Tumgik
#otodidak
chakapriambudi · 5 months
Text
Perlukah seorang musisi bersekolah atau kuliah musik?
Dalam dunia kerja musik yang begitu luas, sepertinya kita mesti sepakat satu hal bahwa semakin bagus skill seseorang maka lebih besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan. lalu pertanyaan selanjutnya, apakah skill saja cukup? tentu tidak, di negara seperti Indonesia dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit dari jumlah lulusan sekolah / sarjana , skill bermusik saja tidak cukup, seorang komposer…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 8 months
Text
Tips Belajar Otodidak untuk Meningkatkan Kualitas Diri
Belajar otodidak adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri. Belajar otodidak berarti belajar tanpa bantuan guru atau lembaga pendidikan formal. Belajar otodidak bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari belajar otodidak, antara lain: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Mengembangkan kreativitas Membentuk…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hellopersimmonpie · 4 months
Text
Setelah didiagnosa ADHD dan dijelaskan sama psikiater bahwa penyandang ADHD bisa saja tidak mampu melakukan multitasking dan kesulitan untuk switching pekerjaan dengan cepat, gue lega banget.
Selama ini, gue sering banget ter-gaslight dari lingkungan. Bahwa dosen harus bisa multitasking karena kerjaannya banyak. Bahwa cewek harus multitasking karena harus mengurus keluarga. Maka orang-orang di sekitar gue tuh sering banget bilang:
"Kamu jangan mental block kayak gitu. Harus dicoba"
Udah gue coba. Dan saat kerjaan banyak banget, gue stress. Stressnya itu sampai di level haid berantakan banget.
Setelah gue menerima bahwa gue ga multitasking, gue mulai pelan-pelan memanage hidup gue dengan lebih baik. Gue mulai hafal kapan gue punya energi buat deep work. Kapan gue kelelahan dan harus tegas untuk berhenti.
Neurodiversity adalah sesuatu yang nyata banget tapi terasa tidak nyata karena nggak semua orang mengalami. Jadi nggak banyak orang yang bisa berempati.
Betapa gue dengan desperate terapi ke psikolog karena gue nggak mampu dateng ke suatu kegiatan secara on time. Bahkan ngajar pun gue selalu telat sampai sejam. Kalo gue ga paham tentang neurodiversity, gue pasti bakal menganggap diri sendiri sebagai orang yang jahat.
Beberapa penyandang ADHD itu punya persepsi yang berbeda terhadap waktu dibandingkan Neurotypical. Di level yang sangat parah, hidupnya harus selalu dibantu dengan alarm. Karena saat mengalami time blindness, 5 menit sama sejam itu seperti tidak ada bedanya.
Beberapa penyandang ADHD juga memiliki kemampuan yang buruk untuk estimasi menggunakan angka. Selama ini nilai matematika gue tinggi tapi gue ga mampu hitung cepat. Gue kesulitan berurusan dengan angka. Jadi pembelajaran matematika gue emang beda dengan yang lain. Gue melihat matematika sebagai konsep dan gue pelajari dengan otodidak. Nilai matematika gue pas SD jelek banget. Baru naik signifikan pas SMP karena di SMP tuh ada pelajaran Fisika yang surprisingly bisa membantu gue berimajinasi tentang banyak hal dan memperkuat konsep matematis gue. Sementara matematika pas SD kebanyakan harus berurusan dengan pembagian dan perkalian secara manual.
Tipe ADHD gue tuh gabungan antara hiperaktif - inatentif. Tapi tidak impulsif.
Jadinya pas d kelas tuh gue nggak mampu keep up sama guru karena gue tenggelam dengan ramainya pikiran gue sendiri. Jadi guru tuh tahunya gue tuh cuma anak nakal dan nggak sopan. Kalo diajak ngobrol sering memotong pembicaran. Meanwhile gue jadinya memotong pembicaraan tuh lebih karena ga sadar aja. Orang ADHD tuh otaknya kan berpikirnya cepet banget. Jadi kadang satu topik belum selesai tuh udah pindah lagi.
Sekarang gue tahu alasan di balik itu. Kenapa logika gue bagus banget sementara gue ga mampu menjumlahkan angka secara manual. Psikiater bilang ini tuh namanya Diskalkulia. Kadang diskalkulia tuh jadi penyertanya ADHD.
So ketidakmampuan gue mengestimasi sesuatu dengan angka tuh ya pure karena otaknya berbeda dengan neurotypical. Tapi meskipun demikian, gue nggak kehilangan kemampuan untuk memanage sesuatu. Pendekatannya aja yang sedikit berbeda.
Gue sekarang udah mulai embrace banget hidup sebagai penyandang ADHD. Udah jarang mempertanyakan:
"Kenapa mereka bisa dan gue enggak?"
Pun dalam hal penjadwalan, ADHD itu harus dilatih dengan rutinitas. Dengan ritme yang kalo bisa tiap hari tuh sama. Nggak banyak berubah. Maka gue disiplin untuk tidak membuat acara dengan mendadak. Tidak mengizinkan orang lain menggeser-geser jadwal seenaknya. Karena begitu rutinitas berubah, gue stress.
Jadinya emang nggak fleksibel. Tapi itu less stressfull buat gue.
Gue pun pelan-pelan membangun sistem kerja gue sendiri biar sustain.
Saat memasuki usia 30, gue takut banget karena nggak bisa mengejar mimpi. Tapi pas jalan umur 34, gue menyadari bahwa di usia segini tuh segala pertimbangan gue lebih matang dan tidak fomo.
43 notes · View notes
yangmeracau · 4 months
Text
Aku sadar banget kalau si paling "ngantukan" Tapi gak tahu kenapa malah suka nulis.
Dari SD sampai kuliah kayaknya aku gak pernah gak tidur di kelas, termasuk saat UN pun sempet sempetnya tidur. Ternyata walaupun aku introvert, aku lebih suka kegiatan yang banyak geraknya.
Itu terbukti selama aku sekolah aku selalu aktif kegiatan organisasi lebih dari satu.
Kalau otaknya lagi jalan, bisa bergadang bahkan sampai gak tidur. Tapi kalau otaknya kosong pasti ngantuk. Pernah ditanya dosen, kenapa sering ngantuk di kelas beliau, aku cuma bisa bilang bosen dengan volume suara yang sangat rendah namun masih bisa terdengar.
