Tumgik
#tazkiyatunnafs
frasa-in · 1 year
Text
Tumblr media
Dear Sisters,
Suatu hari Umar bin Khattab memarahi seorang lelaki yang ingin menceraikan istrinya dengan alasan sudah tidak cinta lagi. “Celaka engkau! Apakah rumah tangga hanya dibangun atas dasar cinta? Lalu dimanakah perawatan yang harus engkau lakukan? Dimana janji yang telah engkau ucapkan?”
Siapa yang tidak takut dengan seorang Umar, karakternya yang keras dipakainya untuk melibas kebathilan. Bahkan setan pun lari bila melihatnya. Tapi untuk urusan keluarga, beliau mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda, “Aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”
Umar terbiasa dengan kemarahan istrinya kepadanya, dan Umar tidak pernah membalas istrinya. “Bagaimana aku bisa marah kepada istriku, karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh anak-anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya. Karena istriku, aku merasa tentram (untuk tidak berbuat dosa). Maka hendaknya engkau mampu menahan diri karena yakinlah kemarahan istri itu hanya sebentar.”
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” QS. An-Nisa: 19.
Kecintaan terhadap sesuatu tidak hanya sekedar rasa, yang bisa mati karena kecewa, bisa mendendam karena marah, bisa membalas bila disakiti. Kecintaan seorang muslim adalah tentang memberi maaf dan menyemai kebaikan, untuk memanen hasilnya di akhirat kelak.
Cinta terhadap diri, bukan hanya bicara tubuh, bagaimana sibuk mempercantik diri. Semestinya kita ingat bahwa tubuh ini milik Tuhanmu. Maka harus dijaga sesuai dengan keinginan Allah, agar tubuh ini tidak mengundang maksiat, dan terus terjaga harga dirinya hingga ke liang lahad.
Cinta kepada orang lain, bukan bicara bagaimana harus memiliki sepenuhnya. Tapi bagaimana bisa membangun rasa empati, ada ketika dibutuhkan, memberi tanpa diminta, meluruskan bila salah.
Cinta kepada kebendaan, bukan bicara bagaimana bisa menumpuk kekayaan dan menjaganya biar tidak pernah habis. Tapi bagaimana kekayaan itu diperoleh secara halal, dapat membantu orang lain yang kesulitan ekonomi, sehingga keberkahannya naik ke langit sebagai penambah catatan amal kebaikan, dan Allah membalas berlipat ganda dalam bentuk rizki yang dia kehendaki. Tak melulu dalam bentuk materi (uang), tapi bisa berupa kesehatan, keluarga yang bahagia, lingkungan tetangga yang baik, ketenangan dalam hidup.
Cinta dengan ruang dan waktu, bukan bicara dejavu, sehingga tidak mau keluar dari masa lalu. Tapi menjadikan masa lalu sebagai pelajaran kehidupan, meneruskan kebaikan bila ada, meninggalkan masa kelam jauh di belakang. Karena kita hidup bukan untuk masa lalu, tapi untuk masa depan.
Maka cinta bukanlah bercerita tentang “aku”, tapi cinta bercerita tentang dalam membangun peradaban. Cinta adalah sebagaimana bisa banyak memberi, sedikit menerima.
Kondisi akan terus berubah, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi harus siap untuk segala kondisi. Kesiapan hanya bisa dilakukan bila ada kekuatan besar yang disiapkan. Kekuatan itu bernama iman. Pun ketika ditinggalkan teman, iman pasti menemani kita dalam kesendirian.
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
101 notes · View notes
lightup0nlight · 3 months
Text
Tumblr media
🌺 Rasulullah salla Allahu 'alayhi wa sallam said: ❛Two will never be gathered in the heart of a servant: Imaan and Hasad (envy / jealousy).❜ 【Sunan An-Nasa'i 3109 | Graded Fair】
Hasad is a terrible disease. My teacher aptly summarized hasad as: 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩, 𝘥𝘦𝘮𝘢𝘮 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 (feeling overjoyed over the misfortune of others, feeling deathly ill over the happiness of others). We need to remember that Allah ta'ala gives blessings to whomever He wants, and He withholds from whomever He wants — both the giving and the withholding is a test for all of us.
