Tumgik
#amalan baik bulan ramadhan
manhattancoolid · 4 months
Text
0 notes
aksarahumaira · 6 months
Text
Bagaimana Kalau Jodoh Itu...
Tumblr media
Bagaimana kalau jodoh itu bernama ajal? Bagaimana kalau Allah takdirkan lebih dulu berpulang ke kampung akhirat, bukanlah bertemu pasangan di dunia? Aku bertanya-tanya, bagaimana jika ia datang lebih cepat?
Bagaimana kalau perbekalan ini belum lah cukup? Bekal yang begitu sedikit ini, apakah Allah mampukan mengundang rahmat dan ridhoNya untuk jadi salah satu penghuni surga-Nya? Dosa yang menggunung.. Amanah yang belum tertunaikan.. Permohonan maaf yang belum terucap.. Mungkin juga, cita-cita yang harus dibiarkan diam dalam angan.
Sebelum 'jodoh' itu datang, semogalah kita memastikan kondisi terbaik, entah amalan ataukah keimanan. Semasa ia belum datang, semoga Allah mampukan kita jadi sebaik-baik hamba dengan sebaik-baik amalan. Hingga bertemu denganNya jadi pertemuan yang membahagiakan.
Bagaimana kalau jodoh itu... adalah pertemuan dengan Nya?
_________
Tulisan ini, mungkin mengganti Ramadhan Day 9, ditulis ketika rasanya sedih sekali beberapa hari ini tidak bisa memaksimalkan interaksi dengan Quran karena sakit. Sepele sekali, radang. Tapi membuat nikmat mengejar ibadah di bulan Ramadhan terasa tercabut begitu saja. Ternyata memang, kesehatan sekecil apapun harus dilingkupi penuh rasa syukur.
Menulis tentang "ajal", tentunya membuat terasa takut bagi seorang hamba yang penuh akan dosa. Topik yang seringnya kita hindari, termasuk saya. Tapi bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling sering mengingat kematian? :')
Semoga Ramadhan ini, bukan hanya bertambah pahala, tapi bertambah juga keimanan-keimanan di hati kita.
Depok, 21 Maret 2024, 1.30 dini hari.
87 notes · View notes
azurazie · 6 months
Text
SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?
Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?
Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya.
Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.
Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?
Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan? Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.
Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..
Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.
Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.
@azurazie
36 notes · View notes
audadzaki · 2 months
Text
Pemuda Rajin Organisasi yang Malas Sholat
"Orang yang menanggung beban besar di tengah masyarakat wajib memiliki syiar keimanan yang kuat." Begitu kata Dr. Nawwaf Hael Takruri, ketua Himpunan Ulama' Palestina, beberapa bulan lalu.
Beliau adalah inisiator dari Simposium Pemuda Internasional yang digelar tahunan sejak 2019. Tujuannya adalah menghidupkan pergerakan pemuda di setiap negara khususnya dalam menyikapi isu Palestina.
Nasehat beliau untuk pemuda salah satunya adalah memperhatikan diri sendiri; keimanannya, keilmuannya, dan kekuatan fisiknya.
Dalam sisi keimanan ada yang disebut dengan syiar. Syiar adalah sebuah penanda atas wujudnya keimanan itu sendiri. Bentuknya secara umum adalah dengan menjalankan perintah-perintah ibadah amaliyah dengan baik; shalat, sedekah, puasa, mengaji, dan lainnya.
Tapi ibadah itu sendiri memiliki tingkatan. Secara khusus Rasulullah saw memberi beban tingkatan ibadah itu sesuai dengan kadar orangnya. Tidak semua orang harus sempurna, tapi tidak semua juga boleh menjalankan sekenanya.
Misal saat ada seorang Arab badui dari Najd bertanya tentang Islam, Rasulullah saw hanya memberikan beban yang wajib saja. Kata beliau Islam itu "lima kali shalat dalam sehari semalam," lalu, "puasa Ramadhan," lalu zakat.
Sang badui mengatakan "Demi Allah aku tidak akan menambahnya dan mengurangi." Mendengar itu Rasulullah bergumam, "Ia akan beruntung kalau jujur (seperti yang dikatakan),"
Hadits itu secara lengkapnya tercatat di Shahih Al-Bukhari nomor 1891 diceritakan oleh Shahabat Thalhah bin Ubaidillah.