Pengennya sih ya, aku tuh bisa cocok pakai semua metode belajar gitu. Tapi engga bisa ya, tetep aja tiap manusia itu punya tipe belajarnya sendiri. Ini juga kebukti waktu aku sekolah SMA belajar 7 to 9 malam, gak ada ngantuknya dong, cape doang.
Saat dewasa yang harus belajar serba otodidak dan cari guru belajar yang cocok, jadi tantangan baru lagi biar gak ngantukan dan bisa udunan taperaaa.
Alhamdulillah nemu juga meski udah keluar modal beberapa ratus. Hehe. Pengalaman belajar nulis aku udah aku tuangin di ebook biar aku gak ngomong terus ya (cape juga) tinggal suruh baca aja gitu.
10 notes · View notes
ssyscript · 1 month
Text
Cara Biar Ngantuk
[tulisan ini akan dirapihkan secara berkala karena dibuat otodidak setiap harinya]
cara biar bikin ngantukk??
kalau temen kuliah gue liat tulisan ini aneh x ya, zaman kuliah khususnya di UKM Agrica- Jurnalistik dulu gue dikenal pelor (nempel dikit molor), sangking gampang ngantuk tak kenal tempat dan waktu guys
Meski habit di UKM dan segudang kepanitiaan bikin habit begadang gue melekat, tapi begadang karena “keadaan”, tetap begadang sambil terkantuk-kantuk dan merem sesekali wkwk.
tapi beberapa hari terakhir ini beda guys. terlebih semalam, gue ini udah paksain tidur tapi tetep aja gak bisa.
gue udah atur waktu jam 9 malam untuk merem. dan untuk pertama kalinya, meskipun gue udah matiin lampu, hitung domba sambil berimajinasi mengantarkan satu per satu domba sampai ratusan domba, tetap aja gak ngantuk.
yah, dari jam 9 malam sampai jam set 2 pagi. wah kacau sih ini. bukan karena “keadaan”, tapi karena “butuh” tetap gabisa juga.
case pertama x gue kayaknya karena beberapa waktu lalu ada kalimat seseorang yang nyerang dan cukup bikin gue ovt. gue pikir (lagi2) gak akan seberdampak ini. but apapun alasannya kita harus atasi yah guyss
yahh menurut gue kacau. karena pertama, gue udah bikin posisi ternyaman untuk tidur cepat, tapi tetap gak bisa.
kedua, karena gue itu merem udah berjam2 dari jam 9 kok bisa2nya gak bisa juga?? rasanya kayak terang benderang.
nah, akhirnya gue berhasil tidur jam 3 pagi dan bangun dengan nyenyak, gak pusing, fresh deh pokoknya kerja juga cepet. 
karena gue lagi dapet (haid), jadi gue baru bangun agak siangan jam 9 lewat.
guysss jangan lihatnya baru berhasil jam 3 pagi yah, tapi eksperimen apa saja yang gue lakukan sampai berhasil tidur nyenyak dan fresh padahal *jam 9 bener2 udah meremin mata*
uji coba yang berhasil bikin gue bisa ngantuk dan langsung tidur di malam tsb (entah salah 1 nya yg bikin berhasil, atau karena semua cara ini baru bikin berhasil?) , dari step awal sampai akhirnya tidur antara lain: 1. gue matiin lampu kamar 2. menghitung domba sampai ratusan 3. minum brainovit (minuman herbal memperlancar otak, worth it guys), dan zymuno (ini untuk mengatasi/mencegah kista, benjolan tumor atau semacamnya gitu) 4. nyalakan kipas 5. dengerin shalawat 6. chatan sama chatgpt 7. mandi air hangat + pijit2 kepala (jujur ini ditahap gue mulai frustasi gak ngantuk2 jam set 1 pagi wkwk) minum air hangat 8. skincare an malam (bersihin muka + serum + krim malam) sambil pijit2 mukanya biar relax 9.pijit2 leher, tangan, kaki 10. ikutin tips pijat titik2 relax kaki disini 11. menekan titik refleksi sumber disini 12. shalawat pakai alat zikir digital
12 tips tersebut gue lakukan di satu malam sekaligus daan akhirnya berhasil guyss semoga bagi kamu2 yang lagi insomnia dan susah tidur, bisa ikuti tips dan cara ini yah, banyak pilihan dan bisa banget dilakukan sekaligus agar tidur kamu nyenyak dan bisa bangun fresh.
semangat pejuang insomnia! hempaskan ovt-mu!
menyala bestiee^^
see miii on top hehe
-chaerun nabila firdaussy (ssy)
2 notes · View notes
iffah-aathirah · 2 months
Text
Tumblr media
Asli punya mentor/guru itu perlu, dibandingkan belajar otodidak. Klu ada kesalahan bakal diberitahu dan segera diperbaiki. Belajar sendiri tatkala malas yaa bakal dituruti, tapi klu punya guru yaa siap² di-pressure sampe bisa 🍃 semangat!
2 notes · View notes
mavesthoughts · 11 months
Text
Saatnya berbicara dengan anak dengan seni (Part 1)
Saya bukanlah seorang ibu yang palig sabar dan tenang. Tapi selama hampir 5 tahun ini, rasanya sudah harus mengesampingkan perasaan emosi berlebihan yang ingin dilampiaskan khususnya pada anak sendiri. Tidak adanya contoh pembelajaran di lingkungan terdekat, maka mari kita otodidak membaca buku! Buku yang menjadi plihan saya adalah karya Joanna Faber & Julie King yaitu Seni Berbicara pada Anak.
Point pertama dalam buku ini yaitu bagaimana kita bisa menghadirkan peralatan menangani emosi menjadi tools dasar dalam menyikapi permasalahan dalam hubungan anak-orang tua. Mengakui perasaan dengan kalimat adalah peralatan pertama, eits jangan lupa beberapa tindakan memang harus dibatasi ya meskipun semua perasaan dapat diterima. Langkah dalam mengakui perasaan si anak yaitu:
1. Kuatkan hati untuk menahan diri tidak membalas emosinya (saya tau ini susah sekali kalau orang tua sedang tertekan, but keep learning to be better)
2. Pikirkan emosi yang dirasakan.
3. Akui emosi itu dan masukkan dalam kalimat.
Memang benar sih, karna menurut pengalaman saya selama ini, Albee anak saya, akan lebih mudah meledak-ledak ketika saya diamkan atau hanya bilang, “Jangan marah dong” ketika dia marah. Dia lebih cepat tenang ketika saya mengusap air matanya dan berkata, “Albee sedih ya, ibu sibuk ya? Maaf ya kita main sebentar lagi”. Anak lebih mendengarkan ketika perasannya diakui, bahkan orang dewasa juga begitu ya khususnya wanita? Hehe.