So focus on what you've got, and live a life of Alhamdulillah. Supplicate to Allah for the ones whom you envy to be blessed with khayr, because don't you know that the angels will say "Aameen, and for you as well"?
In part of a quote, Sheikh Saleh Al-Fawzan hafidhahullah said:
❛What cures hasad is by supplicating for your brother [in Deen] to be blessed. Supplicate for him to be blessed, instead of wishing for the blessing to be removed from him. Supplicate for him that the blessing he is given remain [with him], and for Allah to bless it. This [supplication of yours] will not harm you. Rather it is something through which Allah will benefit you! Envy is cured with the likes of these [good] deeds.❜ [Source]
We ask Allah to protect us from having hasad towards others, and protect us from the hasad of others. May Allah grant us the blessing of having good and righteous friends, and distance us from the hypocrites and those who are insincere.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
3 notes · View notes
zainab123 · 5 months
Link
Sirat e Mustaqeem | صراطِ مستقیم | زندگی کا مقصد|Straight Path | Urdu/Hindi Podcast
0 notes
radensahid · 2 years
Photo
Tumblr media
JADIKAN AKHIRAT SEBAGAI TUJUAN Tuntutan hidup yang semakin keras terkadang membuat kita lupa akan tujuan hidup didunia. Kita bergelut dengan beban hidup yang terkadang menguras sebagian besar waktu kita. Namun demikian, wajib bagi kita sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menjadikan akhirat sebagai tujuan. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang niatnya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465) Follow : @baliakkasurauid #baliakkasurauid #minangkabau #islam #nafsiyah #tazkiyatunnafs #hijrah #motivasi #nasihat #zikrulmaut #art #cintarasulullah #qalbunsalim #alquran #mutiarahikmah #mutiaraislam #islamicquotes #quotes #islamituindah #muslim #yukngaji #yukhijrah https://www.instagram.com/p/CkEx8MMBWxP/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
aisyaisyahnur · 1 year
Text
Tasawuf dan Tarekat
Banyak rasa penasaranku tentang perkara-perkara ini, tasawuf dan tarekat. Karena tidak begitu besar gaungnya di Indonesia, tidak seperti Mesir yang tempat dan markas tarekat tersebar dan terpampang di mana-mana. Belum lagi di Indo, sering kali prakteknya bikin mengerutkan jidat (kok gini?) (Kok dekat dengan syirik?)
Tapi kok, di Mesir, jauh berbeda ya dari stigma tarekat dan tasawuf yang pernah aku dapat? Memang ada juga yang nyeleneh, tapi buanyak yang engga.
Lima hari lalu, saat kajian via zoom, Ustadz Abdul Somad memaparkan tentang implementasi tasawuf.
Sebagian besar penjelasannya sudah pernah aku dapatkan di Mesir, kalau mau mendengarkan lebih lengkap ada di YouTube Ustadz Abdul Somad di kolom live. Kalau bisa sedikit kuringkas, inti dari tasawuf adalah tazkiyatunnafs alias penyucian diri, berusaha membersihkan hati dari segala penyakit hati, diisi dengan keimanan dan kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Dan tarekat, adalah metode bertasawuf ini, beliau beri pengibaratan sederhana, misal ada perahu, nahkoda dan lautan. Ada perahu dengan nahkoda Syeikh Abdul Qodir Al-jailaniy maka disebut perahu qodiriyah, ada perahu dengan nahkoda Imam Abul Hasan Asy-syadziliyah disebut perahu syadziliyah, ada perahu dengan nahkoda Imam Bahauddin An-naqsabandiy disebut perahu Naqsabandiyah. Semua perahu ini mengarungi lautan yang sama, lautan Laa ilaha illa Allah..