Apa yang berlaku untuk sang badui itu akan berbeda dengan kasus tokoh sahabat jempolan seperti Abdullah bin Umar, putra dari orang nomor dua di samping Rasulullah, sekaligus adik ipar beliau. Semoga Allah meridhainya.
ٍSaat masih muda, Ibnu Umar yang merupakan copycat Rasulullah itu pernah dikomentari Sang Rasul, "Pemuda terbaik adalah Abdullah," Kata beliau, tapi ada lanjutan syaratnya, "seandainya ia menjalankan shalat malam,"
Semenjak saat itu beliau tidak tidur malam kecuali sebentar, sebab untuk orang setokoh Ibnu Umar menjalani yang wajib saja tidak akan cukup.
Hadits itu diceritakan oleh Ibnu Umar sendiri dalam Shahih Al-Bukhari nomor 1121.
Seperti Ibnu Umar, pemuda yang menanggung peran strategis di tengah masyarakat tidak cukup hanya berpegangan pada ibadah yang ringan-ringan, memilih amalan yang mudah-mudah, apalagi mencukupkan dengan yang penting kewajiban gugur saja.
Semakin berat konstruksi atap bangunan maka pilar betonnya juga harus lebih kokoh. Kalau tidak, seluruhnya akan ambruk.
Syiar keimanan itu adalah pilar yang harus dimiliki pemuda. Pegang ibadah yang paling mulia, shalat jamaah, tahajjud, puasa sunnah, sedekah, rutinkan Quran, dekat dengan hadits, dzikir setiap waktu.
"Kalau ada orang yang sibuk sana-sini, aktif membantu ini-itu, tapi ia kurang dalam syiar agamanya, saya meragukan apakah semua kerja kerasnya itu ikhlas hanya untuk Allah saja, atau untuk yang lain?" pungkas Dr. Nawwaf.
Semoga Allah jaga beliau, dan semua jaringan ahli ilmunya di seluruh dunia.
@audadzaki
AUC Avenue, 22 Juli 2024. Masih jauh sekali, harus banyak berlatih.
22 notes · View notes
andromedanisa · 2 years
Text
رَبِّ إِنِّيْ لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas: 24)
Penghujung Ramadhan hanya doa yang ingin dilangitkan. Tentang getir, tentang upaya, tentang impian, dan segala harap menjadi satu. Dalam sebuah penghujung sebuah waktu mustajab, hujan pun turun dengan begitu derasnya. Terimalah amalan kami ya Rabb, perkenankan doa kami, kabulkanlah, kabulkanlah.
Allaah ingin kau lebih banyak meminta, mengiba di bulan Ramadhan ini, sayang. Maka mintalah kebaikan untuk kehidupan duniamu, akhiratmu, dan akhir yang baik. Tidak ada doa yang tidak dikabulkan oleh Allaah. Semua jawaban doa adalah "iya". Hanya butuh waktu, ditangguhkan, dikabulkan atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi dari pintamu. Demikianlah cara Allaah menyayangimu. Dibentangkannya banyak waktu mustajab untuk. Tinggallah dirimu, mau meraihnya atau meninggalkan momen itu.
Allaah, aku ingin Ramadhan tahun depan. Banyak hal yang ingin aku syukuri seperti, keberadaannya (seorang anak yang sholih), perihal mimpi-mimpi yang terwujud lebih banyak lagi. Perihal doa yang telah banyak ku pintakan pada hari ini kepadaMu. Tolong aku, tolonglah perempuan ini yang mengiba dengan begitunya kepadaMu. Sebab ia sudah lama berputus asa dari dunia. Dan hanya kepadaMu lah ia menemukan muara segala harapnya.
02 Ramadhan 1444 H || 17.00
Terimalah amalan kami ya Rabb..🥀
233 notes · View notes
mputraff · 2 years
Text
36
Aku melihat cahaya dari kejauhan. Setelah kulihat lekat-lekat ternyata Ramadhan.
Kau adalah belasan rembulan yang kami tunggu, kehadiranmu sangat dinantikan, segala persiapan dilakukan, agar nanti saat bertemu, ada sebuah kesan, yang tak bisa dilupakan.
Ah, betapa tak sabarnya diri ini. Menunggu purnama yang dinanti. Kamulah yang membuat kami-kami terlahir seperti bayi. Bersih, tidak ada noda yang tersangkut dalam hati. Siapa lagi? Kalo bukan engkau: bulan penuh suci.
