Tumgik
#ceroboh
Text
Ceroboh Saat Menyalip, Dua Pengendara Motor Alami Kecelakaan, Kasat Lantas Polresta Serang Kota Jelaskan Kronologisnya
Ceroboh Saat Menyalip, Dua Pengendara Motor Alami Kecelakaan, Kasat Lantas Polresta Serang Kota Jelaskan Kronologisnya
RELASIPUBLIK.OR.ID, SERANG || Dua kendaraan terlibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Serang – Cilegon tepatnya di Lingkungan Sukmajaya Kelurahan Drangong Kecamatan Taktakan Kota Serang pada Selasa (27/09) sekira pukul 15.00 Wib. Kedua kendaraan tersebut adalah Motor Honda Vario Nopol A-5955-TC yang dikendarai RW (18) berboncengan dengan NP (14) dengan Motor Honda CBR Nopol A-5516-XG yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mengejasendu · 1 year
Text
spare-part:
Tumblr media
umurku menjelang 24, dan aku baru saja menyadari; aku memang terlahir untuk tidak pandai menyederhanakan sesuatu, terlalu banyak mempertimbangkan atau juga terlalu malas untuk terburu-buru melakukan sesuatu, meski juga lebih sering untuk ceroboh terhadap hal-hal kecil, seperti kunci sepeda motor yang harus setidaknya dua kali dalam sebulan masuk ke dalam jok sendiri, yg membuat aku harus memparkir motorku di Rumah Sakit selama dua hari dan menunggu kunci serep dikirim dari desa oleh papa.
Atau aku akan menceritakan aibku yang lain, tentang kamar tidur yang selalu berantakan seperti isi kepalaku setiap kali akan mengakhiri rotasi di departemen, dan butuh waktu setidaknya 5 hari untuk mengumpulkan keberanian (baca: niat) untuk merapikannya dengan sepenuh hati.
Aku selalu mahir untuk membuat hal yang mudah nan sederhana menjadi hal yang rumit dan sulit, mama selalu bilang itulah perbedaan kontrasku dibandingkan adikku, Tirta. Seperti namanya Tirta yang berarti air, dia mudah mengalir meski cuaca sedang buruk.
Kadang aku berpikir, apakah pada akhirnya aku akan nyaman dengan cara pikir ini? apakah pada akhirnya aku akan melihat kesulitan sebagai hal yang lebih dominan daripada kemudahan?
Umur yang terus merangkak diimbangi dengan ekspektasi orang tua, keluarga besar dan diri sendiri, mengekerucutkan target-target menjadi spesifik sekaligus abu-abu, misalnya saja kita membicarakan tentang pasangan, pernikahan. Aku jadi merasa bersalah banget kalau mindset yang udah aku pelihara sejak kecil ini menyulitkan calon istriku nanti, menyulitkan keluarganya juga.
Kalau di dunia ini ada yang jual onderdil/sparepart karakter untuk manusia, aku akan inden untuk mengganti karakterku soal prespektif yang terlalu rumit ini wkwk.
120 notes · View notes
maitsafatharani · 1 year
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
114 notes · View notes
Text
Refleksi 2023
Tumblr media
@coklatjingga
2023 memang tak menjanjikan banyak ceria, namun setidaknya aku tetap melangkah di tengah suka dan duka hingga akhir masanya.
2023 memang tak berjanji ia bebas air mata, namun baiknya ia masih menyelipkan tawa di sela-sela duka.
2023, terima kasih atas sekumpulan rasa dan kisah yang tak terlupakan.
@aisyatulr
Sebab hidup tentang rangkaian terbatas serta intruksi yang rumit maka tahun kebelakang adalah kesusahan untuk menghadapinya, semoga banyak hal-hal baik yang datang menghampiri agar kesusahan lainnya bisa teratasi tanpa harus terluka dan tersiksa
@penaalmujahidah
Tahun lalu aku terluka, tapi gak apa-apa. Semoga luka itu menjadi penyiram kebahagiaan yang bisa kupanen di tahun ini.
@midnight-thought-and-daydreaming
2023 memang bukan yang terbaik, tapi juga bukan yang terburuk. Mungkin saja yang terbaik sudah lewat atau malah memang belum datang. Semoga berani dan kuat menjadi pengingat untuk tetap semangat.
