Tumgik
#amalan bulan ramadhan
manhattancoolid · 4 months
Text
0 notes
aksarahumaira · 6 months
Text
Bagaimana Kalau Jodoh Itu...
Tumblr media
Bagaimana kalau jodoh itu bernama ajal? Bagaimana kalau Allah takdirkan lebih dulu berpulang ke kampung akhirat, bukanlah bertemu pasangan di dunia? Aku bertanya-tanya, bagaimana jika ia datang lebih cepat?
Bagaimana kalau perbekalan ini belum lah cukup? Bekal yang begitu sedikit ini, apakah Allah mampukan mengundang rahmat dan ridhoNya untuk jadi salah satu penghuni surga-Nya? Dosa yang menggunung.. Amanah yang belum tertunaikan.. Permohonan maaf yang belum terucap.. Mungkin juga, cita-cita yang harus dibiarkan diam dalam angan.
Sebelum 'jodoh' itu datang, semogalah kita memastikan kondisi terbaik, entah amalan ataukah keimanan. Semasa ia belum datang, semoga Allah mampukan kita jadi sebaik-baik hamba dengan sebaik-baik amalan. Hingga bertemu denganNya jadi pertemuan yang membahagiakan.
Bagaimana kalau jodoh itu... adalah pertemuan dengan Nya?
_________
Tulisan ini, mungkin mengganti Ramadhan Day 9, ditulis ketika rasanya sedih sekali beberapa hari ini tidak bisa memaksimalkan interaksi dengan Quran karena sakit. Sepele sekali, radang. Tapi membuat nikmat mengejar ibadah di bulan Ramadhan terasa tercabut begitu saja. Ternyata memang, kesehatan sekecil apapun harus dilingkupi penuh rasa syukur.
Menulis tentang "ajal", tentunya membuat terasa takut bagi seorang hamba yang penuh akan dosa. Topik yang seringnya kita hindari, termasuk saya. Tapi bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling sering mengingat kematian? :')
Semoga Ramadhan ini, bukan hanya bertambah pahala, tapi bertambah juga keimanan-keimanan di hati kita.
Depok, 21 Maret 2024, 1.30 dini hari.
87 notes · View notes
azurazie · 6 months
Text
SEBENARNYA APA YANG SEDANG KITA RAYAKAN?
Di iringi dengan sahut-sahutan takbir yang menggema, aku merenung. Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan?
Rasanya untuk merayakan menyambut lebaran itu akan lebih bermakna, akan lebih mengena, atau lebih diperuntukkan bagi mereka yang sejak hari pertama hingga akhir Ramadhan konsisten bersungguh-sungguh dalam mengisinya, sepanjang siang dan malam. Mengisi dengan amalan-amalan terbaik. Dalam bilangan-bilangan yang terbanyak. Dengan tingkat kekhusuan yang teruji. Sungguh-sungguh menjalaninya. Sungguh-sungguh dalam mengupayakan keberkahannya. Mengejar keutamaan-keutamaan yang ada pada Ramadhannya.
Maka, akan pas sekali apabila mereka menyambut merayakan lebaran dengan suka cita. Setelah bersusah payah dalam ketaatan, untuk meraih gelar ketakwaan.
Sedangkan kita? Apa yang sejauh ini sudah kita kerjakan? Yang sejauh ini sudah kita upayakan? Yang bisa kita banggakan oleh diri kita sendiri?
Sebenarnya yang sedang kita rayakan itu apa? Menyambut lebaran atau merayakan kepergian Ramadhan? Jangan-jangan kita cenderung sedang merayakan kepergian Ramadhan. Yang selama satu bulan penuh, merasa dipaksa untuk bangun malam, karena diharuskan sahur. Merasa dipaksa untuk menahan lapar dan dahaga, karena diharuskan berpuasa. Merasa dipaksa untuk membuka mushaf Al-Qur'an, karena ada target harian. Dan amalan-amalan ibadah lain yang sifatnya masih harus dipaksa, agar kita lebih rutin untuk mengerjakannya.