Kita akan segera bertemu. Dan untuk kali ini, aku janji, aku tidak akan membiarkanmu lagi. Tidak akan kulewatkan sedetik-pun melainkan bersamamu. Akan aku isi hari-hariku hanya bersamamu. Hanya. Bersamamu.     Kuharap Allah memperkenankanku untuk berjumpa denganmu. Tiada keindahan yang terbaik melainkan di sepuluh malam terakhir bersamamu, menghabiskan malam hanya bersamamu. Menikmati sepertiga malam sambil di iringi lantunan ayat cinta yang membuat hati kami menjadi sendu.
Duhai Rabbi, pertemukanlah kami dengan malam istimewa, yang isinya lebih baik dari seribu bulan lamanya. Kami akan merayakannya dengan amalan yang tersusun rapihnya. Insya Allah, kami akan menggetarkan singgasana-Mu tersebab langitan doa-doa. Tidak hanya itu, akan kami buat basahnya hamparan sajadah tersebab tetesan air mata penyesalan nan dosa. Kami hanya berharap, butiran air mata yang terjatuh, yang turunnya satu per satu, mendekatkan langkah kami menuju surga. Aamiin. Semoga.
Wahai pemilik sembilan puluh sembilan nama. Pertemukanlah kami dengannya. Rancaekek.
123 notes · View notes
bayuvedha · 26 days
Text
"Abang, Aku Mau Kerja
Istri : Abang, aku mau kerja!”
suami : “Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya” :)
istri : “Itu, tetangga kita, dia kerja!”
suami :“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.”
istri : “Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”
suami :“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”
istri : “Apa-apaan sih?”
suami :“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”
istri : “Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”
suami : “Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”
istri : “Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”
suami : “Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”
istri : “Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”
suami : “Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?”
istri :“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”
suami : “Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”
istri : “Jadi, kita harus bagaimana?”
suami : “Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”
istri :“Apa, Bang?”
suami : “Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”
istri : “Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”
suami : “Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”
istri : “Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”
suami : “Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”
istri :“Apa?”
suami : “Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”
istri :“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”
suami : “Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”
istri : “Tapi, Bang?!”
suami : “Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”
istri :“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”
suami : “Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”
istri : “Kalau tidak kaya?”
suami : “Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”
istri : “Apa, Bang?
suami : “Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
“Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
2 notes · View notes
senjadanaksara · 2 years
Text
Tumblr media
Menjelang Ramadhan
Yang seringkali telinga ini dengar, banyak hati yang merindukannya. Yang seringkali mata ini lihat, banyak tangan yang diangkat meminta kepada Allaah agar umurnya sampai di Ramadhan berikutnya. Perpisahan dengan Ramadhan di tahun lalu, masih menyisakan rasa sedih berbalut harap. Sedih yang terkemas dalam cita-cita, harapan ingin mengulang kembali 30 hari dalam taqwa.
Ramadhan yang mulia. Lisan yang terjaga. Hati yang senantiasa dipenuhi rasa syukur dan iman yang kokoh di dada. Mata yang takut melihat hal yang sia-sia. Telinga yang tak ingin mendengar apapun yang tak berguna. Kita begitu sibuk menata diri, mengumpulkan amalan. Rasanya tak mau sedetikpun terlewatkan tanpa Al-Quran, ibadah, dan pahala.
Menjelang Ramadhan tahun ini. Hati kita tengah sibuk dengan apa? Apakah kita akan memulai taqwa di Ramadhan hari pertama? Mengapa tidak memulai dari sekarang, untuk segera berhias di atas taqwa? Sebegitu perhitungankah kita dengan waktu kepada Allaah? Bila benar rindu itu nyata dalam dada, mengapa harus menunggu Ramadhan tiba untuk dapat sepenuhnya taqwa?
Wahai diri dan jiwa yang baik. Bisakah kita mulai dari sekarang untuk menata semua ini? Sehingga pada saat Ramadhan tiba nanti, dan kita diperkenankan Allaah memasukinya, kita masuk dalam bulan Ramadhan dalam keadaan hati yang telah siap sepenuhnya. Sebab taqwa bukan hanya di 30 hari saja. Namun bagaimana di hari-hari setelahnya dan sebelumnya, kita selalu bersiap dan menata. Dan di 30 hari yang mulia, kita maksimalkan segala upaya dalam diri kita untuk berhias di hadapan Allaah
Yaa Rabbku. Mudahkanlah kami mengisi Ramadhan kali ini dengan hati sebening embun dan ikhlas yang luas tak berbatas. Bentangkanlah kesabaran di hati kami, sehingga kami dapat meniti 30 hari yang mulia dengan sebaik-baik diri kami yang diliputi cinta-Mu.