Aku terbayang, ah iya! Setiap nahkoda pasti punya caranya masing-masing, wiridnya masing-masing yang selalu diistiqomahkan. Sejauh aku pernah menyicipi beberapa tarekatnya, ngga ada satupun yang melanggar syariat. Bahkan aku terkagum-kagum, banyak sekali dari mereka yang luar biasa besar hatinya, Istiqomah dzikir dan ibadahnya, tajam nalurinya, dan tak sedikit yang Allah karuniakan dengan mimpi bertemu Rasulullah.. aku iri..
Ada pertanyaan terakhir kajian ini yang menggelitikku, kurang lebih begini 'saya berada di ambang, untuk tetap netral, atau bertasawuf?' yang kemudian UAS jawab, 'justru tasawuf itu netral, karena membersihkan hati. Misal antum solat menyembah Allah, itu berakidah. Gerakan rukuk dan sujud itu fiqih. Dalam solat tidak boleh sombong, itulah tasawuf. Mau merasakan keberadaan Allah... Mau tau bagaimana cinta kepada Allah... Aqidah, fiqih dan tasawuf tidak bisa dipisahkan, semuanya harus benar. Sering tasawuf menjadi rancu, karena casingnya tasawuf tapi prakteknya, dukun, ilmu kebal.'
2 notes · View notes
itsjournalfi · 2 years
Text
23 Juli 2022
Umi Waliko, M.A.
Rapat serasa seminar.
⚜️Ceklis harian:
Menabung
Sedekah
Setoran online
Perkembangan karakter
Tegaskan tata tertib dan denda
⚜️Penanaman karakter anak.
⚜️"Jangan buang sampah sembarangan."❌
"Buang sampah pada tempat sampah yaa."✅
⚜️"Jangan naik ke atas."❌
"Turun sayang, nanti jatuh kepalanya berdarah."✅
⚜️Jangan bertoleransi pada hal2 berupa larangan/hal yang salah.
⚜️Rumah harus bersih, tapi, tertata.
⚜️Piket di akhir pelajaran. Pesannya: Tidak meninggalkan pekerjaan untuk orang lain.
⚜️Setiap habis kelas meja karpet di pinggirkan, disapu.
⚜️Yang Athfali Senin-Kamis materi.
Jumat evaluasi materi senin-kamis.
⚜️Melatih nafas anak athfali: tiup balon sabun.
⚜️Melatih fokus (motorik, fokus, matematika) anak athfali: Memilah kacang ijo yang di mix dengan beras, dipisahkan dan dikelompokkan dalam piring2 berbeda.
⚜️Sence lingkungan: mereka bisa menanam, menyiram, merawat tanaman, peduli dengan lingkungan.
⚜️Bangun konsep karakter baik sejak usia dini. Melalui kebisaan. Tidak hanya teori, tapi kebiasaan.
Membuang sampah pada tempatnya, tidak bisa membuang sampah sembarangan.
Bangun tidur harus mandi. Merasa tidak nyaman kalo tidak mandi.
⚜️Bangun rumah quran di rumah.
⚜️Sebelum anak bangun disetelkan al kahfi.
Pagi selalu setelkan murotal. Metode Wafa.
⚜️Anak adalah investasi terbesar. Hafal 30 juz. Prosesnya ada pada orang tua. Sabar. Proses panjang.
⚜️Jadilah guru untuk diri sendiri dahulu. Maka akan berenergi ketika memberi contoh pada anak atau orang lain. Tazkiyatunnafs. Seperti ulama2 kalau lewat saja hati kita sudah begetar, mampu memberi efek teduh, teladan bagi orang lain.
⚜️Kebiasaan. Bergerak di alam bawah sadar.
⚜️"Temani hamba Ya Allah untuk mengasuh anak2 ini Ya Allaah."
⚜️Rukyah, tazkiyatunnafs. Orangtua yang membenci mertua, tidak suka pada suami, memendam kekesalan yang bertumpuk2,,, terciptalah anak yang susah diatur, tidak manut, emosi yang tak stabil.