@tulisanmimi
2023 rasanya nano-nano ya. Kamu menemukan versi terbaik, juga mengakui kelemahan-kelemahan yang ada pada dirimu. Kamu sekeren itu loh. Jadi hadapin tahun ini dengan hati yang lapang ya! ☺
@hexrtz0
2023 terima kasih telah hadir sebagai tahun yang penuh perjuangan. Perjalanan masih panjang, banyak yang perlu dibenahi untuk menjadi versi terbaik. Atau mungkin tiada akhirnya untuk terus jatuh bangun. Tapi, aku berharap tahun ini perjuanganku lebih menyenangkan dibanding tahunku sebelumnya.
@ceritajihan
Kupeluk hangat segala yang terjadi di 2023, kita berjuang bareng lagi yah. 2023 ngajarin aku untuk lebih berani ngambil tindakan sebelum banyak penyesalan terjadi, maaf karena aku belum semaksimal itu memanfaatkan waktu di tahun kemarin.
@philoshofy
Terima kasih 2023. Tahun yang telah mengantar aku untuk berani mengarungi pasang-surut badainya, membawa aku jauh lebih legawa untuk menjalankan dan menerima apa-apa yang sudah ditetapkan Sang Pencipta, juga membekali dengan hikmah dari se-inci langkah yang aku ambil.
@sitijubaedahputrimanguntur
Di 2023 kemarin aku sering sekali egois pada diri sendiri, aku mengambil keputusan yang enggak dipikirin dulu dan aku kehilangan banyak hal setelahnya, tahun ini semoga aku tidak ceroboh dalam bertindak pun dalam hal yang mendesak. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang.
@nonaabuabu
Aku melihat lebih banyak hal-hal yang belum selesai di tahun yang telah berlalu namun aku melihat hati yang lebih kuat ketika tahun berakhir, pada dirimu sendiri.
@everyone_n.a
Tidak apa di tahun lalu tidak terwujud, percayakan semuanya pada tuhan mu dan dirimu, yakinkan bahwa kamu bisa kamu kuat, di tahun ini harapan dan keinginan mu itu bisa kamu raih.
@yulianti-rh
Tahun sudah berganti, dan perjalanan masih berlanjut. Akan ada banyak tawa yang menemani, mungkin juga tangis tak kalah dalam mengiringi. Semoga langkahmu kokoh, bahumu kuat. Meski terseok, tetaplah berjalan. Kau pasti bisa.
@sindilestariputrisworld
Kita mengarungi waktu demi waktu. Detik demi detik yang terus berdetak maju. Hingga penghujung tahun berlalu. Menjemput waktu yang baru, dipengawal tahun yang akan terus melaju.
Bagiku, tak ada yang istimewa. Kecuali segala yang dimaknai karena-Nya. Berusaha menyadari bahwa; berganti hitungan tahun, berarti menuju semakin dewasa, berarti semakin dekat untuk berpulang kepada-Nya.
Satu hal kegelisahan pada tahun itu, aku hampir kehilangan diri sendiri. Aku kehilangan jati diri.
Aku menjadi hamba, untuk tiap pasang mata yang harus khidmat menatap juga menetap pada segala pandang.
Namun pada tahun itu, aku menemukan arti dewasa. Bahwa menjadi dewasa berarti, mampu menangkap makna dalam setiap kejadian yang menimpa juga tabah pada apa-apa yang diberikan-Nya.
Duhai tahun yang baru, hadirmu sama sebagai yang telah berlalu. Bagiku, engkau adalah kesempatan, yang harus kulalui dengan kedewasaan, keikhlasan dan kesempurnaan dalam berbekal. Semoga, cinta hadir lebih banyak. Hikmah diraup tak terhitung, dan, teka-teki dalam setiap tanya terlengkapi tanpa harus aku menduga-duga (lagi).
I'm Hope.
Ketika 2023 telah berlalu.
38 notes · View notes
iidmhd · 1 year
Text
Aku ingin toss dengan Albert Camus, katanya kita hidup untuk mempersiapkan kematian yang dikehendaki. Aku tidak tahu rasanya mati itu bagaimana. Dalam kesengsaraan, mati tampak bercahaya. Dalam kebahagiaan, mati tampak gelap.