- repost cherryummunathan
40 notes · View notes
uniibii · 5 months
Text
Tumblr media
Catatan 2
Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan
Apa yang menyebabkan ramadhan dijuluki sebagai bulan ketaatan? Karena pada bulan itu kita dikondisikan untuk taat. Lingkungan mendukung kita untuk taat.
Semua orang sadar dan tahu bulan ini bulan yang berkah, "La'allakum tattaqun" artinya agar kalian bertaqwa, karena itulah semua orang berlomba-lomba untuk mencapai tingkat taqwa pada bulan ini.
Tapi apakah ketaatan itu hanya untuk satu bulan saja? TENTU TIDAK. 11 bulan lainnya haruslah terus dalam ketaatan.
Dalam Quran surah Az-Zariyat: 50 yang artinya" Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu"
Imam Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang sungguh-sungguh dan rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan , maka beliau menjawab,
بِئْسَ الْقَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ للهَ حَقاًّ إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَيَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum, karena tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Sesungguhnya hamba yang saleh adalah yang rajin dan sungguh-sungguh dalam ibadah dalam setahun penuh.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 313)
Bukankah kita membutuhkan rahmat Allah ta'ala baik di dalam maupun di luar ramadhan? Maka kita perlu menjaga tugas besar, yakni menjaga ketaatan kepada Allah walaupun ramadhan telah berlalu.
Tips Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan
[1] Memohon Keteguhan Iman Kepada Allah Ta'ala
Hati manusia selalu berbolak balik dan iman manusia selalu naik turun. Maka mohonlah pertolongan Allah dengan berdoa:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Yaa muqollibal quluubi tsabbit qolbii 'ala diinik
Artinya: "Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)." (HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6:315).
Teruslah memohon selalu diberi hidayah dan keistiqomahan, selalu luruh pada agama Allah yang lurus.
[2] Istiqomah dalam Beribadah
Istiqomah= konsisten dan konsekuen
Batas istiqomah itu bukan hanya sampai pada idul fitri, tapi sepanjang hayat. Dalam Quran surah Al-Hijr: 99, "Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)."
Ayat ini merupakan peringat, bahwa pembatas manusia dengan ibadah hanya kematian.
Ibadah-ibadah yang sudah dikerjakan selama ramadhan teruslah berlanjut pada bulan-bulan selanjutnya. Bukan ramadhan berakhir, amalan pun berakhir. Bukan ramadhan berakhir, kebaikan pun berakhir. Namun, jagalah ibadah-ibadah kita kepada Allah ta'ala.
“Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus walau sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada motivasi bagus dari moto hidup dari salah seorah sahabat nabi, Bara' bin Malik :
"Ingat Allah, ingat syurga"
Moto hidup yang luar biasa
Note: kita tidak hanya menjaga ibadah-ibadah kita saja, tapi juga meningkatnya
Teteh Ratna
28/04/2024
@uniibii_
2 notes · View notes
hanikaamalia · 6 months
Text
Tumblr media
Meromantisasi malam- malam terakhir di bulan Ramadan
Malam ganjil terakhir di bulan ramadhan tahun ini. Sekaligus ke sepuluh kalinya aku berpuasa sejak 10 tahun yg lalu. Tak menyangka diakhir2 bulan ramadan ini awalnya sudah sedikit terasa loyo ketika menginjak ramadan di minggu ke tiga dan banyak amal ibadah yg mulai longgar, telat dikerjakan bahkan malah meninggalkan hmmm...hari berjalan seperti biasa. Maafkan hamba-Mu ini Ya Allah yg belum bisa semaksimal mungkin dalam menjalankan perintahMu.
Qoddarullahnya minggu ke empat ramadan ini adikku jatuh sakit sehingga harus diopname dan aku bergantian dengan mamaku untuk menjaga adikkku di rumah sakit. Kupikir aku bakal tidak bisa maksimal menjalani 10 hari terakhir ini. Menariknya di waktu yg sempit ini Allah gerakan hatiku kembali bertemu suatu moment yg membuat hari-hari terakhir dari penghujung ramadan ini semakin terasa manis alhamdulillah.