Tentang shalat wajib yang masih harus dipaksa untuk berjamaah. Tentang menambah shalat-shalat sunnah yang masih harus dipaksa untuk mengerjakannya. Dan tentang rutinitas ibadah lain selama bulan Ramadhan yang kita kerjakan bukan sekadar memang didasari oleh kebutuhan, tetapi masih sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
Maka, rasa-rasanya yang sedang kita rayakan adalah tentang kepergian Ramadhan. Dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Merayakan dengan suka cita karena esok hari sudah kembali bebas melakukan ini itu. Tidak lagi harus berpuasa, tidak lagi harus bangun malam, tidak lagi harus membuka mushaf secara rutin. Naudzubillah..
Atau kita sudah mulai merenungi banyak hal, ternyata tanpa Ramadhan, kualitas ibadah kita bukanlah apa-apa. Kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Dan mulailah kita merasa berduka, takut setelah kepergiannya tidak adalagi kendali atas perbuatan-perbuatan kita yang suka melampaui batas. Yang banyak lalainya. Yang banyak ditunda-tundanya. Ya, Rabb betapa nestapa rasanya.
Dan mulailah kita berdoa secara sungguh-sungguh, berharap dalam-dalam, semoga masih diberi kesempatan di tahun depan untuk berjumpa kembali dengan Ramadhan. Dengan kesiapan diri yang lebih baik dari tahun ini. Dengan kesehatan yang paripurna, kesempatan yang lebih leluasa. Umur yang barokah dan keluarga besar kita yang masih utuh. Aamiin ya Rabbal'alamin.
@azurazie
36 notes · View notes
audadzaki · 2 months
Text
Pemuda Rajin Organisasi yang Malas Sholat
"Orang yang menanggung beban besar di tengah masyarakat wajib memiliki syiar keimanan yang kuat." Begitu kata Dr. Nawwaf Hael Takruri, ketua Himpunan Ulama' Palestina, beberapa bulan lalu.
Beliau adalah inisiator dari Simposium Pemuda Internasional yang digelar tahunan sejak 2019. Tujuannya adalah menghidupkan pergerakan pemuda di setiap negara khususnya dalam menyikapi isu Palestina.
Nasehat beliau untuk pemuda salah satunya adalah memperhatikan diri sendiri; keimanannya, keilmuannya, dan kekuatan fisiknya.
Dalam sisi keimanan ada yang disebut dengan syiar. Syiar adalah sebuah penanda atas wujudnya keimanan itu sendiri. Bentuknya secara umum adalah dengan menjalankan perintah-perintah ibadah amaliyah dengan baik; shalat, sedekah, puasa, mengaji, dan lainnya.
Tapi ibadah itu sendiri memiliki tingkatan. Secara khusus Rasulullah saw memberi beban tingkatan ibadah itu sesuai dengan kadar orangnya. Tidak semua orang harus sempurna, tapi tidak semua juga boleh menjalankan sekenanya.
Misal saat ada seorang Arab badui dari Najd bertanya tentang Islam, Rasulullah saw hanya memberikan beban yang wajib saja. Kata beliau Islam itu "lima kali shalat dalam sehari semalam," lalu, "puasa Ramadhan," lalu zakat.
Sang badui mengatakan "Demi Allah aku tidak akan menambahnya dan mengurangi." Mendengar itu Rasulullah bergumam, "Ia akan beruntung kalau jujur (seperti yang dikatakan),"
Hadits itu secara lengkapnya tercatat di Shahih Al-Bukhari nomor 1891 diceritakan oleh Shahabat Thalhah bin Ubaidillah.
Apa yang berlaku untuk sang badui itu akan berbeda dengan kasus tokoh sahabat jempolan seperti Abdullah bin Umar, putra dari orang nomor dua di samping Rasulullah, sekaligus adik ipar beliau. Semoga Allah meridhainya.
ٍSaat masih muda, Ibnu Umar yang merupakan copycat Rasulullah itu pernah dikomentari Sang Rasul, "Pemuda terbaik adalah Abdullah," Kata beliau, tapi ada lanjutan syaratnya, "seandainya ia menjalankan shalat malam,"
Semenjak saat itu beliau tidak tidur malam kecuali sebentar, sebab untuk orang setokoh Ibnu Umar menjalani yang wajib saja tidak akan cukup.