Ingat! Bukan anak yang bermasalah di sini. Anak tidak perlu diobati, rukyah. Tapi orang tuanya yang bermasalah. Orang tua yang harus tazkiyatunnafs.
⚜️Anak kena jin nasab: orang tuanya pernah atau punya jin.
⚜️"Ya Allah Engkau adalah sebaik penjaga. Jagalah adik hamba, anak hamba, karena aku tak bisa selalu di sampingnya. Jadikan mereka penjaga kalam2Mu Ya Allah."
⚜️Mengajar jasmani rohani. Ruh kita harus bersih dulu.
⚜️HP. NO! Berkomitmen untuk tidak memperlihatkan HP di rumah. Atau batasi bermain HP, itupun bermain HP yang sambil belajar.
Jika mau mengoperasikan HP jangan di depan anak.
⚜️Kasihkan buku. Buku. Dan buku. Karena akan membentuk konsep di situ.
⚜️Anak2 adalah usia emas. Investasi akhirat, investasi masa depan. Jangan hancurkan anak dengan pengasuhan yang salah.
Jazakumullah khairan katsitan.
0 notes
muneersecstasy · 3 years
Text
There's a constant battle going inside my head.
There's a constant battle going inside my head. My conscience(Zameer) conflicting with my Nafs. I keep hearing some voices from time to time coming from inside of me, in my mind. I don't understand where do they come from or it is Shaytan who's whispering them in my ears. Stopping me from approaching opportunities. Ceasing my capacity of rational thinking. Making me self-judgmental. Compelling me to start doubting my ownself, my own capabilities. Making me saying things to myself like you're worthless, you’re lazy, you’re stupid, you’re unlovable, etc. Which is eventually making me hate myself. However, forgetting how could you hate yourself? Despite, When Allahﷻ loves you the most. Heﷻ loves you more than seventy mothers. When our prophet Muhammad ﷺ loves you the most. How?
Maybe the reason behind procrastinating over everything is also these voices. Making me lazier day by day. And when I procrastinate, I judge myself pretty harshly, telling myself I’m not a good person, I'm just like a sack of potatoes. Moreover, what concerns me is that everyone is productive and are achieving their goals, except me. Asking myself why I'm not good enough?Somedays, these voices inside of me don't even let me sleep. Spending nights overthinking. Yet, i forget that we're human beings. Our lord created us as humans. And every human has different capabilities and potentialities on the basis of which, we work accordingly. We make mistakes, making us aware of what needs to be changed in order to improve. Besides, every human has their vices too. With whom a person constantly battles or either befriend them, that means to become slave of 'em. These vices or lusts are also aroused by our nafs. When Shaytan and nafs team up against us. They trick us in different different ways with gimmicks and deceptions, to make us go astray. But we should stay steadfast on our deen, and ask Allahﷻ for help and protection from evil. However, we make mistakes, we learn and we overcome. Nevertheless, we do keep repeating some of our mistakes untill we learn from them. Though, people don't see our struggles and just kept throwing their words as knives. They don't think that their mouths could work like a bows and words like arrows. And could criticality damage one's feelings. Even if they kill someone, someday. But who cares. And it is also their words behind the growth of these voices. It isn't easy to win over these voices. It is our conscience which help us to keep fighting the inner battle, against the things that we don't speak out. These troubles we've got may arises through the traumatic events we experience or have experienced. It just end up making a chaos inside your head. It feels like a graveyard, occasionally we end up burying something inside of us. In the end, what we came to realise is that these voices are nothing but created by our own Nafs, when befriended by Shaytan. ["Auzubillahi-Minashaitan-Nirajeem": I seek refuge in Allah from the outcast Shaitan.] And, as for the thoughts, it can be seen as an example of a pathway where different passersby passes and it's upto you to whom do you have to pay attention to. If you gave your attention to the wrong one, it will eventually harm you. And for the right one, it will be beneficial for you. ["In-Sha-Allah": if Allah wills.] And to make a difference between the right and wrong, our conscience works. And ask Allah (سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى): "Ya Rabb, grant me the strength to change the things i can, the courage to accept the things i can't, and the wisdom to know the difference."