Maghrib kala itu, selepas iftor aku ijin kepada adikku untuk ikut berjamaah di masjid rs, biasanya sih solat di bilik rs saja sambil menemani adik atau ke masjid tapi tdk ikut berjamaah. Dalam perjalanan menuju masjid sempat terfikir "ah mungkin jamaahnya cuma orang² rs aja" ternyata kebanyakan dari orang² luar yg berbondong² ke masjid sini bahkan sebelum waktunya adzan berkumandang. Shof solat pun kukira bakal tinggal pemain inti saja karna biasanya kan klo udah malam2 terakhir tuh shof solat makin kesini makin maju.
Ternyata dugaanku salah, shof solat sudah dipenuhi sebelum waktu solat tiba sampe2 ada yg gk kebagian shof untuk sholat, umpel2-an pokoknya Masya Allah. Imam sholatnya pun terasa seperti imam di masjidil haram yah walaupun saya belum pernah ke sana hehe modal liat live makkah di youtobe aja. Curiga ramadan taun depan terawehnya di masjidil haram beneran aamiin....Tapi serius tumakninah sekali ibadah di sini sampai kadang kelupaan waktu. Ditambah bau bukhur yg tercium harum di setiap sudut masjid ketika hendak solat. Menambah semangat untuk berlama-lama di sini. Hati terasa tenang dengan lantunan tilawah yg dibacakan jamaah sambil menunggu waktu adzan isya datang.
Tak hanya di solat magrib dan isya' saja, di waktu sholat lainnya juga sama, jadi vibes ramadannya tuh kerasaa bgtt semua orang pada berlomba² dalam kebaikan...aku jadi kayak bersyukur bgtt akan nikmat ibadah yg telah Allah beri dan masih diberi kesempatan untuk menghidupkan 10 malam terakhir dibulan ramadan taun ini. Makasih banyak Ya Allah...
Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fu anni
Semoga ibadah puasa ramadan ini kita bukan hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Semoga kita selalu diberi hidayah oleh Allah ketika kita mulai merasa lengah dan semoga kita bisa selalu istiqomah dalam mengerjakan kebiasaan2 baik ini, bukan hanya di bulan ramadan saja tapi di bulan-bulan yg lain juga. Semoga ibadah dan kebiasaan2 baik yg kita lakukan di bulan ramadan bukan hanya embel² "lho kan, kalo di buoan ramadan setan pada dikurung, jadi gk ada yg ganggu. Beda cerita kalo di hari biasa" Yakinnn??? Hawa nafsumu apa kabar??
Sejatinya ramadan adalah salah satu sarana dari Allah dalam 30 hari untuk mengevaluasi diri, mengendalikan diri dari hawa nafsu dan membangun kembali kebiasaan2 baik dengan tanda suksesnya selepas ramadan kita masih melakukan kebiasaan baik tsb. Ramadan boleh berlalu tapi amalan baik jangan!
Wallahu A'lam Bishawab.
Doanya yah semoga adikku segera pulih dan bisa ikut serta merayakan idul fitri di rumah aamiin...
Bilik RSI, Anyelir 2A
2 notes · View notes
zarabinwa · 6 months
Text
Laylatul Qadr
Usia manusia belum tentu mencapai 83 tahun, namun ada satu malam dimana malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan. Betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia oleh hiruk pikuk dunia di bulan penuh kebaikan ini.
Berburulah Laylatul Qadr, mohonlah ampunan atas segala dosa-dosa kita yang sudah menggunung. Beribadahlah karena pada malam itu semua kebaikan dilipatgandakan laksana 1000 bulan. Bermunajatlah sebanyak-banyaknya di malam penentuan takdir itu.
Niscaya pada malam itu malaikat-malaikat akan turun berdesakan ke bumi seraya mengaminkan doa-doa kita.
🌙
Misi Berburu Laylatul Qadr
✨Semua amalan dilipatgandakan bagaikan 1000 bulan✨
1. Itikaf
2. Sholat Tahajud, Sholat Hajat, Sholat Taubat, Sholat istikhoroh, dll
3. Membaca Al-Quran
Membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan tiap satu huruf dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.