Hadits itu diceritakan oleh Ibnu Umar sendiri dalam Shahih Al-Bukhari nomor 1121.
Seperti Ibnu Umar, pemuda yang menanggung peran strategis di tengah masyarakat tidak cukup hanya berpegangan pada ibadah yang ringan-ringan, memilih amalan yang mudah-mudah, apalagi mencukupkan dengan yang penting kewajiban gugur saja.
Semakin berat konstruksi atap bangunan maka pilar betonnya juga harus lebih kokoh. Kalau tidak, seluruhnya akan ambruk.
Syiar keimanan itu adalah pilar yang harus dimiliki pemuda. Pegang ibadah yang paling mulia, shalat jamaah, tahajjud, puasa sunnah, sedekah, rutinkan Quran, dekat dengan hadits, dzikir setiap waktu.
"Kalau ada orang yang sibuk sana-sini, aktif membantu ini-itu, tapi ia kurang dalam syiar agamanya, saya meragukan apakah semua kerja kerasnya itu ikhlas hanya untuk Allah saja, atau untuk yang lain?" pungkas Dr. Nawwaf.
Semoga Allah jaga beliau, dan semua jaringan ahli ilmunya di seluruh dunia.
@audadzaki
AUC Avenue, 22 Juli 2024. Masih jauh sekali, harus banyak berlatih.
22 notes · View notes
andromedanisa · 2 years
Text
رَبِّ إِنِّيْ لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas: 24)
Penghujung Ramadhan hanya doa yang ingin dilangitkan. Tentang getir, tentang upaya, tentang impian, dan segala harap menjadi satu. Dalam sebuah penghujung sebuah waktu mustajab, hujan pun turun dengan begitu derasnya. Terimalah amalan kami ya Rabb, perkenankan doa kami, kabulkanlah, kabulkanlah.
Allaah ingin kau lebih banyak meminta, mengiba di bulan Ramadhan ini, sayang. Maka mintalah kebaikan untuk kehidupan duniamu, akhiratmu, dan akhir yang baik. Tidak ada doa yang tidak dikabulkan oleh Allaah. Semua jawaban doa adalah "iya". Hanya butuh waktu, ditangguhkan, dikabulkan atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi dari pintamu. Demikianlah cara Allaah menyayangimu. Dibentangkannya banyak waktu mustajab untuk. Tinggallah dirimu, mau meraihnya atau meninggalkan momen itu.
Allaah, aku ingin Ramadhan tahun depan. Banyak hal yang ingin aku syukuri seperti, keberadaannya (seorang anak yang sholih), perihal mimpi-mimpi yang terwujud lebih banyak lagi. Perihal doa yang telah banyak ku pintakan pada hari ini kepadaMu. Tolong aku, tolonglah perempuan ini yang mengiba dengan begitunya kepadaMu. Sebab ia sudah lama berputus asa dari dunia. Dan hanya kepadaMu lah ia menemukan muara segala harapnya.
02 Ramadhan 1444 H || 17.00
Terimalah amalan kami ya Rabb..🥀
233 notes · View notes
milaalkhansah · 7 months
Text
Diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan ramadan adalah salah satu nikmat yang tidak diberikan untuk semua orang.
Semoga kita diberikan kemudahan dan juga kekuatan untuk bisa memaksimalkan setiap detiknya dengan amalan kebaikan.
Karena barangkali, ramadan ini adalah ramadan terakhir kita.
Nasehat untuk diri sendiri | 08.43 menjelang ramadhan hari pertama
23 notes · View notes
mputraff · 2 years
Text
36
Aku melihat cahaya dari kejauhan. Setelah kulihat lekat-lekat ternyata Ramadhan.
Kau adalah belasan rembulan yang kami tunggu, kehadiranmu sangat dinantikan, segala persiapan dilakukan, agar nanti saat bertemu, ada sebuah kesan, yang tak bisa dilupakan.