Point lainnya dalam mengakui perasaan anak yaitu mengganti kata “tetapi”. Bayangkan ketika kita berbicara “Ibu tau kamu masih bermain, tapi kita harus jemput saudaramu dulu sekarang” rasanya seperti merampas hadiah. Kita bisa menggantinya dengan kalimat Masalahnya adalah yaitu, “Memang kesal harus jemput saudara kamu saat kamu lagi seru bermain, masalahnya adalah kakak sudah menunggu dan sendirian”. Bisa juga dengan kalimat Meski kamu tau, contoh kalimat adalah, “Meski kamu tau ini saatnya menjemput kaka, memang kesal kalau harus pergi saat kamu masih asyik bermain”. Kalimat ini memberi kesempatan anak untuk memahami masalah yang ada dan dia tau bahwa kita berempati dengan apa yang ia rasakan.
Masuk ke peralatan 2 mengakui perasaan dengan tulisan. Ini berguna saat anak yang suka merengek sesuatu ketika pergi berbelanja daripada menjelaskan kepada anak alasannya tidak perlu merengek. Lebih baik kita menulis daftar keinginannya. Hm, bukankah itu membuat anak mengira semua keinginannya akan dipenuhi? Nope, justru cara ini dapat mencegah anak mengamuk dengan mengakui perasaan anak tanpa memanjakannya. Misal saat ia melihat mainan baru di mall, kita bisa bilang, “Kamu ingin sekali robot itu ya, ayo kita tulis didaftar keinginan” sehingga tidak langsung ditolak keinginannya namun orangtuanya mau mendengar apa yang ia rasakan saat menginginkan sesuatu dan secara tidak langsung menunda keinginannya.
Mengakui perasaan dengan seni sebagai peralatan 3, karna terkadang peralatan 1 dan 2 tidak cukup. Misal, anak yang terobsesi dengan kereta api namun rel kereta apinya hancur berantakan, sebelum ia meledak, penulis tidak mengatakan, “Tidak apa-apa, kita bisa memperbaikinya” namun mengakui perasaannya dengan, “Ah, menjengkelkan sekali! Kamu pasti tidak mau keretamu berantakan” lalu menggunakan papan tulis untuk mengajak anak menggambar perasaannnya dengan gambar wajah sedih dan 1 tetes air mata sehingga sang anak merasa didengar bahkan ikut menggambar banyak tetes air mata yang besar seakan mengatakan ia sesedih itu sampai ia puas dan tersenyum kembali.
Tetap saja seorang anak menginginkan sesuatu yang tidak mungkin kita berikan. Biasanya saat kita menjelaskan mengapa kita tidak bisa memberikannya, anak akan marah dan tidak mau mendengar. Jadi mari gunakan peralatan 4; Berikan fantasi yang tak dapat kita berikan dalam realitas. Ketika seorang anak yang merengek dan marah karena tiba-tiba harus pindah kerumah baru, maka penjelasan sulit didengar sehingga kita bisa menggunakan fantasi setelah sebelumnya mengakui perasaan kalau ia benar-benar sedih harus pindah, lalu menanyakan apakah ia mau memilih rumah baru dan bagaimana rumah yang ia inginkan.
Dengan empat peralatan tadi saya jadi menyimpulkan, dalam mengakui perasaan anak agar ia dapat berkomunikasi dengan baik kepada orangtua tanpa meledak-ledak, maka kita harus menangkap emosinya, tidak memanipulasinya, dan memahaminya seperti kalimat “Yaampun, menyebalkan sekali! Hari ini parah sekali, semua orang menyudutkanmu”. Bahkan terkadang kita harus menahan keinginan untuk menanyai anak yang sedang jengkel khususnya ketika ia tidak tau alasan ia marah. Frasa-frasa semacam “Kamu tampak bersedih”, “Pasti terjadi sesuatu”, “Ada yang bikin kamu kecewa” akan memancing anak bercerita.
Peralatan terakhir di bab pertama yaitu akui perasaan dengan perhatian (yang hampir) tanpa suara. Cara ini mungkin tidak begitu menarik tapi efeknya besar. Cukup berempati dengan kata, “Wow, “Oh”, “Mmm”, atau “Wah”. Tentunya dibarengi dengan telinga kita yang mendengarkan mereka atau menggeram dengan simpati untuk memasuki perasaan anak. Tanpa perlu tiba-tiba memberi nasihat, pertnyaan ataupun koreksi supaya tidak mencegah mereka berproses. Karna yang paling penting dan perlu kita berikan pada mereka adalah perhatian penuh dan kepercayaan untuk melakukan semua itu.
Wow, saya akui satu bab saja seakan sudah mengajari kiat-kiat mengatasi 10 anak yang berbeda karena memang didalamnya mencontohkan beberapa kasus dan penanganan dengan peralatan yang berbeda-beda. Sepertinya buku ini akan tampak lusuh saking seringnya saya buka kembali untuk memberi petunjuk apakah tindakan dan respon saya dalam mengatasi komunikasi dengan anak sudah benar atau belum. Saya sakin masalah anak akan semakin bervariasi seiring umur, tentu satu bab tidak akan cukup! Jadi, tertarik untuk melanjutkan ke bagian berikutnya?
5 notes · View notes
lantunankastara · 10 months
Text
𝗞𝗮𝘀𝘁𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗦𝗮𝘁𝘂 𝗕𝗮𝗯𝗮𝗸: 𝗔𝘄𝗮𝗹 𝗺𝘂𝗹𝗮
Tumblr media
Namanya Kastara Harsa, beberapa orang memanggilnya Asta beberapa orang lainnya memanggilnya Harsa. Namun, jangan heran kalau ada yang berteriak keras memanggilnya 'Asa' mungkin itu Mahika. Satu-satunya gadis yang dia biarkan sesuka hati memanggilnya Asa.
