Tumgik
#dilahap
baliportalnews · 2 years
Text
Gudang Serkel Kayu di Penuktukan Ludes Dilahap Si Jago Merah
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG - Sebuah gudang kayu atau serkel milik Nengah NU (58) berlokasi di Banjar Dinas Batu Lumbang, Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula ludes dilahap si jago merah sekitar pukul 00.15 WITA. Menurut informasi terbakarnya gudang serkel seluas 4 are itu baru diketahui korban sekitar pukul 00.15 Wita. Saat itu Nengah Nu terbangun akibat lampu dikamarnya yang kebetulan berjarak kurang lebih 15 meter dari gudang kelap-kelip dan mendengarkan suara seperti ada terbakar. Kemudian karena penasaran korban pun keluar rumah, namun betapa terkejutnya ternyata api sudah sampai atap bangunan serkel miliknya. Sontak korban langsung berteriak meminta tolong kepada warga sekitar. Selang beberapa saat kemudian warga sekitar langsung berdatangan untuk membantu memadamkan api yang sudah mulai membesar. Lalu sekitar pukul 00.35 Wita dua regu Pemdam Kebakaran (Damkar) dari Pos Induk dan Pos II Kubutambahan datang dengan 3 unit mobil tangki. Akhirnya kobaran api yang terus membesar baru bisa dipadamkan kurang lebih 4 jam atau sekitar pukul 05.00 WITA. "Tidak ada korban jiwa seluruh penghuni rumah selamat. Dari penuturan korban sebelumnya sekitar pukul 22.15 WITA korban sudah menutup pintu rumah dan tidak menemukan adanya percikan api," ungkap Kapolsek Tejakula AKP Ida Bagus Astawa saat dikonfirmasi, Sabtu (2/7/2022). Kini atas kejadian itu polisi masih melakukan penyelidikan apalagi mengingat api begitu cepat menjalar membakar seluruh kayu kering yang ada di gudang. Namun berdasarkan informasi pemilik kerugian sementara mencapai terhitung kurang lebih Rp1 Miliar. "Terkait dugaan penyebab kebakaran masih kami dalami apalagi karena kayu kering banyak disana (gudang) jadi api begitu cepat menjalar," tandasnya.(dar/bpn) Read the full article
0 notes
duniapetualangkata · 10 days
Text
Kita yang terjebak pada rutinitas pagi yang memaksa kita beranjak dari kenyamanan dari Lelah yang belum pulih.
Kita yang masih terjebak buaian weekend di Senin pagi dengan cuaca yang masih dingin dinginnya memeluk tubuh yang masih remuk.
Kita masih terjebak pada kepastian dari mimpi yang tragisnya dilahap tragis kenyataan.
Kita masih beranjak meskipun dingin menusuk ruang kesepianmu dan kau masih pura pura tidak merasa sunyi.
9 notes · View notes
mputraff · 1 year
Text
34
Aku ingin menjauhimu, sejauh selatan dan utara, sedalam belantara samudra, sedetik lampau yang dilahap oleh masa. Bila kau bertanya, mengapa? Sebab asa tercipta oleh jarak yang belum waktunya. Sejak kau ada, hari-ku menjadi sembilu, benak-ku menjadi ambigu, harsa-ku menjadi candu. Meski-pun aku tahu, kau belum tentu baik bagiku. Maka aku tak mau, kebahagaiaanku hanya sebatas dua centang biru. Bila tolak ukur bahagia-ku hanya sekadar menunggu pesan darimu. Apakah aku ini hanya kelabu bagimu? Padahal bila kau ingin tahu, rongga dada ini telah memar menjadi merah muda. Dan kehadiranku bagimu mungkin hanya sebatas abu, atau tidak berwarna. Itulah sebabnya aku ingin menjauhimu. Kalo bisa, sejauh-jauhnya sampai aku tidak bertemu denganmu, lagi. Bandung, awiligar.
83 notes · View notes
sundayneverdie · 1 year
Text
Parenting Online
Sekarang lagi musim "parenting online" Sejak pandemi kemarin banyak motivator-motivator karbitan yang ambil segmen ini.
Parenting, emak-emak dan anak, adalah pasar yang paling sedap. Segmen pasarnya selalu luas. Tak aneh jika bisnis di bidang parenting online adalah bisnis yg fantastis.
Sebenarnya aing gak mau bahas bisnisnya.
**
Aing ingin sedikit cerita, beberapa minggu lalu ada calon client, seorang motivator dibidang parenting (spesial cara mendidik anak).