Ah, betapa tak sabarnya diri ini. Menunggu purnama yang dinanti. Kamulah yang membuat kami-kami terlahir seperti bayi. Bersih, tidak ada noda yang tersangkut dalam hati. Siapa lagi? Kalo bukan engkau: bulan penuh suci.
Kita akan segera bertemu. Dan untuk kali ini, aku janji, aku tidak akan membiarkanmu lagi. Tidak akan kulewatkan sedetik-pun melainkan bersamamu. Akan aku isi hari-hariku hanya bersamamu. Hanya. Bersamamu.     Kuharap Allah memperkenankanku untuk berjumpa denganmu. Tiada keindahan yang terbaik melainkan di sepuluh malam terakhir bersamamu, menghabiskan malam hanya bersamamu. Menikmati sepertiga malam sambil di iringi lantunan ayat cinta yang membuat hati kami menjadi sendu.
Duhai Rabbi, pertemukanlah kami dengan malam istimewa, yang isinya lebih baik dari seribu bulan lamanya. Kami akan merayakannya dengan amalan yang tersusun rapihnya. Insya Allah, kami akan menggetarkan singgasana-Mu tersebab langitan doa-doa. Tidak hanya itu, akan kami buat basahnya hamparan sajadah tersebab tetesan air mata penyesalan nan dosa. Kami hanya berharap, butiran air mata yang terjatuh, yang turunnya satu per satu, mendekatkan langkah kami menuju surga. Aamiin. Semoga.
Wahai pemilik sembilan puluh sembilan nama. Pertemukanlah kami dengannya. Rancaekek.
123 notes · View notes
mutiarafirdaus · 2 years
Text
Ahlan bagi kawan kawan tumblr yang mau cetak kuartet ini sebagai sarana pembelajaran mengenal Islam dan jadi hiburan ketika bulan Ramadhan 😁
Disana juga ada Ramadhan Tracker yang bisa teman teman jadikan wasilah untuk memantau amalan harian
Izin tag para suhu tumblr ya supaya jejak kebaikan ini bisa semakin luas tersebar ✨
@jejaringbiru @yunusaziz @alizetia @makarimanaily @herricahyadi @kurniawangunadi
131 notes · View notes
auliasalsabilamp · 6 months
Text
Happy Idul Fitri 1445 H
Semoga Allah menerima puasa dan amalan-amalan kebaikan kita selama bulan ramadhan.
Semoga kebaikan yang sudah diusahakan selama ramadhan ini tetap bisa kita jaga dan istiqamahkan.
Semoga Allah mengizinkan kita untuk kembali bertemu di bulan ramadhan berikutnya dan terus berupaya memperbaiki diri dan iman.
Selamat lebaran, teman-teman! 💐
Pemalang, 29 Ramadhan 1445 H.
19 notes · View notes
chocohazel · 6 months
Text
Ramadhan Journal: 1. Yang Kau Cari, Mencarimu
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” — Al-Baqarah: 185
Ketika mendengar kata Ramadhan, ibadah yang pertama terlintas dalam pikiran kita — atau setidaknya kami dan sebagian besar orang adalah puasa. Tanpa mengenyampingkan ibadah puasa sebagai prioritas, ironisnya terkadang kita luput dari amalan lain yaitu berinteraksi dengan Al-Quran. Padahal jika dicermati, ayat perintah puasa yang akan sering kita dengar dan baca selama hari-hari ke depan tidak secara literal menggandeng kata Ramadhan. Sementara kata Ramadhan disandingkan dengan sesuatu yang seharusnya lebih menggembirakan bagi manusia; yaitu sebagai bulan diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk dan pembeda.
Maka momen Ramadhan adalah momen dimana seharusnya kita memperbarui koneksi dengan Al-Quran, memperbaiki yang kurang selama 11 bulan lainnya, memperindah adab dan memperbanyak tadabbur atas ayat-ayat yang Allah jadikan sebagai cara berkomunikasi—lintas dimensi dengan manusia.
Lalu yang menjadi masalah adalah bagaimana jika Al-Quran tidak lagi bisa menyentuh hati kita?