Mati berubah makna, seiring hidup tubuh menerima kejadian.
Meski ada kesengsaraan, tapi anehnya mati tidak tampak megah seperti jembatan ampera. Ternyata, di balik penderitaan ini, bersembunyi harapan besar untuk hidup yang harum. Meski mati berarti membusuk, tetapi sekarang belum waktunya. Sekarang masih waktunya sarapan dengan kupat tahu, olahraga, berusaha keras, mencari pasangan, bertengkar dengan teman, membicarakan selena gomez, diam-diam menyukai seseorang. Ya aduh, banyak sekali, kan, yang harus aku lakukan.
Jadi, aku ingin hidup yang bermanfaat. Kecil besar, urusan langit. Urusanku, semampuku.
Ya tuhan, muliakan orang-orang di sekitarku, agar mereka bisa menjagaku dengan baik. Kadang-kadang, aku ini perlu dijaga juga, loh. Aku kadang ceroboh memilih orang-orangku. Tapi, ya, aku tahu pasti di sana tempatku belajar yg memang tidak berkesudahan.
aku ingin belajar kembali untuk bermanfaat seperti sekotak sereal dan keras kepala punya keyakinan lagi seperti rakun yang belagu di pinterest.
Ya tuhan, sembuhkan orang-orang yg membuatku sengsara, ya. Aku tidak ingin repot-repot menyerah. Agar aku bisa tetap mempersiapkan kematianku sebaik mungkin. Kau tentu tidak ingin aku mati dalam keadaan yang payah, kan?
131 notes · View notes
gadisturatea · 2 years
Text
Salah satu nikmat terbesar adalah punya suami yang ketika ada masalah, ia berusaha mencari jalan keluarnya. Ngajak kita ngobrol baik-baik. Ngajak diskusi. Mengungkapkan apa yang tidak ia suka. Dan menanyakan apa yang tidak kita suka.
Yang kalau kita ceroboh dan melakukan kesalahan, dia ngasih tahunya baik-baik. Ga ngebentak. Nggak pake marah-marah. Cara nasehatinya juga lembut dan santun. Ini tuh suami idaman banget.
-- Riany Azzahra @gadisturatea
188 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
Tanpa tahu ini benar apa salah. Semakin ke sini. Aku semakin dalam belajar tentang hal ini.
Saat aku merasa sakit dan kecewa. Aku mencoba untuk tidak lagi menyalahkan siapapun. Aku mencoba mengembalikan semua hal yang kualami ke diriku sendiri. Aku mencoba menyalahkan diriku atas banyak hal buruk yang kualami. Entah itu menyalahkan diriku yang karena teralu ceroboh, naif, pelupa ataupun teralu tinggi berekspetasi. Apa pun itu. Asal tidak lagi menunjuk orang lain sebagai penyebab mengapa aku merasakan sakit.
Aku hanya mencoba mengambil pelajaran sederhana dari perumpamaan, "Saat kau tergelincir jatuh dari lantai yang licin. Apakah yang kamu salahkan lantainya?" tidak kan? Kecuali kamu gila."
- Chapter 23 in 2023
74 notes · View notes
amelyaseptiana · 7 months
Text
Ruangaksara #187
Memang kenapa bila bukan anak pesantren?
Apa yang salah dengan seseorang yang bukan tamatan pesantren?
Bisakan kita melihat orang lain, minimal sebagai sesama manusia yang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi baik di mata Tuhan-Nya?
Apakah kita merasa diri jauh lebih baik dari orang lain hanya karena memiliki privillege sebagai orang yang berkesempatan mengenyam pendidikan pesantren?
Serendah itukah orang lain di mata kita hanya karena ia berasal dari keluarga yang menurut kita "biasa-biasa saja?"
Apakah "tiket ke surga" tak layak ia usahakan hanya karena bukan berasal dari keluarga pesantren? Bahkan pada zaman Rasulullah ada seorang pelacur yang masuk surga hanya karena dia memberi minum seekor Anjing yang kehausan. Sungguh itu mudah jika Allah menghendakinya.