Pengikutnya udah banyak.
Udah sering bikin kelas online.
Pun kelas offline.
Udah mayan terkenal, follower IG nya juga banyak.
Singkat cerita dia mau dibuatkan buku. Dan sudah pasti "buku parenting". Tentu kami menyanggupinya, buku apapun kami berusaha menyanggupinya.^^
Singkat cerita (lagi)
Kami meeting ke-duakalinya terkait pembuatan rancangan & brainstorming buku yg akan dibuat.
Tanpa disangka, tiba-tiba dia poporongos, marah dengan nada tinggi.
Lah, ini kan baru brainstorming, lagi diskusi, dia malah marah-marah. Bukunya aja blm dibuat, dia juga belum bayar DP.
Kalau memang kami ada yang salah, toh tidak merugikan dia.
Naskah belum jadi
Duit belum bayar
Kalau memang ada yg salah dari pihak kami, padahal tinggal kasih tau (karena konteksnya lagi diskusi, bukan sedang mengerjakan tugas/project).
Atau kalau memang tidak cocok dg pelayanan kami, dia gak usah order. Batalkan saja, gak usah pakai jasa kami. Kami gak pernah maksa.
Gak usah marah-marah kali boss!
**
Saya gak habis pikir, seseorang publik figur, dan pengajar parenting anak, kelakuannya marah-marah kayak gitu.
Sangat merendahkan kami, (yang kami rasakan).
Seolah-olah dia paling kaya raya, dan dengan duitnya bisa bayar seorang penulis.
Gak punya adab
Gak pernah bilang "terima kasih"
**
Hm, gak habis pikir.
Saya hanya ingin berpesan, ketika teman-teman menemukan ilmu parenting online cara mengurus anak di media sosial. Dengan konsep potongan video 30-60 detik.
Baiknya tidak dilahap mentah-mentah. Apalagi asal main sebarkan.
Orang yg membuat video tsb, belum tentu memiliki anak, dan belum tentu dia paham apa yg dia sampaikan.
Bisa jadi kontennya buatan Content Creator, atau ebooknya buatan Ghost Writer.
Mereka hanya mengambil segmen pasar.
Bisnis belaka!
**
Kitalah orang tua yang tau karakter anak masing-masing.
Jadi, didiklah dengan versi kita sendiri. :)
Setiap "anak yang dilahirkan" memiliki karakter yang berbeda-beda.
Tutorial ngusurnya gak mungkin 100% sama.
81 notes · View notes
givaldizhafran · 2 months
Text
Hilirisasi Multi Komoditi
First of all, judulnya keren.
Karir saya di eFishery ini udah cukup tua sebenarnya. Mulai masuk di sini dari masih pacaran sampai sekarang udah punya anak umur 2 tahun. Ibarat anak, karir saya di eFishery sudah memasuki persiapan SD. Bahas bahas soal working desk sesuai tema pada hari ini, saya jadi kilas balik. Kok.... Rasanya.... Gak pernah dapet meja khusus di kantor ya. Mungkin karena lebih dari separuh karir saya di eFishery banyak dihabiskan di lapangan. Cembetul ini ngabisin jatah bistrip? Bukan woy, tapi emang rolenya begitu. Mari kita kilas balik walaupun tidak penting buat hidup kalian.
Masa - Masa Offline Activation Team
Tumblr media
Dulu waktu awal magang sampai jadi junior staff memulai kiprah di bidang marketing tepatnya bagian offline activation. Lewat sini mulai banyak ngenalin Smartfeeder kita ke petani petani di daerah yang baru saya denger: Lubuk Linggau, Pasaman, Kampung Brandan, dan lainnya. Ikan dan Udang dibabat habis.
Masa Masa Nyemplung ke Udang
Tumblr media Tumblr media
Tahap ini banyak di riset dan piloting business model baru. Mulai dari disease prevention, eLab, pembiayaan pakan, Contract Farming Community, dan lain lain. Keliling ke tambak udang dari segmen tradisional sampai ke intensif yang punya garasi mobil berasa showroom. Kunjungan ke tambak yang panas dan cek anco (kaya digambar) begini udah jadi kegiatan sehari-hari.
Masa Masa Downstream Shrimp
Tumblr media Tumblr media
Nah puas menjelajahi dan ngobrol dengan banyak petambak udang, lanjut pindah ke jualan udang. Targetnya juga gak kalah beragam. Mulai dari Hypermart sementereng AEON sampai ke pasar pasar induk juga tak kalah dilahap. Mulai dari pakai jas biar punya kredibilitas sampai pakai sendal jajal pasar.