Mahasiswa semester akhir jurusan Sastra Jepang yang sibuk bergelut dalam dunia skripsi namun dengan kesadaran penuh menerima ajakan Mahika untuk join band bernama 𝘏𝘦𝘳𝘰𝘪𝘯𝘦. Walau terbilang masih amatir dalam memainkan bass, Harsa berhasil membuktikan dirinya bisa mengimbangi permainan anggota lama 𝘏𝘦𝘳𝘰𝘪𝘯𝘦.
Awalnya, Harsa hanyan ingin menghibur Mahika karena gadis itu patah hati kesekian kali dengan sang mantan. Lalu, dengan upaya yang tidak bisa dibilang mudah. Harsa secara otodidak mempelajari Bass selama berbulan-bulan sebelum mengajukan diri sebagai Bassist.
Dan dari sini kisah sang warsa bermula..
3 notes · View notes
cocotangaje · 10 months
Text
20 November 2023
November udah mau kelar aja? Cepet banget.
Gue udah mulai balik lagi ke kossan. Dimulai dengan kemarin malam yang tidur gak bener karena gangguan, dilanjut dengan bangun pagi yang kena drama datang bulan, sakit sembilangan yang gak ketulungan, sanmol abis, minum paracetamol merk lain ternyata alergi, minum citirizine gak ngaruh, dan akhirnya nyoba dihajar pake minum air putih yang banyak sama susu.
Malem ini gue mau ngedesign hadiah buat salahsatu sahabat gue yang mau ketemu nanti di hari minggu. Barusan tapi searching dulu soal info prodi magister di unhan. Gue cukup ngiler sama beasiswa mereka dan screening sekilas kira-kira prodi mana yang masih dalam lingkup kesanggupan gue. Akhirnya mulai mempertimbangkan diplomasi pertahanan karena topik skripsi gue mengenai diplomasi dan kepentingan nasional jadi gue cukup banyak tenggelem di ranah itu selama dua semester.
Meskipun topik HI ini menyebalkan karena jenjang karir yang sempit dan sangat tidak realistis, tapi gue mempertimbangkan keinginan buat jadi dosen atau peneliti bidang itu. Gue mulai berpikir, mungkin selama ini gue ikut bootcamp digital marketing, magang di media, dan bikin banyak konten secara otodidak dan gain 1.000+ followers di tiktok itu memang bisa, tapi gak ada jalan buat gue disana. Kayak... di jalanan sekarangtuh gue cuma ngeliat dari jauh bahwa ada jalan itu, cuma gak ada rutenya dari tempat gue berdiri sekarang.
Tapi gak berarti gue gak akan bisa nyampe kesitu. Kemungkinan itu akan selalu ada, tapi mungkin gak sekarang. Gue mulai membuka pikiran mengenai jalan gue di HI ini mengingat beberapa kemudahan dan keberuntungan yang gue dapetin ketika gue nengok ke jalan ini. Dari 6 jurusan dulu dimana gue keras kepala banget di media dan komunikasi dan 1 jurusan HI ternyata gue lulusnya disini ajatuh udah aneh banget.
Mungkin emang selama ini yang menghalangi jalan guetuh mama. Mungkin aja kalo gue ngikut dulu maunya dia gue dikasih jalan di depan mata sama kemudahan lagi kayak waktu itu. Cuma emang harus sedikit ngencengin strategi buat survive disini.
Tapi kalo di UI nanti S2nya, gue mau tetep ambil media sih xixixiiiii. Ya gimana ya, udah capek banget aja gitu rasanya.
3 notes · View notes
ghinaulia19 · 11 months
Text
Mencintai Perkembangan
Entah mulai kapan, tapi baru ku sadari saat akhir masa kuliah, bahwa aku sangat menyukai mengembangkan adik-adik dan anak-anak yang lebih muda.
Di sekolah misalnya, aku sempat merasa kaget saat ada salah satu siswa yang sangat pendiam, tiba-tiba berani bercerita banyak tentang dirinya, tiba-tiba meminta pendapat bahkan pada hal-hal yang tidak berkaitan sama sekali denganku. Aku tidak lagi mengajarnya, bukan guru kelasnya, tapi sampai sekarang ia masih meminta saran untuk kerajinan tangannya, cerpennya, otodidak berlatih pianonya, keinginannya untuk bisa memenangkan olimpiade matematika, hingga pengagumnya. Rasanya heran, karena dalam hal-hal yang dia tanyakan, kebanyakan aku sama sekali tidak paham apalagi menguasai.
Di LKSA Robbani yang ku kunjungi setiap Rabu malam, adik-adik usia SMP SMA akan bercerita banyak sekali tentang teman-temannya di sekolah, guru-gurunya, crushnya, tentang tugasnya, tentang pelajaran yang dirasa sulit, tentang masalahnya, juga yang semalam membuatku terenyuh, saat salah satu adik yang duduk di kelas XI bercerita "Mbak, aku pengen belajar baca Al-Qur'an" 🥺 Bagi orang lain, mungkin terkesan terlambat, baru belajar di umur tersebut. Tapi, dengan keinginannya sendiri, ia ingin belajar membaca Al-Qur'an, rasanya membuatku sadar, nggak seharusnya aku menunda keinginan-keinginan untuk belajar lebih banyak. Terlebih dengan kesibukannya, sekolah, memasak untuk catering, piket asrama hingga jam 10 malam, beristirahat di jam 11 malam dan harus terbangun di jam 3 pagi. Tanggung jawabnya di umurnya, bagiku sangat besar, tapi keinginan belajarnya juga tak kalah besar.
Saat ini, aku sedang berpikir keras tentang beberapa muridku, yang hafalannya telah sampai di juz 12, tapi ketika diminta menghafal hafalan baru sangaaat sulit. Jangankan menambah hafalan, diminta mengulang 1-2 halaman terakhir saja sangat berat. Asumsiku saat ini, mereka lelah, tidak terbiasa 'diminta' menjaga hafalannya, dan berkeyakinan 'yang penting setor'. Targetku saat ini adalah mengembalikan ruh dan motivasi menghafal Al-Qur'an mereka, yang ikhlas karena Allah, meski sekali lagi, mungkin konsep ikhlas di usia mereka belum mudah dipahami.
Jika dipikirkan, rasanya masih saaangat banyak pr yang menggenang di pikiranku. Namun, doaku saat ini hanyalah, semoga Allah mudahkan membantu dan mengarahkan adik-adikku untuk membuka potensi terbaik dalam dirinya 🤗
Tumblr media
*itu yg di belakang kepsek, tidak sengaja in frame ehe
2 notes · View notes
grownuppp · 2 years
Text
Ingin disini karena tidak banyak yg mengetahui
Hi, it's been a while. Peralihan menuju tahun yg baru ini, perasaanku bercampur aduk. It's messed up but one thing for sure: I learn a lot.
