslim). Dalam sabdanya yang lain, “Tidak aku tinggalkan fitnah yang paling berbahaya sepeninggalanku bagi laki-laki melebihi fitnah wanita,” (HR. Bukhari).
Hendaknya sebagai wanita kita harus senantiasa menjaga diri agar tidak menimbulkan fitnah, Karena jika seorang wanita keluar rumah maka setan akan menghiasinya dan membuat orang lain indah memandangnya. Kendati demikian, wanita boleh keluar rumah jika ada kebutuhan. Rasulullah bersabda, “Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar rumah untuk keperluan dan kebutuhan kalian,” (HR. Al-Bukhari).
Banyak di rumah bukan berarti wanita akan menjadi “katak dalam tempurung”. Di dalam rumah dia bisa melakukan aktivitas bermanfaat untuk kehidupan dunia-akhiratnya.
Tanggung Jawab Wanita dalam Rumah Tangga
Tanggung jawab seorang istri dalam rumah tangga yang utama ada dua yaitu sebagai pendamping suami dan pemelihara anak-anak.
Pertama, sebagai pendamping suami yaitu mendampinginya dalam setiap situasi dan kondisi serta menyenangkan hati suami, termasuk menyiapkan segala kebutuhannya. Ia pun wajib melayani suami kapan saja suaminya menginginkannya, menyiapkan makan, mencuci baju, membersihkan rumah, dan sebagainya. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan tersebut, karena dengan niat yang ikhlas setiap pekerjaan tersebut akan berbuah pahala.
Kedua, sebagai pemelihara anak-anak. Anak adalah titipin Allaah Ta’ala yang kelak orangtuanya akan diminta pertanggungjawabannya. Ibu berkewajiban memberikan perawatan dan pendidikan yang baik bagi anaknya. Di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Umar Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan diminta pertanggungjawaban, seorang imam adalah pemimpin dan ia nanti akan diminta pertanggungjawaban, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia nanti akan diminta pertanggung jawabannya, seorang wanita adala pemimpin di rumah suaminya dan ia nanti akan diminta pertanggungjawabannya.”
Dari keterangan di atas nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasihati, dan turut mendidik keluarga. Yang paling utama adalah orang tua kepada anak, karena anak sangat membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak terkena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar dan kita akan diminta pertanggungjawaban atasnya.
Mendidik Anak di Rumah juga Berkarir
Mungkin dewasa ini banyak yang meremehkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan tersebut tidak bisa menghasilkan uang. Padahal waktu dia sekolah dulu orang tuanya telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Menjadi ibu rumah tangga memang tidak menghasilkan uang, tetapi dengan ilmu dan kesabaran seorang ibu rumah tangga yang baik sesungguhnya adalah sebuah karir. Ia akan menghasilkan anak-anak yang shalih/shalihah serta keluarga yang sakinah yang akan membantu meraih kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
Mendidik anak itu bukanlah perkara yang mudah, tetapi membutuhkan ilmu dan cara yang baik. Maka dari itu, dalam mendidik anak sangat membutuhkan kesabaran dan kecerdikan. Ibu membutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk mencetak generasi rabbani. Ibulah yang biasanya dan seharusnya menjadi orang pertama yang menjadi teladan bagi anaknya. Ibu adalah sosok pertama yang dilihat, didengar ucapannya, dan disentuh oleh anaknya. Pada umumnya, awal-awal perkembangan seorang anak berada disamping ibunya. Pendidikan yang sangat berpengaruh pada kehidupan seorang anak adalah pendidikan yang diterapkan orang tuanya sejak dini. Apapun yang dilakukan ibu akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak. Di samping itu, kerjasama antara seorang ayah dan ibu haruslah ada dalam mendidik anak karena sosok seorang ayah juga berpengaruh pada pendidikan anak.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendidik anak antara lain: menanamkan ajaran tauhid sejak kecil, mengajari anak agar pandai bersyukur, mendidik agar berbakti kepada orang tuanya, mengajarkankan apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah, menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam, keluarga Rasulullah, Al-Qur`an, dan As-Sunnah, mendidik anak dengan akhlak terpuji, dan lain sebagainya. Jika kedua orang tua menginginkan kemuliaan anak-anaknya, hendaknya keduanya bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan islami dan mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Anak adalah aset yang menguntungkan bagi orangtuanya di akhirat jika di dunia dia menjadi anak yang shalih/shalihah.Termasuk sebab diangkatnya derajat kedua orang tua adalah anak shalih yang mendoakan keduanya. Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Jika anak adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya,” (HR Muslim). Jika seorang anak telah dididik dengan baik, berperilaku mulia, maka ia akan bermanfaat bagi agama dan umat.
Bantahan terhadap Pendapat Kaum Feminis dan Penyetara Gender
Islam adalah agama yang adil. Allaah Ta’ala menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria sehingga mereka memiliki peran berbeda dan tidak dapat disejajarkan. Allaah Ta’ala berfirman yang artinya,
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allaah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allaah telah memelihara (mereka) (QS. An-Nisa’: 34).
Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullaah berkata, “Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui, dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.”
Para wanita muslimah hendaknya tidak terpengaruh dengan orang-orang yang meneriakkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah.
Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati, juga anak-anak yang harus dididik dengan baik, ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya, dan ada juga pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ala. Kaum wanita di negara Barat banyak yang berkarir dalam segala bidang sehingga melalaikan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus. Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka. Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita di negara kita rusak, sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya. Di antara langkah awal menuju itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita dengan berbagai cara agar mau keluar dari rumah mereka.
Berikut ini ada salah satu pendapat orang Barat tentang rusaknya tatanan masyarakat mereka. Samuel Smills berkata, “Sungguh aturan yang menyuruh wanita untuk berkarir di tempat-tempat kerja, meski banyak menghasilkan kekayaan untuk negara, tapi akhirnya justru menghancurkan kehidupan rumah tangga, karena hal itu merusak tatanan rumah tangga, merobohkan sendi-sendi keluarga, dan merangsek hubungan sosial kemasyarakatan, karena hal itu jelas akan menjauhkan istri dari suaminya, dan menjauhkan anak-anaknya dari kerabatnya, hingga pada keadaan tertentu tidak ada hasilnya kecuali merendahkan moral wanita, karena tugas hakiki wanita adalah mengurus tugas rumah tangganya…”.
Para wanita muslimah hendaknya selalu ingat bahwa kelak pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya. Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.
Kegiatan Positif Ibu Rumah Tangga
Di dalam rumah banyak kegiatan yang positif dan bermanfaat yang dapat dilakukan wanita, seperti berdzikir, membaca Al-Qur`an, shalat, membaca buku, menulis, membuat kerajinan, bisnis di dalam rumah, dan sebagainya. Wanita yang lebih banyak tinggal di dalam rumah bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Para wanita muslimah, tetaplah bangga menjadi ibu rumah tangga. Bangunlah surga melalui rumahmu. Wallaahu a’lam.
Referensi:
Untukmu Muslimah Kupersembahkan Nasihatku karya Ummu ‘Abdillah al Wadi’iyyah
Surgamu Ada di Rumahmu karya Ummu Haunan
10 notes · View notes