Kembali Merangkul Komoditas Ikan
Tumblr media Tumblr media
Setelah 1.5 tahun berkecimplung di dunia udang, akhirnya kembali lagi ke pangkuan ikan. Walaupun ikan gak punya paha. Rasanya kangen dan heboh juga karena memang memori ikan ini simpang siur. Alhasil langsung kita terjun juga dari Gurame, Nila, Lele dan Upstream maupun Downstream.
Jadi, selain Pak Prabowo dan Mas Gibran Rakabuming, saya sudah praktik hilirasisi multi komoditi di perusahaan Mas Gibran yang lain. Melalui pengalaman ini, saya berani jamin seratus persen bahwa hilirisasi itu super duper penting. Terakhir, saya datang ke seminar ASOSIASI PRODUSEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN PRODUK PERIKANAN INDONESIA (AP5I) di Surabaya yang dihadiri oleh banyak pelaku bisnis pengolahan udang dan ikan, serta beberapa tamu kehormatan dari negara lain. Semuanya sependapat bahwa saat ini, Indonesia terlalu berat bermain pada produk segar. Padahal, buat meningkatkan konsumsi sangat perlu dilakukan pengembangan produk turunan berupa value added.
Lewat pengalaman dan ilmu ilmu yang saya dapatkan, rasanya ikhlas dan rela kalau saya gak punya meja khusus di kantor. Lewat working desk yang semrawut dari ikan ke udang, upstream ke downstream, tradisional ke intensif atau supermarket ke pasar ini memperluas khasanah saya di dunia perikanan. Jadi, kalau suatu saat udah lulus di universitas eFishery. Saya bisa sombong pas interview : "Mungkin saya bukan karyawan paling bertalenta di perusahaan, tapi bisa jadi saya karyawan paling versatile lewat kesediaan saya blusukan turun ke lapangan.
3 notes · View notes
karamelien · 21 days
Text
tercekat habis ia dilahap masa lalu
dua sayap ku mekar dan menerbangkan biru baru —namun
bulu-bulu ku patah akibat maaf-maaf yang keji
yang menggelegar dan kerap dilanggar
tergeletak ia dengan kantuk dan mimpi
sedang aku belum reda memerhatikan—
betapa rapih ia menyimpan reruntuhan kenang di relung sukma
aku kesempitan;
seperti penyelundup
di ruang apa adanya
dengan hati pemilik tempat ini yang entah ada apanya (siapa)
3 notes · View notes
diksifaa · 10 months
Text
Aktor Terbaik
Kita hanyalah segumpal darah yang akan pulang dilahap bumi. Yang tugasnya hanya terus bersandiwara diatas megahnya panggung dunia sebelum kembali.
Maka Simpanlah Nama Sang Sutradara di dalam dada, Gaungkan bait-bait dialog cinta padaNya, Dan maksimalkan segala suruhanNya
Agar kelak permainan peran tak sia-sia, Agar sandiwara berbuah surga
Karena Aktor terbaik adalah dia yang menjalankan segala peran dengan baik, baik ke Sutradara, baik ke aktor lainnya, ke tim balik layarnya, ke penggemarnya, dan juga ke penontonnya.
Malam, Agustus
12 notes · View notes
aliviazahra · 5 months
Text
Refleksi hari ibu...
Hari ibu kali ini terasa berbeda. Sebulan lalu di sore hari sebuah pesan singkat sampai di ponselku, belum selesai membacanya mata ini sudah berkaca-kaca... Buru-buru kuusap air mataku karena malu takut dilihat orang, yaa karena masih di kantor.
Pesan itu datang dari ibuku yang isinya "Assalamualaikum..Alhamdulillah 25 th aku jadi ibukmu ...oke ada saran2 kekurangan dan kelebihan ibuk agar kedepan ibuk bisa memperbaikinya demi jadi orangtua yg shalehah...."
Seketika muncul kilas balik sosok ibu yang luar biasa di mataku... sosok ibu rumah tangga yang tangguh, support sistem utama...
Teringat kembali cerita-cerita beliau tentang perjuangannya tuk membuat aku ada di dunia ini... 7 tahun menunggu hadirnya qurotta 'ayyun bukan waktu yang singkat, bahkan demi dikaruniai buah hati beliau rela resign dari tempat kerjanya yang saat itu sudah menjabat kepala seksi sebuah perusahaan.