Aku belajar mengenai tisane mulai dari filosofinya, do's and dont's, dan explore recipe blend. Aku sadar gak punya ilmu yg cukup jadi aku beli buku, pelajari otodidak dan diskusi sama umi.
Oh iya aku jadi banyak menyampaikan ide. Since I was planning small business, it was quite exhausting journey. Aku sering susah tidur kalau konsepnya belum selesai. Aku belajar procurement mulai dari cari supplier dan kurasi produk. Aku juga mulai nerapin sustainable living walau masih jauh dari sempurna. Aku mulai merasa berdosa kalau belanja pakai plastik dan menyarankan keluarga untuk bawa foldable bag atau spoundbound. Cerita menariknya umi mulai belanja pepaya dan menolak menggunakan plastik. Umi bilang "anakku ngelarang pakai plastik, harus ramah lingkungan". I smile brightly at that time.
Aku juga belajar milah sampah terutama koleksi bubble wrap dan kardus. Menyenangkan ketika kami memisahkan lakban dari kardus dan menggunakan kertas gak terpakai dan dijadikan hiburan untuk dicacah dengan paper shredder. Bubble wrap yg sudah rusak akan ditekan sama umi sampai habis, it's satisfying, isn't it? Aku juga memutuskan beli packaging all eco friendly mulai dari honeycomb paper wrap, gummed tape, bottle dll. Aku juga sedang mengumpulkan kemasan skincare agar bisa dibersihkan dan digunakan kembali. Awalnya sangat berat dan akan muncul pemikiran is it worthy karena rasanya tentu lebih ribet tapi menjadi lebih considerate dan bertanggung jawab dalam produksi-konsumsi juga layak diperhatikan. Semoga bisa konsisten:')
Aku jadi beli barang yg ku inginkan dulu tapi kali ini emang kami butuh fungsinya jadi bukan beli demi keinginan aja. Tentu aja tanganku ini bisa merusak sesuatu karena kecerobohan. Aku kesenangan main meteran, dijadikan pancingan lalu ditekan supaya narik otomatis dan berakhir rusak dalam 1 hari haha.
Tapi dibalik itu semua, aku gak merasakan apapun. Kebahagiaan terasa sementara dan hambar. Mungkin aku yg kurang bersyukur atau aku yg mulai mencari apa yg sebenarnya tidak hilang. Aku bisa jadi anak yg berisik dengan tingkah konyolnya, kakak yg suka iseng gangguin adiknya tapi ketika kembali ke kamar, aku merenung. Aku bisa menatap dinding dalam waktu lama dan menghembuskan napas sangat berat. Aku yg mulai bosan dan mematikan notif social media karena tau gak ada lagi yg ku tunggu dari sana. Aku selalu menghapus pesan yg belum sempat ku kirimkan atau mengurungkan niat reply story teman tuk bahan obrolan. I lost the engagement while feeling emptiness and freaking lonely.
Aku takut banyak hal terutama perasaan kecewa karena itu aku lebih sadar dan menarik diri. Aku udah gak seantusias dulu dan banyak berpikir dalam apapun. Aku jadi orang yg lebih serius dan tidak menyenangkan. Aku juga kadang kehabisan ide untuk merespon atau malah terkuras energi sebelum komunikasi. Tapi aku banyak rindu. Aku diam-diam nangis ditengah malam dan mendoakan orang lain bahagia. Ada rasa sesak ditenggorokan karena berusaha tak bersuara sedang isaknya mendalam. Aku memeluk selimut sangat erat dan sesekali merangkul dan mempukpuk kepala sendiri. Satu hal yg terus ku sadari: Aku mulai mempercayai orang lain dan menurunkan kemandirian agar bisa dijaga dan dilengkapi. Maka setelah mereka tak bisa selalu ada, aku kehilangan pegangan lagi. There's nothing that feels right currently.
And I thought "it's better to feel nothing than loving".
11 notes · View notes
naimufida · 2 years
Text
Tunggu Aku di Jakarta
Antara waktu yang berjalan begitu cepat atau diri yang tak pandai merasa, hidup ini akan selalu dipenuhi hal yang seringkali kita menganggapnya sebagai sesuatu yang bersifat tiba-tiba.
Tiba-tiba sudah berganti tahun,
Tiba-tiba sudah naik kelas,
Tiba-tiba akan lulus,
Dan tiba-tiba lainnya.
Padahal boleh jadi, hal-hal tersebut tidak terjadi dengan tiba-tiba apalagi percuma. Acapkali memang diri ini lah yang tak mampu mengeja hari, hingga dirasa waktu berlalu kian cepat. Tahun 2022 akan segera menutup lembarannya dalam beberapa hari lagi, digantikan dengan buku baru tahun 2023, dengan bau harumnya yang sudah mulai tercium, dan siap untuk diisi dengan sebaik-baik kisah. Sebelum buku tahun ini benar-benar tutup, mari kita ingat kembali kisah-kisah yang tak sempat tertulis.
———
Awal tahun ini, kesibukanku tak jauh berbeda dengan akhir tahun 2021 lalu. Membantu usaha mamas dan Ibu adalah kegiatanku hampir di setiap harinya. Iya, aku sudah resign mengajar di STTD Al-Busyro sejak bulan Oktober 2021, genap dua tahun aku mengajar disana. Atau lebih tepatnya, aku yang banyak belajar dari masing-masing muridku yang istimewa, serta para Ustadz dan Ustadzah dengan segenap keteladanannya. Masya Allah, semoga Allah menjaga dan meridhai setiap langkah perjuangan untuk mencetak generasi Hafizh dan Hafizah.