Tenang, selagi nyawa dikandung badan maka akan selalu ada kesempatan. Pertemuan kita dengan bulan Ramadhan tentu bukan sebuah hal yang sia-sia dan tanpa makna, ketika Allah pertemukan kita kembali dengan Ramadhan, sadarilah bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dengan segala rahmat dan karuniaNya sedang menginginkan kebaikan bagi kita; manusia.
Sadari, lalu mintalah kepada Allah untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati. Sebab Al-Quran adalah bacaan yang secara fitrah dapat menyentuh hati-hati pembacanya. Tanpa perlu latar belakang keilmuan khusus atau pembelajaran yang panjang, Allah mudahkan hati yang hidup untuk tersentuh oleh Al-Quran.
Apapun keresahan, pertanyaan dan keraguanmu; jawabannya selalu ada disana. Yang perlu kau lakukan hanyalah “menghidupkan” hati dan mulai mencari.
“Sebab yang kau cari, mencarimu” — Rumi
ps. ditulis setelah menyimak kajian YNTV.
7 notes · View notes
andromedanisa · 6 months
Text
menahan diri untuk tidak saling menakar..
"ngejar apa sih sampai 10 hari Ramadhan aja masih sibuk bikin kue, sibuk jualan, sibuk iklan kerja sampai lembur-lembur. ini udah masuk 10 hari Ramadhan loh harusnya gas polin ibadahnya."
"aku kemarin barusan dapat transferan THR suami, langsung bawa anak-anak ke mall untuk membeli baju baru buat mereka. mall penuh sekali, Masya Allaah, daya beli masyarakat sudah mulai membaik."
"kalau beli baju baru mah gak perlu nunggu lebaran." komentar lainnya
"tapi emang bener kok nasehatnya buat fokus ibadah di bulan Ramadhan, jadi gak usah baper kalau ada yang ngingetin. justru cek hati kita kenapa kita sibuk dengan dunia melulu."
aku tahu sebuah nasihat memang terasa menyakitkan. namun percayalah mereka yang saat ini masih terlihat sibuk update buat kue kering, sibuk jualan, sibuk kerja bahkan sampai lembur, sibuk iklan sana sini bukan berarti enggak beribadah, bukan berarti tidak menerima nasihat. mall terlihat ramai karena banyaknya para pengunjung mall untuk belanja bukan berarti nggak maksimal di bulan Ramadhan. Apalagi masih terlihat update story jualan di 10 hari terakhir Ramadhan.
sebab ada sebagian orang yang pada hari ini memilih masih ada hutang yang harus dibayar, orangtua yang sudah sepuh yang harus mereka kunjungi dikampung halaman. membelikan baju baru untuk anak-anak karena baru dapat THR, membelikan hadiah untuk sanak kerabat. atau mungkin mengejar omset agar bisa memberikan THR, bonus untuk karyawan yang juga mengharapkan penuh untuk orang yang mereka sayangi.
hari ini dan bahkan sampai kapanpun,. kita tidak akan pernah tahu amalan tersembunyi apa yang sedang mereka kerjakan namun tak nampak dipermukaan. bisa jadi amalan ibadah mereka jauh lebih baik dari kita pada hari ini.
sebab mereka menjaga niat, sebab mereka menjaga keikhlasan hati. sebab mereka melapangkan hati mereka untuk banyak memberi maaf kepada orang-orang yang telah menyakiti. sementara kita, sibuk mengomentari, sibuk dengan prasangka-prasangkaan yang belum jua benar adanya, merasa lebih baik sebab melakukan ibadah di bulan Ramadhan.
hati-hati dengan prasangka, hati-hati menilai hidup orang lain. kita tidak akan dihisap penilaian orang lain kepada kita melainkan kita akan dihisap sebab prasangka kita kepada orang lain. kita hanya penonton di kehidupan orang lain. kita tak pernah tahu kesulitan seperti apa yang sedang Allaah uji dalam hidup mereka. tidak pernah benar-benar tahu.
maka salinglah menahan diri untuk tidak saling menakar mana yang lebih baik. sebab yang terbaik adalah yang paling lurus niatnya murni karena Allaah Ta'ala.
sekali lagi, semua orang sedang berjuang, setiap orang punya ladang pahalanya. hanya karena orang lain tidak mengerjakan apa yang kita kerjakan amalan pada hari ini, bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Justru kita perlu bertanya kepada diri, bukankah itu termasuk kesombongan sebab merasa lebih baik dari orang lain?