Walau hanya di rumah, semangat belajar beliau patut diacungi dua jempol, buku-buku, majalah menjadi teman sehari-hari, bahkan setelah tau youtube, rasa2nya kajian2 habis dilahap terutama favorit beliau dr aisyah dahlan. Dalam hal ini rasanya aku kalah jauh dari ibu yang sambil masak kajian, sambil jualan kajian, sambil setrika kajian.
Pernah suatu ketika beliau berkata, "suksesnya ibu ketika lihat ayah & kamu aktivitasnya lancar dan bahagia" Dari beliau aku jadi paham bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tak punya cita-cita, namun itu adalah ladang pahala yang luar biasa luasnya...
Ibu juga pernah berkata, bahwa ia sadar menjadi ibu do'anya mustajabah.. tak terhitung jumlahnya beliau tetap bersabar dan mendoakan yang baik-baik ketika tingkahku yang kadang kekanakan ini.
Beberapa minggu lalu mengunjungi salah satu teman yang mulai berganti peran menjadi ibu, membuatku menjadi tersadar bahwa menjadi ibu butuh persiapan matang. Terbiasa di kasihi dan berubah menjadi mengasihi tentu butuh hati yang luas. Teringat kata-kata temanku ini, dia bilang bahwa dari sekian banyak cita-cita yang ingin dia raih, namun tertunda sesaat karena perubahan peran menjadi ibu tak pernah sedikitpun ia sesali, justru berkali kali lipat ia syukuri.
Gaya parenting ibu yang terbuka dan menganggapku sebagai teman adalah salah satu pengalaman dan kesempatan luar biasa bagiku. Punya kesempatan saling bertanya apa yang perlu diperbaiki, dan saling mengingatkan adalah hal yg luar biasa... Mungkin jika pertanyaan ibu itu ditanyakan 10 tahun lalu kepadaku, akan banyak list-list ku untuk ibu, mungkin aku akan berkata... "ibu terlalu protective main aja gaboleh" atau mungkin ketika akhir masa sma dimana ibu punya harapan kuliahku yang tak sesuai keinginanku, rasanya akan banyak yang kusampaikan.
Namun, jika pertanyaan itu harus dijawab sekarang, entah bagiku tak ada lagi hal yang perlu diperbaiki dari beliau. Yang terfikir justru sebaliknya, apakah 25 tahun mendatang diriku sudah cukup baik menjadi ibu? Apakah bisa seperti beliau? Apakah diri ini sudah memberikan yang terbaik untuk beliau? Apakah sudah cukup solehah? Rasa-rasanya masih jauh...
Ada masa-masa kuberpikir ingin 'main' jauh, ingin banyak pengalaman, ingin mencari sosok perempuan lain yang mungkin bisa menjadi contoh sukses di semua hal di rumah, di masyarakat. Tapi makin ku pergi jauh makin kusadari bahwa contoh terbaik ada di rumahku yaitu ibu.
Narasi-narasi wanita karier atau ibu rumah tangga harusnya tak boleh dibanding-bandingkan... Karena yang terbaik adalah yang bertakwa dan masing2 ada ladang kebaikannya masing-masing...
Dear ibuk, makasih sudah menjadi teman, makasih sudah sama-sama belajar jadi solehah yang mungkin aku masih jauh sekali.. makasih udah selalu jadi pengingat, makasih sudah jadi orang yang pertama bahagia ketika aku bahagia... sehat selalu yaa...
Aku, kamu dan setiap orang pasti punya cerita tentang ibu yang luar biasa, cerita sederhanaku ini mungkin cuma jadi sedikit penyemangat bahwa menjadi ibu adalah peran luar biasa yang Allah amanahkan...
Selamat hari ibu untuk ibu-ibu & calon ibu, semoga Allah selalu mudahkan peran itu & jadi lebih baik dari hari ke hari🫶
-Ditulis di bis 22/12/2023 semoga 25 tahun lagi jadi ibu yang baik aamiin.
6 notes · View notes
kanal-imaji · 1 year
Text
Kau tahu, untukmu, perasaan ini pernah mekar seumur nyala kembang api di awal tahun sebelum dilahap habis oleh waktu.
Meski kini segala pengakuanku takkan merubah kenyataan bahwa aku telah lama kehilangan.