Bukankah Allah sendiri yang mengatakan bahwa seseorang tidak dilihat dari rupa dan keturunannya, tapi ia dinilai dari ketakwaannya?
Apakah kita merasa menang dan sudah berada di atas awan ketika berhasil mengkerdilkan mental seseorang yang sedang berproses dalam hijrahnya?
Apakah kita merasa sudah menempati podium juara saat berhasil memukul telak dan membuat insekyur seseorang yang sedang berusaha belajar mendalami agama dan berlari pada Tuhannya?
Sungguh, lidah memang tak bertulang, sayatan kalimat yang terlontar dari lisan yang ceroboh bisa menusuk orang lain lebih tajam malampaui pisau.
Ah iya, tidak semua anak pesantren sama. Masih banyak kok yang tamatan pesantren dan sikapnya benar-benar mencerminkan afiliasi yang disandangnya; mencerminkan teladan yang baik, mengayomi dan mampu menghargai orang lain tentunya.
Namun, tidak bisa dipungkiri juga beberapa orang yang fanatik, saklek, dan pemikiran yang tertutup bisa saja menjadikan agama sebagai topeng dan alat untuk mengkafirkan orang lain.
Don't judge books by the cover! Tapi eh tapi cover itu punya peran besar menentukan apakah isi buku itu akan dilirik atau tidak, lho yaa...
Jadi... cover sama isi buku yaa harus sama-sama diusahakan menjadi baik. Agar saat orang sudah tertarik dengan covernya, mereka juga tidak akan kecewa dengan isi bukunya.
7 notes · View notes
langitawaan · 2 years
Text
112.
Kalau kau lihat aku begitu berantakan dari luar, begitu pula dengan keadaan dalamnya. Kusut, semerawut. Sisa-sisa luka dan trauma tipis masih seringkali mengunjungi dalam remang. Kadang, ia mengajak serta hujan deras untuk turun dari sudut mataku dengan senyuman getir.
Jika kau bertanya, kenapa? Sungguh, aku tidak paham harus dari mana aku mulai menjelaskannya. Aku ingin sekali menjadi sedikit terbuka. Tetapi, agar bisa melakukannya artinya aku membuka luka lama yang masih basah. Rasanya sesak dan aku belumlah sanggup. Jika ceroboh, lukanya 'kan bertambah parah.
Namun, membuatmu menunggu terlalu lama pun rasanya tidak adil. Telah ku persilakan pergi pun kau tak beranjak barang sejengkal. Katamu, biar ku temani. Ah, pembohong! Aku membenci kalimat itu sebab sebelumnya telah ada yang mengatakan itu kepadaku. Nyatanya, dia juga berani menggoreskan perih yang serupa.
Lantas, bagaimana aku bisa mempercayai bahwa kau benar-benar akan tinggal sedang kepercayaanku telah habis dibawa pergi?
Pagi cerah, 07.49 | 20 Januari 2023.
67 notes · View notes
kuroi-tsuki · 1 year
Text
Bungo Stray Dogs Wan! Chapter 126: Cerita Penangkapan Atsushi si Ceroboh
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sampai jumpa di chapter berikutnya~
33 notes · View notes
Text
Ceroboh Saat Menyalip, Dua Pengendara Motor Alami Kecelakaan, Kasat Lantas Polresta Serang Kota Jelaskan Kronologisnya
Ceroboh Saat Menyalip, Dua Pengendara Motor Alami Kecelakaan, Kasat Lantas Polresta Serang Kota Jelaskan Kronologisnya
RELASIPUBLIK.OR.ID, SERANG || Dua kendaraan terlibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Serang – Cilegon tepatnya di Lingkungan Sukmajaya Kelurahan Drangong Kecamatan Taktakan Kota Serang pada Selasa (27/09) sekira pukul 15.00 Wib. Kedua kendaraan tersebut adalah Motor Honda Vario Nopol A-5955-TC yang dikendarai RW (18) berboncengan dengan NP (14) dengan Motor Honda CBR Nopol A-5516-XG yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
alizetia · 1 year
Text
Hati kita senantiasa hidup dengan ilmu, ibadah, dan dakwah..
tanpa ilmu, ibadah dan dakwah menghasilkan amalan amalan yang ceroboh. Tanpa ibadah, ilmu dan dakwah sia sia.. Tanpa dakwah, ilmu dan ibadah terasa sepi, sebab sendiri di jalan kebaikan sungguh mudah sekali tergoyahkan..