Astaghfirullaah. Ighfirliy yaa Rabb 💦
Untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal harta, ekonomi. Semoga Allaah menolong selalu dalam keadaan apapun. Dan untuk siapapun yang hari ini Allaah uji perihal apapun itu, semoga Allaah mudahkan untuk melaluinya dengan sabar dan tawakal kepadaNya. Pada akhirnya kita menuju Allaah sesuai kemampuan kita dalam mengupayakan. Dan ini tentu atas pertolongan Allaah. Maka jangan lelah untuk selalu meminta pertolonganNya.
pada akhirnya hanya Allaah yang tahu isi hati manusia. jika menemukan sesuatu yang tidak sejalan menurut pandangan kita. cukup sampai pada diri kita saja, cukupkan tanpa berkomentar. jika tak bisa mendoakan maka menahan diri untuk tidak saling menakar. bedakan ya, mana memberi nasihat dan mana membandingkan diri di bulan Ramadhan ini. semoga Allaah menolong kita semua, semoga Allaah mengampuni kita.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Penghujung Ramadhan, 22 Ramadhan 1445 H
49 notes · View notes
bayuvedha · 26 days
Text
"Abang, Aku Mau Kerja
Istri : Abang, aku mau kerja!”
suami : “Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya” :)
istri : “Itu, tetangga kita, dia kerja!”
suami :“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.”
istri : “Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”
suami :“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”
istri : “Apa-apaan sih?”
suami :“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”
istri : “Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”
suami : “Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”
istri : “Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”
suami : “Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”
istri : “Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”
suami : “Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?”
istri :“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”
suami : “Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”
istri : “Jadi, kita harus bagaimana?”
suami : “Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”
istri :“Apa, Bang?”
suami : “Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”
istri : “Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”
suami : “Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”
istri : “Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”
suami : “Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”
istri :“Apa?”
suami : “Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”
istri :“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”
suami : “Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”
istri : “Tapi, Bang?!”
suami : “Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”
istri :“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”
suami : “Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”
istri : “Kalau tidak kaya?”
suami : “Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”
istri : “Apa, Bang?
suami : “Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
“Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
2 notes · View notes
senjadanaksara · 2 years
Text
Tumblr media
Menjelang Ramadhan
Yang seringkali telinga ini dengar, banyak hati yang merindukannya. Yang seringkali mata ini lihat, banyak tangan yang diangkat meminta kepada Allaah agar umurnya sampai di Ramadhan berikutnya. Perpisahan dengan Ramadhan di tahun lalu, masih menyisakan rasa sedih berbalut harap. Sedih yang terkemas dalam cita-cita, harapan ingin mengulang kembali 30 hari dalam taqwa.
Ramadhan yang mulia. Lisan yang terjaga. Hati yang senantiasa dipenuhi rasa syukur dan iman yang kokoh di dada. Mata yang takut melihat hal yang sia-sia. Telinga yang tak ingin mendengar apapun yang tak berguna. Kita begitu sibuk menata diri, mengumpulkan amalan. Rasanya tak mau sedetikpun terlewatkan tanpa Al-Quran, ibadah, dan pahala.
Menjelang Ramadhan tahun ini. Hati kita tengah sibuk dengan apa? Apakah kita akan memulai taqwa di Ramadhan hari pertama? Mengapa tidak memulai dari sekarang, untuk segera berhias di atas taqwa? Sebegitu perhitungankah kita dengan waktu kepada Allaah? Bila benar rindu itu nyata dalam dada, mengapa harus menunggu Ramadhan tiba untuk dapat sepenuhnya taqwa?