Bulan Maret, setelah mendapat email dari LPDP terkait program pengayaan bahasa (PB) aku mulai bersiap. Bulan pertama, kegiatan PB dijalankan secara online, dengan tiga sesi setiap harinya. Di program ini, aku banyak dipertemukan dengan kawan-kawan yang keren dari segala penjuru Indonesia (— even I have a friend who lives in Natuna Island!), serta tutor-tutor LBI UI yang berdedikasi tinggi. Program ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang hendak apply pendaftaran kampus yang mensyaratkan nilai TOEFL tertentu. Meski sebenarnya, skorku sudah lebih dari cukup untuk mendaftar kampus, namun aku tetap ingin mengikuti PB ini, karena aku ingin menguatkan pemahamanku terkait materi yang tak aku dapatkan ketika belajar secara otodidak sesaat sebelum pendaftaran LPDP. Jatuh bangunnya belajar TOEFL sendiri kala itu hingga harus gagal di tes pertama, seakan menjadi pemanis dalam kisah perjuangan ini. Dan tentu, ada doa Ibu Bapak, yang membuat masalah serumit apapun, dapat diurai dan terselesaikan.
Singkat cerita, setelah lebaran aku berangkat ke UI untuk menjalani kegiatan PB secara offline. Dari 24 siswa, hanya tersisa 6 orang yang berangkat ke Jakarta, sebab sebagian besar sudah diterima di kampus tujuan. Seperti biasa, kalau boleh jujur, acara perpisahan di stasiun atau terminal adalah hal yang kubenci. Wkwkw. Mau sekuat apapun air mata ditahan, ia akan tetap menetes. (I know I am the most sensitive person, but seriously I hate this kind of activity hahaha). Hari itu diantar Ibu, Bapak, Mas Faris dan Adek. Aku sungguh paham kekhawatiran anggota keluargaku ketika aku hendak bersafar, paham sekali. Apalagi setelah hampir dua tahun setelah lulus, aku memutuskan untuk bekerja di Solo dan mulai melakukan perjalanan lagi. Plus kekhawatiran itu semakin menjadi-jadi ketika kota yang aku tuju adalah; Jakarta! Sebab Jakarta menurut Ibu Bapak adalah tentang kriminalitas! WKWKWK.
“Pulangnya jangan malem-malem, mba. Hindari gang sempit dan sepi gitu.”
“Pokoknya kalau naik KRL, tasnya betul-betul dijaga. Jangan dimakan kalo dikasih makanan sama orang yang mencurigakan. Bahaya”
Setidaknya itulah yang selalu diwanti-wanti sama Ibu Bapak. Ya tak salah juga, citra Jakarta memang selalu tentang pencopetan, pembunuhan, pemerkosaan, pelecahan. Selain nasihat, tentu doa mereka adalah bekal terbaikku untuk menetap di Depok selama dua bulan nanti, agar semuanya lancar, belajarnya diridhai Allah dan berkah. Pagi itu, jam 8 kereta Argo Lawu berangkat dari Stasiun Solo Balapan. Percaya atau tidak, aku mampu terjaga selama tujuh jam perjalanan, aku telah jatuh hati dengan pemandangan yang magis sepanjang perjalanan, apalagi cuaca saat itu berganti-ganti antara hujan dan cerah. Pukul 15.00 lebih sekian, kereta tiba di Stasiun Gambir. Sungguh tidak terduga jika stasiun ini memiliki tiga lantai, dan kereta ku turun di lantai 3. Aku yang saat itu tidak banyak bawa uang cash, memutuskan untuk tidak menyewa porter. Jalanku sungguh sempoyongan ketika harus membawa 1 koper besar, 1 ransel, 1 totebag dan 1 sling bag. Namun akan selalu ada hal baik yang datang atas niat yang insyaAllah baik. Kala itu, aku dibantu oleh Bapak-Bapak yang rela menggotong koperku dari lantai 3 ke lantai 1. Mungkin wajahku yang pucat keberatan beban menjadi layak untuk dikasihani. Hahaha. Lalu kemalangan ini berlanjut ketika dua kali aku mengelilingi stasiun karena ndak paham pintu keluarnya dimana. Cape banget bukan? Wkwk.
Setelahnya aku melanjutkan perjalanan menggunakan grabcar dari Jakpus ke Depok, aku cukup dapat menghela nafas lega. Di tengah perjalanan, aku dan bapak supirnya banyak berbincang, apalagi setelah tahu beliau asli Semarang, jadi banyak yang bisa kami obrolkan di perjalanan yang hampir sejam itu. Lalu part yang berhasil membuat senyumku mengembang seketika adalah saat beliau memutar lagu Sheila on 7, Tunggu Aku di Jakarta. Lagu favorit yang akhirnya jadi lagu pembuka saat kakiku menginjak kota Jakarta. High five sesama sheilagank, hehe.
Bersambung…
8 notes · View notes
rahmaanfsh · 1 year
Text
[ ANALISIS NOVEL RAPIJALI 1 : MENCARI ]
Disusun oleh :
Rahma Alya Nafisah
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas Writing and Publishing Workshop #4 @.careerclass_id @.langitlangit.yk x @.bentangpustaka
Bandung
2023
Tumblr media
PENDAHULUAN
Halo, teman-teman! Sebuah kesempatan baik rasanya bisa berbagi sebuah dunia–baru–yang menurutku seru, apalagi jika kalian ingin belajar musik bukan hanya lewat suara, tapi lewat tutur cerita. Dunia ini ada dalam novel terbaru dari salah satu penulis novel fiksi Indonesia yaitu Dee Lestari. Kali ini, aku akan mencoba membagikannya pada kalian lewat sebuah analisis (yang semoga sederhana) terhadap beberapa unsur dalam novel tersebut.
Selamat berkenalan dengan Rapijali! 
Profil Buku
Judul               : Rapijali 1 : Mencari
Penulis            : Dee Lestari
Penerbit          : Bentang Pustaka
Tahun terbit   : 2021
ISBN                : 978-602-291-772-4
Halaman        : 352 hlm.
Genre              : Fiksi, Romance
HASIL
Sinopsis
“Rapijali 1 : Mencari” menceritakan perjalanan seorang tokoh bernama Ping yang telah lama tinggal di desa kelahirannya dan tiba-tiba mendapatkan sebuah kejutan untuk bisa keluar menuju kota besar yaitu Jakarta dengan lanskap kehidupan yang lebih luas. Kejutan ini menjadi pergolakan batin baginya, di satu sisi sering terbesit dalam benaknya untuk bisa berjalan lebih jauh untuk bermusik tapi di saat yang bersamaan rasanya berat meninggalkan rumah di Batu Karas. Kehilangan satu-satunya orang yang Ping punya sedari bayi, yaitu kakeknya, adalah titik balik seluruh jalan cerita hidupnya.