26 notes · View notes
winterludde · 4 months
Text
To Build a Home
i always find solace coming home to my hometown, two hours road by train. the image of a house could send a delight to my heart on my headway there.
kemudian satu per satu gambaran tentang rumah muncul. bayangan akan dinginnya tempat tidurku sendiri apabila dibandingkan dengan yg biasa aku gunakan di kamar kos di tengah kota. masakan ibuku yg tidak pernah gagal membuatku terus melahapnya sampai habis tak tersisa. pelukan selamat datang dari ayahku dan obrolan hangat tentang hari-hariku merantau di luar kota. semua hal tentang rumah selalu menjadi tempat pulang yang paling aku nantikan setiap aku mendapatkan jatah liburku.
but i feel different going home this time.
perjalanan pulang di dalam kereta saat matahari bahkan belum menyempatkan diri untuk menyapa pagi. hawa dingin yang berembus membuatku memeluk tubuhku sendiri, ah, bahkan aku lupa membawa jaket tadi. pesan yang biasa aku kirimkan kepada orang tua ku tiap anak bungsunya ini akan pulang ke rumah, untuk kali ini tidak aku lakukan. it would be a surprise if i got home unexpectedly, but i will handle their confusion later. masih terlalu pagi untuk menghubungi salah satu dari mereka meskipun bisa aku tebak bahwa saat ini di rumah ibu sedang mengiris bumbu untuk dimasak dan ayah mendengarkan musik kerocong favoritnya. oh, i miss that already. now i feel hungry just the thought of a meal my mother might have prepared at home.
aku menyalakan ponsel dan menyadari bahwa daya baterainya hampir habis. i have a bad feeling for this. dengan ragu aku merogoh isi tas punggungku dan tidak menemukan benda yang aku cari di manapun. merasa begitu ceroboh dengan agenda pulang yang sangat mendadak dan baru terpikirkan ketika aku tidak menjumpai kantuk sama sekali sampai tengah malam tadi. saat kemudian menoleh ke sekitarku dan menemukan hampir semua penumpang terlelap di tempat duduknya. sangat tidak sopan membangunkan salah satu dari mereka dan menanyakan pinjaman pengisi daya untuk ponselku yg hampir sekarat ini. hembusan napas panjang keluar dari mulutku, tidak ada pilihan lain selain duduk termenung menikmati pemandangan fajar dari sisi jendela di sebelah kiri ku hingga sampai di stasiun pemberhentian di kota kelahiranku.
atau mungkin kesunyian pagi ini akan diisi oleh berisiknya isi kepalaku saat sebelum ponselku mati, sebuah pesan masuk terbaca sekilas olehku. dari seseorang yang menjadi alasan aku mengambil tiket kereta dengan pemberangkatan se-fajar ini secara mendadak.
from : him<3
hey, morning.
listen, i know it must be so sudden of me to propose to u last night.. just take ur time as much as u need. i understand.
semua orang di usiaku selalu menantikan sebuah pernikahan. they call it a dream wedding. i have attended to a lot of wedding parties by my old school friends, my family, my colleagues, the neighborhood. i even became a bridesmaid for my best friend's wedding. dan dalam semua ajang pernikahan itu yang aku temukan dari mereka adalah kegembiraan. antusiasme terhadap kehidupan berumah tangga bersama orang yang telah mereka pilih dengan berjanji akan selalu ada untuk satu sama lain, selamanya.
that's it. that part. i have to underline and put a quote of that word as a trigger for my runaway.
i witnessed the love life of my friends back then in my school days. people always had their romantic story lines about how they met their loved ones. they took a date several times, then made their relationship official and until that period of time, they took a step further into the very crucial moments. The Marriage. sure, i always feel happy for them. but to be frankly honest, i am a hopeless romantic myself. so sometimes i wonder, when is it my turn to get my cliche romance experience everyone has talked about? 
sekarang saat aku sadar bahwa mungkin aku telah mendapatkan that so called romantic love life, aku hampir menghancurkannya.
mungkin telah hancur sepenuhnya kemarin ketika aku membiarkan ucapan pria baik di sebelahku hanya disambut hembusan angin malam dengan percuma.