Somethings are better to be left unsaid. “Whether you conceal what is in your hearts or reveal it, Allah will know it.” He knows what is in the heavens and what is in the earth. Allah is powerful over everything.[ Aal-Imran | 3:29] Indeed. He's all knowing: Rab-ul-alameen. Our pain is as temporary as this world. Every disease has it's cure. Verily, it is our lord who shall heal the chest of his believers. Whosoever believe in his guidance and mercy, his heart will be cured. "...And (He) shall heal the breast of the believers." [At-Tawba | 9:14] Surely, heﷻ test us by putting us in trials. And verily, with hardship comes ease. How can we forget that this worldly life is only temporary enjoyment, and indeed, the hereafter is the home of permanent settlement? We all are here today and gone tomorrow. And all these worldly possessions will end up being worthless. And only our good deeds will remain with us on the day of judgement. May Allah ﷻ forgive us all for our sins. May Allah ﷻ grant us relief from all that suffocates us and constricts us. May heﷻ grant us peace amongst the turmoils and tribulations. May Allah ﷻ grant us protection against laziness, cowardice, miserliness and the punishment of the grave. May Allahﷻ grant our souls dutifulness and purify them from arrogance, envy, egoism, selfishness, greed, lust, intolerance, anger, lying, cheating, gossiping, and slandering. May Allahﷻ guard us all. As he's the bestower of faith and Security: "Al-Mu’min". And the Guardian: "Al-Muhaymin". May Allah ﷻ take our lives when he's most pleased with us and help us all to get over these mental traumas.
Ameen ya rabbul alameen!🌼🍃
Fi-Aman-illah!🥀
════ ❁✿❁ ════
271 notes · View notes
striving-abd · 4 years
Text
أكثر الناس لا يفرق بين (المتعة) و(السعادة) ويبحثون عن السعادة في المتعة فإذا انتهت لذتهم ضاقت صدورهم وبالإيمان تتحقق السعادة وإن غابت المتعة.
Most people do not differentiate between ‘pleasure’ and ‘happiness’, and search for happiness in pleasure. So when their pleasure finishes, their chests become constrained. Through Īmān (faith), happiness is achieved, even if pleasure is missing.
227 notes · View notes
ruanguntukku · 3 years
Text
Ketakutan dalam ambisi
Ketika aku takut akan keselamatan diriku, karena muncul peluang-peluang penyakit di dalam hati—yang mana itu paling tersembunyi dan tak diketahui manusia—aku selalu meminta hal yang sama, yaitu
Aku lebih ridho tidak menjadi siapa-siapa, tidak menjadi orang yang dikenal manusia, bahkan dipandang gagal dalam pencapaian dunia, daripada aku terlihat sukses dan berjaya, tapi kenyataannya hatiku rusak dan jiwaku berada dalam kehinaan hanya karena niat dan caraku salah di dalam meraihnya. Aku tidak pernah rela mendapat limpahan pujian, kekaguman dan penghormatan terlebih saat aku mendapatkannya dengan cara menumbangkan kejujuran, integritas dan rasa takutku kepada Allah.
Aku mungkin bisa terlihat luar biasa di mata manusia, tapi apalah gunanya jika ternyata yang terjadi Allah hendak membinasakan aku dengan segala pencapaian tersebut?
Terkadang seseorang bisa sampai pada fase kehidupan di mana ia menyadari bahwa pahitnya celaan lebih menyelamatkan imannya, ketimbang manisnya pujian. Karena ia tau hati yang terluka karena celaan membuatnya sering mengadu dan merengek kepada Rabbnya. Sedangkan manisnya pujian membuatnya lupa bahwa ia hanyalah seorang ciptaan nan lemah dan kecil di hadapan Allah yang Maha Besar.