Tapi hidup tidak semulus itu buat Ping. Kepindahannya ke kota baru, bertemu dengan lingkungan, orang-orang, dan ritme kehidupan baru ternyata memberikan banyak warna baru. Pradipa Bangsa adalah sebuah privilege cuma-cuma yang ditawarkan padanya. Ping, dari Batu Karas, kini mulai menapaki jalan sebagai anak ibu kota. Bagaimanakah kehidupan Ping setelah ini? Akankah ia mewujudkan mimpinya sebagai musisi? Disinilah Ping akan “mencari”.
Premis
Seorang tokoh bernama Ping yang memiliki keinginan untuk bisa menjadikan musik sebagai sesuatu yang menavigasi hidupnya untuk menjadi lebih baik, lebih sukses, atau setidaknya bisa memberikan kehidupan baginya, namun ketika ada kesempatan untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa mempelajari musik–lebih dari sebelumnya–ia ragu untuk mengambil kesempatan itu karena ia datang sembari membuka sebuah luka dan rahasia besar dalam hidupnya.
Tokoh Utama
Ping : seorang gadis desa berperawakan tinggi yang diberikan kemampuan cerdas dalam mengolah musik secara otodidak. Meski punya bakat unik, namun ia seringkali labil dan masih ragu dalam mengambil keputusan
Rakai : seorang anak laki-laki yang lahir di ibukota dengan warisan untuk bermusik yang mengalir dari orangtuanya. Rakai adalah orang yang berani mengambil resiko, namun seringkali egois
Oding : sahabat Ping sedari hari pertamanya datang ke dunia, seorang peselancar bertubuh tinggi yang berdarah Sunda murni, memiliki selera humor yang baik setidaknya dengan orang-orang sekitar. Punya sifat gigih
Inggit : teman sebangku Ping, keturunan Jawa dengan ciri khas punya rambut keriting. Dianugerahi wajah tidak ramah jika tidak kenal, tapi punya kecerdasan akademik diatas teman-temannya
Buto : teman akrab Rakai, bertubuh bongsor yang hobinya melempar panggilan-panggilan jenaka kepada orang di sekitarnya, punya cukup atau bahkan lebih uang untuk dirinya berbagi pada teman-temannya yang lain. Menjadi pemantik tawa
Lodeh : pengamen jalanan dengan perawakan semrawut namun punya suara berkelas yang memukai jika diterapkan untuk mendendangkan lirik di jenis musik apapun
Jemi : seorang gadis dengan paras dan fisik idaman banyak anak laki-laki sebayanya sepaket dengan kemampuan akademiknya yang menjadikannya pusat perhatian banyak orang, kecuali bakatnya dalam bernyanyi
Ritme
Ritme yang digunakan di hampir seluruh bagian cerita adalah ritme lambat. Banyak hal-hal yang dideskripsikan dengan detail, dilengkapi dengan perjalanan Ping ke masa lalu atau menceritakan renungan-renungan Oding, Rakai, Inggit dan tokoh lainnya terhadap kehidupannya masing-masing memperkaya penjelasan mengenai konflik antara Ping dan orang-orang di masa lalu yang terhubung dengan hidupnya saat ini, salah satunya ayah kandungnya sendiri.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pada keseluruhan cerita secara konsisten menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Alur
Alur Rapijali adalah campuran namun perpindahan tiap cerita dibuat dengan jelas dan cukup teratur. Banyak dari plot mundur adalah sebagai pelengkap cerita untuk menggenapkan informasi-informasi yang dibutuhkan pembaca yang penasaran dengan mengapa hidup dari tokoh Ping secara “tiba-tiba” memiliki kesempatan untuk pindah ke Jakarta. Sedangkan plot maju adalah petualangan Ping bersama dengan Rakai, Inggit, Jemi, Lodeh dan Buto untuk bersama mewujudkan kesamaan visi tentang apa yang mereka ingin raih dengan bermusik di usia SMA serta bagaimana akhirnya ia berkembang dari seorang “Ping anak Batu Karas” menjadi “Ping anak Ibu Kota”
SIMPULAN
Sampai sini, apakah kalian mau untuk mencoba menelusuri Rapijali berdasarkan pengalaman kalian sendiri? Dunia Ping bisa kalian nikmati dengan sajian dialog-dialog ringan ala-ala anak muda yang menggelitik dengan sisipan humor masa kini. Hanya saja, secara pengalaman pribadi, istilah-istilah tidak familiar tentang musik membuat beberapa bagian kubaca dua kali agar bisa lebih paham. Juga, perkenalan dengan banyak tokoh membuat kita harus bisa fokus dengan permasalahan masing-masing tokoh yang tidak jarang beririsan.
Namun tidak lupa, Dee Lestari juga menaburkan roman-roman percintaan masa SMA menuju dewasa diantara peliknya kehidupan Ping yang terjalin di lingkaran teman-temannya sendiri. Pemilihan diksi yang digunakan penulis terasa memukau dan menghidupkan suasana damai di pantai Batu Karas dan hiruk pikuk kota Jakarta menjadi begitu kental di dalam cerita.
Jika kalian mencari cerita perjuangan mempertahankan mimpi, cinta dan harapan, lengkap dengan buku suara dari lagu-lagu ciptaan : Ping, Rakai, dan kakeknya Ping, kurasa Rapijali bisa kalian masukkan ke dalam daftar tunggu untuk dibaca. Bonus, kalian bisa sambil belajar bahasa Sunda juga!
Kalian penasaran tidak Rapijali itu sebenarnya apa? Sila cari tau sendiri ya~ xixi. Pamit, guys.
Salam,
Yang masih otw baca Rapijali 3. :)
2 notes · View notes
dhefha · 2 years
Text
Wanita Berkarir Surga
Dulu taunya klo wanita berkarir itu ya udah karir aja ternyata pas lihat ada buku yang judulnya berkarir surga jadi penasaran sama isinya.
Singkatnya wanita itu sangat tinggi derajatnya dari segi ilmupun juga harus tinggi semua harus pake ilmu, ilmu sosial sampe ilmu parenting dan masih banyak lagi.
Wanita juga sosok yang harus punya sabar kayak bateri laptop atau hp harus full biar maksimal
Wanita itu sosok teman, kakak, ibu, nenek. Semakin tinggi tahapannya semakin banyak ilmu yg harus dikuasai. Tidak ada yg instan dan otodidak semua tetap pakai ilmu.
Anak tidak bisa memilih pengin punya ibu yang begini begitu. Tapi kita sebagai wanita yang bisa menentukan.