3. Berzikir dan berdoa : mohon ampunlah dan berdoalan sebanyak-banyaknya, karena laylatul qadr adalah malam penentuan takdir
4. Berinfak dan bersedekah
Celakalah seorang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berakhir dalam keadaan Allah SWT belum mengampuni dosa-dosanya (HR.Tirmidzi).
5 notes · View notes
ramengir · 6 months
Text
Ramadhan hari ke 7
Pengen banget evaluasi setelah seminggu berpuasa, kalo cek buku laporan pribadi masih banyak yang kurang.
Memang benar adanya bahwa kesenangan dunia itu sepele dan sebentar.
Puasa 15 jam bisa kenyang hanya dengan berbuka 30 menit adalah bukti nafsu dunia itu sepele dan gak pernah ada habisnya kalau dituruti.
Pun merasa lebih baik amalan nya dari orang yang ga tarawehan juga ga boleh plis. Kita ga tau amalan lain yang dikerjakan orang lain yang justru menjadikan orang tersebut istimewa dimata Allah...
Semangat mulai kendor tapi doa mustajab di bulan ini ga boleh kelewat.
1. Pengen pindah rumah dan rumah kejual
2. Anak2 sekolah makin rajin dan pintar
3. Berkah di sisa umur
4. Bahagia dengan rasa syukur
5. Berlimpah amal shaleh, pahala dan harta
6. Tenang
Aamiin YRA
3 notes · View notes
andromedanisa · 6 months
Text
menahan diri untuk tidak saling menakar..
"ngejar apa sih sampai 10 hari Ramadhan aja masih sibuk bikin kue, sibuk jualan, sibuk iklan kerja sampai lembur-lembur. ini udah masuk 10 hari Ramadhan loh harusnya gas polin ibadahnya."
"aku kemarin barusan dapat transferan THR suami, langsung bawa anak-anak ke mall untuk membeli baju baru buat mereka. mall penuh sekali, Masya Allaah, daya beli masyarakat sudah mulai membaik."
"kalau beli baju baru mah gak perlu nunggu lebaran." komentar lainnya
"tapi emang bener kok nasehatnya buat fokus ibadah di bulan Ramadhan, jadi gak usah baper kalau ada yang ngingetin. justru cek hati kita kenapa kita sibuk dengan dunia melulu."
aku tahu sebuah nasihat memang terasa menyakitkan. namun percayalah mereka yang saat ini masih terlihat sibuk update buat kue kering, sibuk jualan, sibuk kerja bahkan sampai lembur, sibuk iklan sana sini bukan berarti enggak beribadah, bukan berarti tidak menerima nasihat. mall terlihat ramai karena banyaknya para pengunjung mall untuk belanja bukan berarti nggak maksimal di bulan Ramadhan. Apalagi masih terlihat update story jualan di 10 hari terakhir Ramadhan.
sebab ada sebagian orang yang pada hari ini memilih masih ada hutang yang harus dibayar, orangtua yang sudah sepuh yang harus mereka kunjungi dikampung halaman. membelikan baju baru untuk anak-anak karena baru dapat THR, membelikan hadiah untuk sanak kerabat. atau mungkin mengejar omset agar bisa memberikan THR, bonus untuk karyawan yang juga mengharapkan penuh untuk orang yang mereka sayangi.
hari ini dan bahkan sampai kapanpun,. kita tidak akan pernah tahu amalan tersembunyi apa yang sedang mereka kerjakan namun tak nampak dipermukaan. bisa jadi amalan ibadah mereka jauh lebih baik dari kita pada hari ini.
sebab mereka menjaga niat, sebab mereka menjaga keikhlasan hati. sebab mereka melapangkan hati mereka untuk banyak memberi maaf kepada orang-orang yang telah menyakiti. sementara kita, sibuk mengomentari, sibuk dengan prasangka-prasangkaan yang belum jua benar adanya, merasa lebih baik sebab melakukan ibadah di bulan Ramadhan.
hati-hati dengan prasangka, hati-hati menilai hidup orang lain. kita tidak akan dihisap penilaian orang lain kepada kita melainkan kita akan dihisap sebab prasangka kita kepada orang lain. kita hanya penonton di kehidupan orang lain. kita tak pernah tahu kesulitan seperti apa yang sedang Allaah uji dalam hidup mereka. tidak pernah benar-benar tahu.
maka salinglah menahan diri untuk tidak saling menakar mana yang lebih baik. sebab yang terbaik adalah yang paling lurus niatnya murni karena Allaah Ta'ala.
sekali lagi, semua orang sedang berjuang, setiap orang punya ladang pahalanya. hanya karena orang lain tidak mengerjakan apa yang kita kerjakan amalan pada hari ini, bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Justru kita perlu bertanya kepada diri, bukankah itu termasuk kesombongan sebab merasa lebih baik dari orang lain?