Menjadi bukan siapa-siapa di mata manusia tetapi bisa meraih cinta Allah jauh lebih selamat. Bukankah salah satu ciri hamba yang dicintai-Nya adalah الخَفِيُّ? Maka jagalah hatimu dari keinginan untuk meraih ketenaran dan popularitas!
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Rasulullah ﷺ bersabda,
إنّ الله تعالى يحبُّ العبدَ التّقيَّ، الغنيَّ، الخفيَّ
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang kaya hati, yang tidak dikenal manusia.
(Hadist shahih riwayat Muslim dan Ahmad)
Lalu, jika terkenal itu tercela, gimana dengan para ahli 'ilmu dan orang-orang shalih yang terkenal dan populer?
Bedakan antara orang yang nyari panggung dengan orang yang diberi panggung. Maksudnya? Bedakan lah orang yang Allah beri sorotan dunia karena tauhidnya, karena tawadhu'nya, karena kefaqihannya, dengan orang yang rela berbuat apa saja demi menjadi orang yang terkenal, viral dan populer.
Orang berilmu yang terkenal, sejatinya mereka nggak butuh dengan ketenaran dan popularitas itu. Sedangkan orang yang bodoh dan kotor hatinya jelas mereka merasa butuh dengan kedua hal tersebut.
Orang yang jujur imannya nggak pernah bercita-cita ingin dikenal, dianggap dan diakui. Sedangkan orang munafik selalu berupaya agar dipuji, disanjung dan dihormati.
Begitu pula tentang jabatan yang diberikan kepada orang-orang shalih. Sejatinya mereka tidak pernah menjadikan jabatan sebagai target mereka dan mereka paling anti merekomendasikan diri mereka sendiri.
Beda halnya dengan orang yang kotor hatinya, ia akan memakai topeng demi jabatan bahkan tak segan menghalalkan berbagai cara demi meraih kesuksesan.
Dan orang yang benar-benar jujur keimanannya tidak akan pernah takut jika ketenaran, pujian, jabatan dan popularitas dihilangkan dari dirinya. Mereka lebih takut jika keimanan dan ketaqwaan mereka dicabut oleh Allah!
—SNA, Ruang Untukku #14
Selasa, 20-07-2021 | 18.30
Venetie van Java, tepat pada hari Idul Adha 10 Dzulhijjah 1442 Hijriyah.
12 notes · View notes
frasa-in · 2 years
Text
Tumblr media
Dear sisters,
Suatu hari Nabi Sulaiman mengirim surat kepada ratu Balqis, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (muslimin).”
Ratu Balqis adalah seorang pemimpin di negeri Yaman, terkenal dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya, juga para pembesar kerajaan yang mengikutinya. Kecerdasaan yang diikuti kebersihan hatinya itu mampu menganalisa surat yang dikirimkan oleh Nabi Sulaiman, bahwa surat itu adalah surat mulia, bukan surat penaklukan suatu negeri di mana penduduknya akan dihinakan, seperti yang biasa dilakukan raja-raja lainnya dengan berperang dan merusak semua sumber daya yang ada.
Maka untuk pembuktian, ratu Balqis pun mengirim hadiah kepada Nabi Sulaiman. Menurut tafsir Ibnu ‘Abbas, ratu Balqis akan membuktikan: kalau hadiahnya diterima, berarti Sulaiman hanya seorang raja dan Balqis akan berperang melawannya. Tetapi, bila Sulaiman menolak, maka ia adalah seorang Nabi, ratu akan mengikuti.
Nabi Sulaiman juga meminta pengikutnya untuk memindahkan singgasana ratu dari Yaman ke Palestina, dan bisa dilakukan sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip.
Melihat berbagai mukjizat ini, maka ratu Balqis berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah dan Rabbul’alamin.” QS. An-Naml: 44.