"i want to marry you."
that's not just an easy phrase to say to someone. he must have trusted me enough to say that, word by word, syllable per syllable. dan aku memiliki banyak pikiran dan pertanyaan untuk diriku sendiri.
jika orang lain yang berada di sisiku saat itu apa yang akan mereka lakukan? bagaimana harusnya respon yang pantas aku berikan? bagaimana dia bisa memutuskan untuk menjalani hidup berdampingan dengan seseorang? dan sialnya kenapa orang itu aku?
i know nothing but i know how to run. so that's what i did today.
jalan cinta romantis dan sebuah pernikahan mungkin berjalan bersisihan bagi orang lain. ketika dua insan memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius disertai komitmen dan janji, and the rest is there. But that things scared me the most. ada banyak keraguan untuk mempercayakan hidupku pada orang lain, i even doubt myself about how to take care of people around me.
"it's just me, not other people." he said with his soft tone and a reassuring gaze that he used to look at me. dia adalah seseorang yang selalu dekat, tak pernah menjadi orang lain dalam hidupku. he is always so caring and tender to me. mungkin disini hanya aku yang diuntungkan karena mendapat perlakuan sebaik ini dari pria yang tak pernah menuntut apapun dariku. and it feels like i'm the one who's craving for affection and sucks at expressing the same thing.
just like what taylor swift said, "i'm the problem, it's me." jika aku mengabaikan seluruh kegelisahanku dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada dia, tanpa ragu aku akan menjawab lamaran mendadak darinya kemarin dengan benar. but trusting someone so much makes my mind run on so many "what ifs" situations that could dissapoint one of us. inti permasalahannya adalah, aku tidak percaya diri untuk bisa dipercaya orang lain.
setiap teman dan dan kerabat yang bertemu denganku selalu berharap agar aku bisa segera menikah. kata mereka, yang aku lakukan hanya membuang-buang waktu. kemudian masih banyak persuasi lain yang menyuruhku untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
but i think i'm someone who is not built for marriage.
"i love you, ain't that enough?"
coba saja dia tau bahwa aku bisa mengucapkan itu ratusan hingga ribuan kali untuknya. kalimat sederhana yang manis tapi disaat bersamaan juga tidak berarti apapun. masihkah seseorang bisa memberikan kasih sayang bahkan seandainya tak sekalipun dihargai? apakah cinta itu masih terasa hangat walaupun tak pernah ada kejujuran dalam komunikasinya? pantaskah seseorang diberikan banyak afeksi jika ia tak pernah menunjukkan rasa peduli sama sekali? bisakah seseorang menerima sifat pasangannya yang temperamental, hanya dengan dasar rasa cinta saja? loving someone just the way they are is bullshit. what if someday he finds that i am a criminal or a mobster that hides a gun under my pillow? would he still choose to love me? no, i think he might dump me in a heartbeat.
so, love will never be enough for me to find a purpose in marriage.
pertanyaan demi pertanyaan terus berselancar dalam kepalaku selama aku merenung di dalam kereta, sampai depan pintu rumah dan disambut keterkejutan ibuku, hingga aku masuk ke kamarku. setelah memasang pengisi daya untuk ponsel, aku tetap membiarkannya dalam keadaan mati. takut jikalau mendapat pesan serupa dengan yang tidak sengaja aku baca tadi pagi.