Astaghfirullaah. Ighfirliy yaa Rabb 💦
Untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal harta, ekonomi. Semoga Allaah menolong selalu dalam keadaan apapun. Dan untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal apapun itu, semoga Allaah mudahkan untuk melaluinya dengan sabar dan tawakal kepadaNya. Pada akhirnya kita menuju Allaah sesuai kemampuan kita dalam mengupayakan. Dan ini tentu atas pertolongan Allaah. Maka jangan lelah untuk selalu meminta pertolonganNya.
pada akhirnya hanya Allaah yang tahu isi hati manusia. jika menemukan sesuatu yang tidak sejalan menurut pandangan kita. cukup sampai pada diri kita saja, cukupkan tanpa berkomentar. jika tak bisa mendoakan maka menahan diri untuk tidak saling menakar. bedakan ya, mana memberi nasihat dan mana membandingkan diri di bulan Ramadhan ini. semoga Allaah menolong kita semua, semoga Allaah mengampuni kita.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Penghujung Ramadhan, 22 Ramadhan 1445 H
49 notes · View notes
haninditaas · 6 months
Text
Ramadhan Tetaplah Ramadhan.
Tahun ini, alhamdulillah kembali dipertemukan dengan Ramadhan, bulan spesial yang dinanti-nanti setelah sebelas bulan lamanya.
Di bulan ini, mungkin sudah tidak asing lagi kita menjumpai orang-orang cenderung meningkatkan ibadahnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan ada yang sudah jauh-jauh menyiapkan dan membiasakan mutabaah yaumi andalannya sejak sebelum memasuki Ramadhan. Sebab mereka punya target amalan, berusaha menjadikan setiap detik yang dilalui tidak sia-sia.
Namun, ada juga di antara mereka ternyata sedang merasa tidak prima secara ruhiyah kala memasuki Ramadhan ini. Sedang futur, sedang terbelenggu dengan kemalasan, sedang diuji dengan cobaan hidup dan atau kemaksiatan. Ada juga di antaranya muslimah yang patah hati karena qadarullah tamu bulanannya hadir di awal-awal Ramadhan. Sehingga Ia tidak bisa mengecap tarawih, tilawah, dan puasa yang sudah dinantikannya.
Hal-hal tersebut membuat mereka bertanya:
Apakah aku layak menjalani Ramadhan ini? Apakah aku tetap bisa mendapatkan kemuliannya?
Ternyata, ada berbagai kondisi manusia kala memasuki dan melewati Ramadhannya. Namun, Ramadhan tetaplah Ramadhan. Ia tetap bulan mulia, dimana Allah membukakan jutaan pintu kebaikan untuk hambaNya, tanpa terkecuali. Ia selalu ada, bagi mereka yang mencari.
Ramadhan bukan hanya milik mereka yang siap, bukan hanya milik mereka yang sudah handal amalannya. Ramadhan juga milik mereka yang meniatkan segala aktivitasnya untuk Allah: bekerjanya, belajarnya, mengurus rumahnya, merawat anaknya, meski mereka sedang tidak bisa sholat dan tidak berpuasa sebagaimana mestinya.
Ramadhan juga milik mereka yang ingin berpulang setelah jauhnya menapaki kehidupan. Mereka yang ingin mengobati hati yang patah. Ingin kembali menemukan arah. Ingin melepas dari belenggu duniawi yang membuat resah. Mereka yang merindukan manisnya dapat kembali terhubung dengan Rabb yang Maha Rahmah.
Maka dengan kondisi apapun kamu, baik atau tidak baik, siap atau tidak siap, jauh atau dekat, Ramadhan selalu ada dan menunggumu. Menunggu untuk bisa kamu maksimalkan dengan cara apapun sesuai kemampuanmu.
3 notes · View notes
dilbaaah · 6 months
Text
Ramadhan Bulan Latihan, Pilih Kebiasaan Baikmu
Alhamdulillah telah sampai kita pada bulan mulia yang dimana segala amal akan dilipatgandakan pahalanya.