22 notes · View notes
lavienbleuuu · 3 months
Text
Menamatkan Akhir Pekan
/1/
Seseorang sedang tinggal dan berkeliaran di kota ini. Kota Antah Berantah. Setiap hari tubuhnya dilahap habis oleh hiruk-pikuk. Ia percaya gaya hidup metropolitan mampu menyembuhkan sakit hatinya. Naas, gemerlap lampu dari ruang karaoke hanya menyamarkan luka: atau mungkin memperdalam luka? Entahlah. Ia sendiri kelimpungan.
/2/
Setiap hari ia memesan citra diri. Mengenakan setelah olahraga necis dan berfoto. Menjual quotes orang lain dan menata sejumlah koleksi gaya hidup di highlights terbarunya.
/3/
Di akhir pekan, ia kehabisan baju zirah terbaiknya. Kembali beringsut kesepian dan memutar kenop menuju second account yang lama ia tinggalkan. Menamatkan kemarahan seolah tak pernah ada keramahan dalam hidupnya. Bingung. Seorang hantu laki-laki berbayang di kepalanya dan kembali setiap akhir pekan. "Aku tahanan kota" katanya. Ia kembali bersiap dan menatap aplikasi belanja online di ponselnya. Menegang memesan citra diri mana lagi yang akan ia kenakan minggu depan?
Tumblr media
1 note · View note
dianyunipratiwi · 8 months
Text
Sakit yang Dibuat Sendiri
Waktu kecil dulu, Ibu sering melarang hujan-hujanan karena khawatir kita sakit. Namun, kita terkadang sembunyi-sembunyi tetap hujan-hujanan bersama teman. Tak peduli, walau nanti dimarahi. Tak hanya itu, ibu juga sering melarang makan coklat dan permen terlalu banyak karena khawatir gigi kita rusak. Namun lagi-lagi, kita melanggarnya. Ibu juga menasihati agar tidur tepat waktu karena khawatir kita sulit bangun pagi. Lagi-lagi, acara televisi dan komik membuat lupa waktu.
Lalu, semua kata ibu itu terkadang terjadi nyata. Kita jatuh sakit dan terbaring lemas setelah hujan-hujanan. Gigi keropos, hitam, dan sangat tak indah akibat coklat nikmat yang tak henti dilahap. Berangkat sekolah kesiangan karena baru tidur ketika malam sudah pekat. Setelah itu, barulah kita menyesal. Namun herannya, setelah sembuh, kita kembali melakukan kesalahan yang sama.
Begitu juga hubungan kita dengan sang pencipta. Allah sudah sering kali memperingatkan untuk tidak melakukan riba. Namun, keinginan untuk mengikuti tren terbaru membuat kita tak mampu berpikir jernih. Kita kalap membeli ini itu dengan cara berhutang, bahkan sebagian nekat meminjam uang melalui pinjaman online yang bunganya tak kira-kira. Lalu, setelah hutang menumpuk, barulah kita sadar. Kepala terasa pusing dan dada sesak karena tak tahu harus membayar hutang dengan apa.
Tak hanya peringatan itu yang kita remehkan. Allah sudah sering menasihati dalam kitab-Nya untuk tidak berjudi. Namun, hijaunya uang yang dijanjikan membuat kita menganggap sepele peringatan-Nya. Kita mencoba bertaruh lagi-lagi. Setiap kalah, rasa penasaran mengusai. Sampai uang habis barulah berhenti dan akhirnya hidup terasa semakin gelap.
Bukan hanya tentang uang, banyak sekali nasihat-Nya yang kita langgar. Soal asmara juga kita langgar. Allah sudah berfirman agar kita tidak mendekati zina. Namun, anak muda merasa hambar jika tak pacaran. Kita merasa tak masalah jika hanya sekadar pegangan tangan, makan bersama, atau nonton bioskop berdua. Tidak akan sampai jauh. Padahal musuh utama manusia sangat pandai menghasut, tanpa sadar bisa-bisa kita terlalu jauh melangkah. Setelah risiko terburuk terjadi barulah menangis sejadi-jadinya.
Mungkin ada yang tidak sampai kelewatan batas dalam mengekspresikan cinta. Sebatas berlama-lama bertukar pesan dengan dia yang didamba. Merasa tak akan ada apa-apa. Namun, yang namanya mudah sekali merasa terikat, berharap, dan juga berubah. Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, kedua-duanya saling terikat, lalu memilih meresmikan hubungan dengan cara baik. Kemungkinan kedua, salah satu semakin terikat. Satunya lagi sudah berubah dan merasa jenuh atau bahkan memang sejak awal hanya ingin bermain-main. Jika kondisi seperti itu, salah satu hati akan merasa sakit. Jangan anggap sepele! Sakit karena patah hati terkadang lebih tidak mudah terobati dan menyebabkan trauma berkepanjangan.