sesungguhnya aku adalah orang yang berisik dan menyebalkan ketika seseorang telah mengenalku dekat. i tend to be childish too, coming from the trait of being the youngest child in my family. terkadang aku juga banyak mengatur dan mengambil kontrol. tapi aku juga bisa sangat tidak peduli dan membiarkan semua hal berjalan tanpa perlu diperhatikan secara mendalam. untuk beberapa hal bisa menjadi egois dan tidak mau mengalah. dan masih banyak lagi kelakuan cela dan rumpang yang bisa ditemukan dalam diri ini. mulanya hanya celetukan ibu saat mengejek aku yang masih susah membedakan rempah-rempah di dapur. "gimana mau jadi istri dan mantu yang baik kalo masih gak bisa ngapa-ngapain kayak gini?" katanya. dan dari situ semua keraguanku tentang kehidupan pernikahan dimulai. i don't have faith in me being able to marry someone. let alone to be a great wife that people have dreamed of. namun aku bisa bertanggung jawab dan dapat diandalkan, only for a work related. i can take care of myself just fine, living alone by myself. but the idea of someone having to depend his whole life on me... burdens me awfully.
segala keraguan dan kegelisahanku, all the insecurity of the marriage still haunts me until this day. isi kepalaku ramai, juga kadang menyedihkan untuk diungkapkan. satu pertanyaan besar yang tidak bisa aku temukan jawabannya adalah tentang alasan dia memilihku.
"you were my best friend before my lover so i find it easy to love you peacefully."
bagaimana kalau ternyata semua kenyamanan itu tidak nyata? bagaimana aku bisa percaya? apa kasih sayang akan terus ada bila aku tidak lagi bisa memusatkan perhatianku hanya padamu? jika aku berada dalam kondisi paling buruk, apakah kata selamanya dalam sebuah janji dan komitmen yang telah dibuat masih bisa diharapkan?
to : him <3
im sorry.
2 notes · View notes
bazlhazl · 4 months
Text
Isi pikiran part 3
Ternyata yang buat ribet itu..
klo buka social media, terlihat ragam achievement orang lain.. next justru membandingkan ke diri sendiri dg pertanyaan : aku sudah sejauh mana dibanding dia?
padahal, kalo pertanyaan itu dituju dengan perbandingan diri sendiri yang sebelumnya.. aku rasa, "syukur" akan menjadi begitu layak tertera di hati. mengingat, betapa bodoh sebodoh bodohnya diri ini dulu dan sangat ceroboh. meskipun, ada juga part-part lain yang masih bisa dibanggakan.
dan ternyata yang buat rasa khawatir juga...
pas membandingkan apa yang ada pada diri sendiri dengan apa yang ada pada orang lain. padahal mah, ngapain atuhlahhh... klo kata ustadz mah, "yang ada pada diri sendiri juga toh belum bisa disyukuri seutuhnya. trus mau juga yang ada pada orang lain? hadeh.." klo kata uncle mutho (upin ipin) "hayoyo.." ahaha
yaa meskipun sah-sah aja sih pengen punya targetan ini itu, barang ini itu, hal ini itu. Tapi, jangan lupa untuk bersyukur dulu, trus berdoa, trus gaskeun planning dan ikhtiar. Plus, jangan taruh dunia dkk di hati ya... cukup digenggaman tangan aja. Biar klo dapet, syukuri. Kalo ga dapet, semoga Allah kasih yang lebih baik di dunia dan akhirat.
Dan jangan kotori hati dengan dengki pada orang lain yaaa diriku... hati itu sangat mahal harganya jadi kudu dijaga ekstra.
halsu isseoyo bazlhal!!
5 notes · View notes
lamyaasfaraini · 10 months
Text
instagram
Dan sakitku susah ilang. Ih kenapa sih pendendam bgt? Udah minta maaf kejadiannya udah selesei berlalu. Masih aja nginget2. Heran deh. Kalo masih mikir kaya gitu, rasain dulu jadi aku yah!!! Baru tuh pertanyaan2 bodoh diatas bisa lu jawab sendiri. Gausah sok merasa udah jadi org suci deh krn udah minta maaf tp selalu ada kalakuan yg katanya A eh jadi B. Aku ingat betul semua janji dan perkataanmu ya. Camkan!!!
Ibarat udah di bom, setelahnya lu masih ngasih granat karena kepekaan lu minim, granatnya berupa trigger. Masih meromantisasi, masih bahas ini itu, masih berani ini itu dan tindakan2 ceroboh dan bodoh lainnya yg bikin muak bgt.