Selain penggandaan pahala, ternyata bulan ini pun bisa jadi sarana latihan dalam kebaikan. Berdasarkan pengalaman, sedikit kebiasaan baik yang kumiliki kubangun dari Ramadhan. Bahkan awalnya tidak berniat sama sekali untuk dijadikan kebiasaan, cuma sering diulang-ulang aja dan terbawa sampai sekarang.
Dari situlah aku beresolusi setiap ramadhan harus ada kebiasaan baru yang kuulang-ulang sampai akhirnya bisa konsisten terus mengamalkannya.
Kebiasaan baik itu bisa berupa baca Al-Qur'an minimal satu juz setiap hari. Bisa konsisten baca surat tertentu setiap hari, seperti Al-Waqi'ah, Al-Mulk, Ar-Rahman, dll. Bisa konsisten sholat di awal waktu. Bisa sedekah shubuh minimal 5 ribu setiap hari. Bisa sabar menghadapi atau menunggu sesuatu.
Bebas aja. Pilih kebaikan yang kamu ingin itu mendarah daging di dirimu. Sampai kamu akan merasa ada yang kurang jika belum melakukan kebiasaan baik itu atau kamu akan secara otomatis melakukannya tanpa paksaan dan suruhan.
Sekian, ramadhan day 1, mari pilih kebiasaan baik apa yang akan kita ulang-ulang selama ramadhan agar di bulan-bulan berikutnya pun kita akan merasa ringan melaksanakannya❤️
Setidaknya kita punya satu amalan andalan yang bisa kita banggakan di hadapan-Nya:)
6 notes · View notes
copiipastee · 6 months
Text
Keluarga
Bismillah,
Tak terasa Bulan Ramadhan kembali bertamu kepada kita, tamu yang sangat istimewa dan mulia. Tidak heran, semua umat muslim yang beriman di seluruh dunia menyambutnya dengan sukaria. Ada yang mempersiapkan hidangan untuk sahur dan berbuka, membeli pakaian baru, membersihkan rumah, mencari info kajian, list agenda bukber, atau ada juga yang menyambut ramadhan dengan biasa-biasa saja. Ada yang menargetkan ibadah serta amalan-amalan sunnah selama ramadhan, ada yang fokus kejar target pekerjaan kantor, ada yang sibuk berdagang agar bisa beli baju lebaran, atau ada yang sudah tidak sabar ramadhan cepat berakhir.
Setiap kita yang muslim, pasti punya target dan keinginan masing-masing di ramadhan ini. Cara mencapainya pun beragam. Salah satunya adalah bisa berkumpul dengan keluarga di rumah di ramadhan tahun ini. Bagi mereka yang merantau, tentu beribadah dengan keluarga adalah salah satu hal yang dirindukan. Rindu masakan ibu, rindu tilawah bareng, buka dan sahur bareng, dan hal-hal diantaranya. Tapi, Allah punya caranya untuk memberikan kenikmatan yang terkadang manusia abaikan. Ternyata bagi yang sedang merantau, Allah hadirkan saudara-saudara muslim disana sebagai keluarga kedua, tentunya tidak menggantikan suasana seperti dirumah asal. Alhamdulillah.
Bagi yang tahun ini sudah kembali dari rantauan dan bisa berkumpul dengan keluarga, lihat! betapa Allah masih memberikan kita nikmatnya dalam bentuk rezeki yang baik. Kita bisa kembali ibadah bersama ayah,ibu, kakak, adik, paman,bibi dalam ketakwaan. Fokus tilawah Al-Quran sama-sama, taraweh sama-sama, bikin masakan buka dan sahur sama-sama juga, rumah menjadi lebih hidup dengan amalan-amalan sunnah di dalamnya. MasyaAllah Tabarakallah.
Jika, ramadhan tahun ini adalah yang terakhir kita berkumpul dengan keluarga (mungkin ramadhan tahun depan, kita merantau lah, kita berkeluarga lah) maka, manfaatkan sebaik-baiknya waktu kita itu untuk mereka, orang-orang yang mencintai kita tanpa syarat dan ketentuan. Fokus mengerjakan ibadah wajib dan sunnahtullah, sebelum kelak kita disibukkan dengan hal yang lain. Wallahu a'lam bishawab.
2 notes · View notes