Begitu juga dengan wanita dan pakaian. Kita sudah diingatkan bahwa wanita adalah perhiasan yang dapat memikat hati.Untuk itu kita diminta menjaga diri dengan hijab. Namun, banyak dari kita menganggap hijab membatasi ekspresi wanita. Banyak yang menganggap hijab itu kuno dan tak menarik. Namun, bukannya ingin menjaga, kita malah berlomba-lomba menghias diri dan tampil memikat dengan rok mini. Namun lagi-lagi, kita marah ketika ada mata-mata tak terjaga yang memandang.
Ya itulah kita manusia. Kita sering kali melanggar aturan Allah. Merasa bahwa aturannya hanya mengekang. Merasa bahwa agama itu terlalu membatasi kebebasan. Padahal, semua aturan Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya. Ia tak ingin kita menderita. Namun sayangnya, kita adalah manusia yang tak banyak ilmu, kita menyepelekan dan malah melakukan hal-hal yang membuat kita sakit.
4 notes · View notes
abidahsy · 8 months
Text
Memilih Ujian
Kehidupan pernikahan mana sih yang gak ada ujiannya?
Bahkan lebih dalam lagi,
Apakah seseorang bisa dikatakan beriman jika dia belum diuji?
Mungkin dulu saat sekolah, momen ujian adalah momen dimana seorang murid -tepatnya murid yang jarang belajar sepertiku- jadi mendadak rajin dan 'pintar' dalam semalam. Ujian menjadi alasan yang cukup masuk akal untuk sedikit saja serius dan fokus pada hal yang memang seharusnya dilakukan yaitu belajar.
Tapi pernikahan bukan hal yang bisa dilahap dalam semalam, bukan juga pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan 'datang, kerjakan, lalu lupakan'. Pernikahan adalah pekerjaan seumur hidup yang sekali saja salah dalam memilih, kita akan dihadapkan pada dua pilihan: menderita seumur hidup atau berpisah.
Ini mungkin yang menjadi alasan aku betah berlama-lama mencari. Aku berpikir bahwa lebih baik 'menderita' dalam pencarian dibanding menderita seumur hidup. Karena sejauh ini, perceraian bukanlah menjadi kata yang tersedia di dalam kamusku. Tapi, apakah benar bahwa dengan segenap proses pencarian ini bisa mengantarkanku pada pilihan yang sepenuhnya tepat?
Tentu saja jawabannya belum tentu.
Lalu dimana letak poinnya?
Poinnya adalah aku akan lebih mengenal diriku. Dengan begitu, aku bisa memilih ujian yang aku mau dan mampu. Meski pastinya akan ada ujian baru nantinya yang aku pun belum tahu, tapi setidaknya aku sudah mengusahakan yang terbaik. Begini misalnya, dengan mengenal diri bahwa aku orangnya begini dan begitu, maka aku akan mengerti seperti apakah sosok pasangan yang aku bisa hidup bersamanya dalam jangka waktu yang lama.
Manusia pastinya berubah dan bertumbuh, tapi tabiat dan karakter tentu tidak semudah itu berganti. Sama halnya seperti memaksa ikan untuk terbang, monyet berenang, atau bebek memanjat. Kita luar biasa dan hebat pada tempatnya masing-masing, di dunia yang kita pilih.
Jadi, saat aku dihadapkan pada 3 pilihan yang berbeda: akankah aku kuat dengan Si A dengan mimpi-mimpi besarnya? Atau si B dengan keunikan dan kesederhanaan pikirnya? Atau malah dengan si C yang belum selesai dengan masa lalunya?
Ujian manakah yang aku sanggup menjalaninya dalam waktu yang tidak sebentar?
Ini saatnya kembali merenung, mengajak diskusi diri sendiri, menemukan hingga mengenalinya lebih jauh lagi. Lantas, dengan giat mengumpulkan data dan informasi, memilah dan memilih, serta menjadi adil dan bijak pada pilihan ujian yang sudah menanti.
Ya Allah, hamba mohon, mudahkan dan mudahkanlah.
3 notes · View notes
hayizena · 1 year
Text
MEMULAI KEMBALI
Pernah ada suatu pagi ketika aku berdiri dengan bangga, memandangi barisan tunas kecil yang membujur dan melintang di pekarangan. Tunas-tunas yang cantik, pikirku. Mereka ku tanam dengan nyanyian riang. Warna hijaunya begitu menggemaskan hingga tak terpikir hal lain selain harapan mereka tumbuh dengan menawan. Satu-satunya yang kuyakini adalah akar-akarnya yang berkuasa. Meruntuhkan kemungkinan lain yang bisa hadirkan sirna.