Sooooo?? Kepada yg sudah menyakiti dgn hebatnya. Liat nihhhhh ada org yg hidupnya berdampingan dgn luka yg kamu timbulkan. Jangan menutup mata di balik kedok sudah minta maaf heyyyyyy org hebaaaattttt. Gausah uring2an karena kesalmu hanya segitu. LUKA KU LEBIH BESAR DAN DALAM. DILARANG BCT KALO BELOM ADA DI POSISIKU, PERSIS SAMA APA YG UDAH AKU ALAMI TIAP DETAIL KESAKITAN2NYA.
5 notes · View notes
ameliazahara · 1 year
Text
Kerjaan sekarang tuh santuy banget gitu ya. Sebenarnya bukan santuy banget juga, hanya saja gue sudah berurusan dengan hal begini tuh udah beribu kali, jadi lebih gampang aja rasanya. Walau kendalanya masih tetap sama, kecerobohan diri:’)
Curiga, jangan-jangan ceroboh sudah menjadi bakat. Apa ceroboh adalah bakat juga?
Bahkan (sombongnya) gue pernah berurusan dengan hal yang lebih rumit dan mengerikan daripada ini. Walau gue yakin kesombongan ini kelak akan jadi petaka. Semoga tidak ya, semoga gue tetap aman-aman aja dan tidak lagi dibebankan pekerjaan yang memberatkan. Semoga sehat jiwa raga juga selama bekerja.
Sepertinya keadaan saat ini meminta gue untuk santai sebentar. Pelajari peluang baru dan mempersiapkan diri untuk berbagai kesempatan yang datang. Bagaimanapun Tuhan tuh kayak ngasi gue tempat aman, yang sekalipun gue gagal mencapai peluang lain yang lebih menjanjikan itu, gue tetap tidak kehilangan tempat ini, dan di sini Tuhan juga ngasi gue tempat yang gak kalah hebatnya.
Di sini posisi gue mulai dipertimbangkan. Kerja keras kemarin lebih dihargai di sini. Sumberdaya gue kepake banget dengan penghargaan yang boleh lah, dari pada tempat sebelumnya. Sekalipun nyaman dan dihargai, orang-orang di sini juga membuka peluang bagi gue buat berkembang lebih jauh, ga ditahan, ga ditakut-takuti. Seolah terselip pesan, silahkan temukan peluang hebat yang kau inginkan dan kami tidak akan memecatmu.
Hidup penuh ketidakpastian. Perjalanan hidup pun, baiknya terus bergerak, jangan merasa nyaman terlalu dini, apalagi di masa muda yang masih dilengkapi dengan kekuatan dan dukungan yang layak. Jangan melewatkan/menghindari tantangan, ambil tantangan itu sebanyak-banyaknya, karena kelak itu akan jadi modal di kemudian hari. Dan ini yang gue rasakan saat ini. Ternyata tidak semua orang berkesempatan tumbuh kuat dari beragam tantangan yang membersamainya di waktu dulu. Semakin ke sini, semakin bersyukur dan berterima kasih kepada diri sendiri sebab telah berani untuk hidup.
Satu hal yang gue sadari adalah, jenuh itu tetap ada sekalipun di tempat yang dirasa lebih baik dan santuy. Gue mulai ngerasa bosan. Tapi itu baik, karena gue mulai berkembang lagi, mulai menggali kembali lubang-lubang yang dulunya terbangun dan ditinggalkan. Konsisten bertahan, dan juga menikmati hari dengan perasaan bahagia yang diciptakan. Bersyukur jangan lupa!
Yang gue rasakan saat ini, di masa-masa santuy datang ke kampus dengan tidak ada kerjaan, rasanya tu membosankan. Bahkan rasanya lebih baik gue dikasi kerjaan yang bisa gue selesaikan dari pada hanya datang ke kampus kemudian berselancar di internet tanpa tujuan kerjaan yang perlu diselesaikan. Giman sih?
Dan gue heran kenapa orang-orang tuh bisa datang ke tempat kerja tanpa mengerjakan sesuatu selain mengisi absensi? Gak jenuh ta? Gak ngerasa waktunya terbuang sia-dia gitu? Kerja demi gaji juga konsepnya ga gitu:’)) menurut gue.
Lagi-lagi, tidak semua orang seperti kamu, yang dikasi kerja yang mudah malah bingung sendiri!
11 notes · View notes