Di tahap manapun kita sekarang, semoga ilmu kita trus bertambah dan berkembang. Karena kelak kita yang bisa bercerita dan berbagi pengalaman ke adik dan anak kita.
#wanitatanggung_wanitahebat_140323
4 notes · View notes
akogarenokimi · 23 days
Text
Tuh kan, aku unggah cerita sebulan kemudian! :D
Halo, dengan Akogareno Kimi di sini.
Postingan terbaru aku tentang kelulusan Hololive, terkhusus Minato Aqua. Yaaah, aku jadi semakin semangat buat jadi virtual idol, walau... jujur saja usiaku terbilang 'terlambat' untuk menggapai impian tersebut.
Seperti Aqu-tan, karena malu jawab 'mau besar jadi apa?' padahal aku ingin menjadi penyanyi, tanpa sadar aku bilang mau jadi guru, lalu terakhir aku ingin jadi animator. Seperti yang sudah kuceritakan tempo lalu, pada akhirnya aku tidak menggapai apa pun.
Apa kalian ingin menjadi penyanyi karena melihat audisi penyanyi di televisi? Indonesian Idol? Ya, aku seusia kalian! Dulu favorit aku kak Rini. Sesekali aku melihat beliau di YouTube.. 'ah, masih sama seperti dulu, aku suka suaranya'.
.... Mengingat hal ini aku terpikirkan... Aqu-tan, biar kamu tidak lagi menjad 'Minato Aqua', kamu akan tetapi dikenal sebagai idola dari seseorang. Kapan pun, tidak akan berubah. Meski perasaan tersebut akan menjadi 'nostalgia' yang indah.
Andai masih tinggal di Jakarta... mungkin aku akan ikut audisi JKT48 generasi satu atau dua (karena biasanya aku selalu telat mendapatkan informasi). SEANDAINYA LAGI, ada dunia paralel, aku yang masih menetap di Jakarta pasti telah ikut berbagai macam audisi bernyanyi, lalu... karena tidak berhasil di mana pun, aku mencoba audisi JKT48. Mentok-mentok hanya jadi trainee. Setidaknya... aku memiliki pengalaman di dunia hiburan. Aku bisa cari agensi, mungkin... bisa ambil job sederhana, seperti penonton di Dahsyat. Haha. Atau jadi pemeran orang lewat di belakang pemain utama beradegan. Apa pun! Aku aslinya gigih, jika ada kemauan dan lowongan pasti akan kulakukan sampai tuntas. Karena itu... aku yang sekarang, tinggal di lingkungan yang jauh dari semua yang aku impikan, tidak ada kesempatan menghampiri.
Semua kulakukan secara otodidak.
Aku sadar suara bernyanyiku mulai bagus. Meski telingaku masih 'gak nyaman' sama suara yang aku hasilkan sendiri, tapi aku dapat mengatasinya dengan baik dengan trik-trik yang kutemukan sendiri.
Ah, andai gitar masih ada, aku bisa siaran sambil main gitar.
Omong-omong... aku masih berharap menjadi talenta HoloID. Ya Tuhan... aku... kenapa aku baru sadar dengan impianku sesungguhnya? Aku selalu... selalu mengharapkan dapat berkarya bebas: bercerita lewat lagu, menghibur banyak orang, berteman dengan kehidupan itu sendiri, memiliki teman yang bisa saling membahu tanpa mencibirku dari belakang--menyemangati, dan mendukung tidak sekedar lewat kalimat manis saja.
Aku tahu dunia hiburan tidak seindah apa yang kita lihat di layar kaca. Namun harus kita sadari hal ini: Apa pun pekerjaannya, pasti memiliki permasalahan-resiko-persaingannya sendiri.
Sedikit aku singgung... aku punya sepupu bekerja di Pertamina. Wow, kan? Gajinya gede. Jam terbangnya juga tidak main-main. Kita bakal pikir beliau selama ini hidup senang karena pekerjaan dan gajinya menjanjikan. Namun, ada satu keluhannya dan menjadi rentetan keluhan. Apa? Nepotisme! Nah, sesuai banget sama kejadian yang sedang diperbincangkan di negara kita, kan? Sepupu aku itu cerdas, kerjanya bagus, seharusnya dia bisa naik pangkat, tapi apa? Dia malah jadi bawahan anak baru! Kalian tahu siapa anak baru itu? Keponakan si Bos! Udah itu si anak baru malah seenaknya lempar tugas dia ke sepupu aku itu. Dobel, dong, kerjaan beliau! Beliau jadi sering menginap di hotel dekat kantor daripada pulang ke hunian sewaan karena capek nyetir! Dobel juga duit keluar, kan? Geram gak tuh? Masih mending kalau gajinya dilebihkan, kenyataannya?
Oh, aku tidak akan mau menyebutkan kantor Pertamina yang mana. Andai salah satu pembaca karyawan Pertamina atau malah Oyasan (baca: bos), tolong ya, perhatikan karyawan yang TULUS kerja! Kasih kerja ke keluarga boleh aja, tapi lihat juga porsinya! Kecuali perusahaan Anda yang punya. Usaha keluarga, bolehlah, tapi jangan semena-mena juga! Kalau kalian hidup senang, sebaiknya berbagilah agar semua orang yang menjadi kaki-tangan Anda juga senang.
Wah, curhatanku melenceng jauh!
Sebenarnya aku mau curhat soal agak sensitif. Di postingan selanjutnya saja, ya!
0 notes
ssyscript · 25 days
Text
Gak nge-blog dulu (Part I)
[tulisan ini akan dirapihkan secara berkala karena dibuat otodidak setiap harinya]
hari ini gue ga nge-blog dulu, iyahh hari ini saja kok, hehehe. karena waktu buat ngeblog mau gue alihin dulu untuk ngerapihin link bio instagram gue, dimana setelah beberapa pertimbangan — gue mau mulai aktif update blog di Medium, bukan tumblr lagi. so, link blog yang tercantum disana akan gue ganti.
meskipun di tumblr gue tetep copas hasil tulisan gue, tapi untuk share konten, gue akan share di medium.
kenapa lebih memilih medium daripada blog untuk media utama menulis blog?? kok pindah? semua punya platform paling nyaman masing-masing,
tapi alasan gue adalah…
di next part yahh ..
menyala bestiee ^^
#ssyscript
0 notes