Benar saja! Hujan yang turun membabi-buta tanpa peduli berapa lama telah kerahkan massa. Mereka datang bagai peluru, membuai dedaunan mungil itu hingga terlelap sebelum berakhir lenyap. Tanah tak sanggup menyerap terjangan air yang datang bak kawanan lembu. Mereka mengamuk. Apapun yang dilewati membuat dirinya berkecamuk. Lalu, berakhir dengan kematian tunas-tunas manis yang begitu buruk.
Kelembutan air yang ku kenal berganti wajah menjadi tragedi. Pupus sudah angan ini melihat mereka mekar berseri-seri. Tunas-tunas itu menyerah, bersamaan dengan pupusnya harapan jadikan tempat ini seindah taman peri.
Namun aku percaya selepas hujan masih ada hari yang cerah, bukan? Ketika hujan deras itu reda, mendung tak menampakkan dirinya lagi. Mereka kembali ke awal lagi. Bersiap menunaikan tugasnya kembali. Banjir bandang telah usai. Meski kepayahan, air yang menggulung telah dilahap tanah yang bersedia menampung segalanya.
Genangan masih tersisa di mana-mana. Mendung kadang kala masih mengancam asa. Namun itu semua tak surutkan niatku untuk melangkah. Pekarangan yang porak poranda tak segan ku sapa. Pun tak perlu risau jika cipratan lumpur hinggap di sepatu kesayanganku yang baru saja keluar dari tempat persembunyiannya. Mengapa khawatir? Bukankah masih ada cukup air untuk membasuh nodanya? Masih ada banyak hal yang perlu dijawab dengan "Ah, tidak apa-apa" pada akhirnya.
Bersama biji tanaman di genggaman dan niat yang lama tersimpan di angan, aku ingin melanjutkan harapan. Ingin ku mulai kembali sebuah kehidupan. Menggelar impian yang sempat karam oleh terjangan banjir besar.
Di sinilah diriku saat ini, sedang membisikkan harapan pada tunas yang aku sirami. Semoga dedaunan hijau bisa menyejukkan rumah ini. Semoga keindahan bunga dengan semerbak wanginya memenuhi tempat ini.
Untukmu, yang sempat patah dan hampir menyerah, aku mengerti harapanmu berasa di ambang punah. Lihatlah di atas sana, masih ada matahari dengan sinar hangatnya. Maukah kamu kembali memulainya?
___
hayizena, Senin 2 Januari 2023
13 notes · View notes
mputraff · 1 year
Text
30
Kalau sudah melihat cahaya langit yang dipeluk oleh jingga, rasanya ingin menggenggam jari jemari yang entah milik siapa, lalu membawanya pergi. Bermain di tepi pinggiran danau menikmati mentari yang perlahan dilahap cakrawala. Mengambil satu buah batu pipih dan melemparnya secara bersamaan. Berlari berdua, mengejar angsa yang kehilangan induknya. Setelah itu berbincang di dalam lautan rumput liar yang tingginya sebatas lutut orang dewasa. Bercerita tentang awal kita berjumpa lalu menciptakan harsa tanpa adanya orang ketiga. Mirip seperti drama romantis yang bertema cinta. Sayangnya kau masih menjadi ilusi. Setidaknya sampai detik ini. Rancaekek, semangat buat kamu, semangat buat aku.
54 notes · View notes
celotehku · 1 year
Text
SUMPAH AMUKTI PALAPA
Tumblr media
Kemarin sempat ramai soal diskusi makna "amukti palapa". Ada yang menerjemahkan bumbu, puasa mutih, dan lain sebagainya. Padahal, andaikata kita mau membaca Sĕrat Pararaton dengan seksama, maka arti kata tersebut dapat kita temukan.
Amukti Palapa disebutkan beberapa kali dalam Sĕrat Pararaton, yaitu :
Yang pertama, saat Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan Kuṭi tahun 1319, di mana ia kembali ke ibu kota bersama Raja, kemudian berhenti dari jabatan bĕkĕl bhayangkara dan "amukti palapa" selama dua bulan. Lalu ia diangkat sebagai patih di Kahuripan.
Yang kedua, saat diangkat menjadi patih amangkubhumi di Majapahit tahun 1334, Gajah Mada mengucapkan sumpah, yaitu jika Nusantara telah ditaklukkan, barulah ia "amukti palapa".