Wahai diri dan jiwa yang baik. Bisakah kita mulai dari sekarang untuk menata semua ini? Sehingga pada saat Ramadhan tiba nanti, dan kita diperkenankan Allaah memasukinya, kita masuk dalam bulan Ramadhan dalam keadaan hati yang telah siap sepenuhnya. Sebab taqwa bukan hanya di 30 hari saja. Namun bagaimana di hari-hari setelahnya dan sebelumnya, kita selalu bersiap dan menata. Dan di 30 hari yang mulia, kita maksimalkan segala upaya dalam diri kita untuk berhias di hadapan Allaah
Yaa Rabbku. Mudahkanlah kami mengisi Ramadhan kali ini dengan hati sebening embun dan ikhlas yang luas tak berbatas. Bentangkanlah kesabaran di hati kami, sehingga kami dapat meniti 30 hari yang mulia dengan sebaik-baik diri kami yang diliputi cinta-Mu.
- repost cherryummunathan
40 notes · View notes
hijrahsehat · 7 months
Text
3 notes · View notes
auliasalsabilamp · 7 months
Text
Melangkah dengan Makna
Saat kita memasuki bulan Ramadhan, janganlah dalam keadaan taqwa yang compang-camping.
Bekal yang kita siapkan pada bulan Sya'ban akan menentukan keadaan kita di bulan Ramadhan. Maka, perbanyaklah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ini sebagai bekal dan pemanasan menyambut bulan suci Ramadhan.
Semoga setiap amalan yang kita lakukan di bulan Sya'ban menjadi titik awal untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.
10 notes · View notes
uniibii · 5 months
Text
Tumblr media
Catatan 2
Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan
Apa yang menyebabkan ramadhan dijuluki sebagai bulan ketaatan? Karena pada bulan itu kita dikondisikan untuk taat. Lingkungan mendukung kita untuk taat.
Semua orang sadar dan tahu bulan ini bulan yang berkah, "La'allakum tattaqun" artinya agar kalian bertaqwa, karena itulah semua orang berlomba-lomba untuk mencapai tingkat taqwa pada bulan ini.
Tapi apakah ketaatan itu hanya untuk satu bulan saja? TENTU TIDAK. 11 bulan lainnya haruslah terus dalam ketaatan.
Dalam Quran surah Az-Zariyat: 50 yang artinya" Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu"
Imam Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang sungguh-sungguh dan rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan , maka beliau menjawab,
بِئْسَ الْقَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ للهَ حَقاًّ إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَيَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum, karena tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Sesungguhnya hamba yang saleh adalah yang rajin dan sungguh-sungguh dalam ibadah dalam setahun penuh.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 313)
Bukankah kita membutuhkan rahmat Allah ta'ala baik di dalam maupun di luar ramadhan? Maka kita perlu menjaga tugas besar, yakni menjaga ketaatan kepada Allah walaupun ramadhan telah berlalu.
Tips Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan
[1] Memohon Keteguhan Iman Kepada Allah Ta'ala
Hati manusia selalu berbolak balik dan iman manusia selalu naik turun. Maka mohonlah pertolongan Allah dengan berdoa:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Yaa muqollibal quluubi tsabbit qolbii 'ala diinik
Artinya: "Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)." (HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6:315).
Teruslah memohon selalu diberi hidayah dan keistiqomahan, selalu luruh pada agama Allah yang lurus.
[2] Istiqomah dalam Beribadah
Istiqomah= konsisten dan konsekuen
Batas istiqomah itu bukan hanya sampai pada idul fitri, tapi sepanjang hayat. Dalam Quran surah Al-Hijr: 99, "Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)."
Ayat ini merupakan peringat, bahwa pembatas manusia dengan ibadah hanya kematian.
Ibadah-ibadah yang sudah dikerjakan selama ramadhan teruslah berlanjut pada bulan-bulan selanjutnya. Bukan ramadhan berakhir, amalan pun berakhir. Bukan ramadhan berakhir, kebaikan pun berakhir. Namun, jagalah ibadah-ibadah kita kepada Allah ta'ala.
“Wahai sekalian manusia, kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus walau sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada motivasi bagus dari moto hidup dari salah seorah sahabat nabi, Bara' bin Malik :
"Ingat Allah, ingat syurga"
Moto hidup yang luar biasa
Note: kita tidak hanya menjaga ibadah-ibadah kita saja, tapi juga meningkatnya
Teteh Ratna
28/04/2024
@uniibii_
2 notes · View notes