Yang ketiga, sesudah peristiwa Paḍompo dan Pasuṇḍa tahun 1357, Gajah Mada melakukan "mukti palapa".
Ada pendapat yang menafsirkan kata :
AMUKTI = a + mukti = tidak menikmati
PALAPA = bumbu
Jadi, maksud dari Sumpah Palapa adalah : Jika Nusantara belum ditaklukkan, maka Gajah Mada tidak mau menikmati bumbu, alias puasa mutih.
Pendapat semacam ini jelas keliru, karena menafsirkan kalimat berbahasa Jawa menggunakan cara Sanakerta. Ingat, bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno adalah beda! Bahasa Sanskerta asalnya dari India, bukan dari Jawa.
Dalam bahasa Sanskerta, awalan A bermakna "tidak", sedangkan dalam bahasa Jawa, awalan A justru bermakna "membentuk kata kerja".
Mari kita kupas makna Sumpah Palapa secara perkata :
"lamun huwus kalah nuṣantara isun amukti palapa"
Lamun = apabila
Huwus = sudah
Kalah = takluk
Nuṣantara = pulau-pulau di luar Jawa
Isun = aku
Sekarang tinggal kata "amukti palapa".
Amukti = adalah kata kerja yang terbentuk dari :
aN + bhukti, di mana aksara bha mengalami luluh dengan awalan anuswara.
- bhukti artinya "makan"
- amukti artinya "memakan" atau "menikmati".
Palapa artinya apa?
Kita tengok berita sebelumnya, yaitu tahun 1319 setelah penumpasan Kuṭi, Gajah Mada dibebastugaskan dari jabatan bĕkĕl bhayangkara, di mana ia "amukti palapa" selama dua bulan, baru kemudian ia diangkat sebagai patih di Kahuripan, yaitu negeri bawahan Majapahit.
Artinya .... Maharāja Jayanāgara berterima kasih atas jasa Gajah Mada menumpas Kuṭi, sehingga selama dua bulan ia "menikmati palapa", sebelum kemudian menjadi patih Kahuripan.
Palapa di sini dapat ditafsirkan "kenikmatan", "istirahat nyaman", "liburan", "bersenang-senang".
Kemudian kita temukan lagi sesudah peristiwa Pasuṇḍa Bubat, Gajah Mada kembali "mukti palapa".
Sekali lagi saya tegaskan, bahasa Jawa tidak sama dengan bahasa Sanskerta.
Menurut tata bahasa Sanskerta :
"mukti" berlawanan dengan "amukti"
"sura" berlawanan dengan "asura"
"ditya" berlawanan dengan "aditya"
Sementara itu, Pararaton ditulis dalam bahasa Jawa, bukan bahasa Sanskerta.
Menurut tata bahasa Jawa :
"nggawa" sama dengan "anggawa"
"njupuk" sama dengan "anjupuk"
"mukti" sama dengan "amukti"
Jadi, setelah Paḍompo dan Pasuṇḍa, Gajah Mada mendapat hak "mukti palapa = amukti palapa", yaitu "menikmati liburan dan kesenangan".
Kata PALAPA menurut tafsir Zoetmulder berasal dari kata dasar ALAP artinya "ambil" atau "makan". Dialap maknanya "diambil" atau "dilahap". Mungkin itu sebabnya kata "palapa" dalam bahasa Madura bermakna "bumbu" karena berhubungan dengan "makanan".
Sekali lagi saya ulangi, makna Sumpah Palapa :
"Lamun HUWUS kalah Nusantara, isun amukti palapa."
Artinya = Apabila SUDAH takluk Nusantara, saya menikmati kesenangan.
Bukan = Apabila BELUM takluk Nusantara, saya tidak menikmati kesenangan.
Kata "huwus" artinya "sudah".
Jangan diganti jadi "belum" hanya demi menafsir kata "amukti" pakai cara Sanskerta.
Nuwun.
#KutipanNaskahKuno
6 notes · View notes
captain-alcatraz · 1 year
Text
Dalam Bahasa Ibu
Kita sepakat tentang rupa-rupa orang berduka;
sederhana seperti caramu menyeduh teh saat pagi
rumit seperti menjaga bicaraku saat dilahap emosi
atau kacau
Seperti saat kita tahu
“Aku paham isi hatimu”
lebur menjadi;
“Kita bahas lain kali…” dalam bahasa ibu
5 notes · View notes