Sekelumit kisah di atas bisa kita baca dalam tafsir QS. An-Naml ayat 24-29. Syeikh Mutawali Asy-Sya’rawi mengatakan, ratu Balqis sangat cerdas ketika mengucapkan “bersama Sulaiman”, karena ini menunjukan kesetaraan antara lelaki dan perempuan di mata Allah. Balqis tetap menjaga harga dirinya, dia tidak sudi berada di bawah penjajahan siapapun. Balqis tidak tunduk kepada Sulaiman, tetapi hanya tunduk kepada Allah saja.
Begitupun Sulaiman tetap menjaga martabat sang ratu dengan memindahkan singgasananya, sehingga ratu tetap dapat duduk di singgasana, bukan duduk sebagai rakyat jelata. Harga diri (‘izzah) berarti keagungan, kehormatan, dan kekuatan. Kadang kita mengenal dengan istilah self esteem. Self esteem terbentuk dari pengalaman hidup, ia mencintai dirinya apa adanya, baik kelebihan dan kekurangannya.
Ada dua jenis ‘izzah, yaitu:
‘Izzah mamduhah (terpuji), yaitu harga diri yang terkoneksi dengan Allah maka akan menumbuhkan kemuliaan. Ia akan menjaga kemulian agama dan kedudukannya, menghindari dirinya dari hinaan dunia dan akhirat. Mampu membentengi diri dari godaan-godaan yang bisa merusak ‘izzahnya, dengan terus mendekat kepada Allah Sang Maha Penjaga hamba-Nya. Fitrah hatinya tetap bersih menghamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala, akan terus terpancar dalam perkataan dan perbuatannya yang cerdas dan santun. Kalimat-kalimat cerdas dan merasuk hati hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang mempunyai kedekatan hubungan dengan Allah dan terus menjaga hubungan tersebut. “...’Izzah itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” QS. Al-Munafiqun: 8.
‘Izzah madzmumah (tercela), yaitu harga diri yang terhubung dengan hawa nafsu dan setan sehingga menumbuhkan kesombongan. “Tetapi orang-orang kafir (berada) dalam ‘izzah (kesombongan) dan permusuhan.” QS. Shad: 2. Harga diri seperti ini adalah karena kebodohan mengenal dirinya, sehingga menempatkan diri di atas kemampuan diri yang semestinya. Melupakan bahwa ia bukan siapa-siapa di mata Allah, dan siapa yang Allah hinakan, maka ia juga akan terhina di mata manusia.
Kesombongan bisa disebabkan karena kebanggaan terhadap:
Nasab/keturunan, sehingga menganggap rendah orang lain
Keelokan paras/kecantikannya
Pendapatnya yang selalu merasa paling benar
Kekayaan
Kecerdasan
Merasa banyaknya amal kebaikan
Banyaknya pengikut/followers
Selama ini, perempuan sedang diuji pemahamannya terkait keberadaannya di dunia. Maraknya hadits yang dipakai untuk menyudutkan wanita hingga disebut wanita adalah fitnah bagi laki-laki, tanpa memahami hadits dengan persepsi yang utuh.
Karena perempuan yang mendatangkan fitnah/bahaya tidak berlaku untuk perempuan yang memahami jati dirinya, yaitu menjaga harga dirinya di hadapan Allah dan manusia. Semakin mengenal diri, maka berlaku ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Semakin taat kepada Allah, makin menjauhkan diri dari popularitas semu.
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
71 notes · View notes
lightup0nlight · 4 months
Text
Tumblr media
There are some who have an entirely different personality when it comes to business dealings. When there's money involved, they become a different person. Allah subhanahu wa ta'ala says:
🌺 ❛Woe to al-Mutaffifin. Those who, when they receive by measure from men, demand full measure; and when they have to give by measure or weight to [other] men, [they] give less than due.❜ 【Surah al-Mutaffifin 83:1-3】
Al-Mutaffifin are stingy with measurement and weight. When they sell something, they reduce the amount or quality of their product. And when they purchase something, they demand they get the full value, complete with all the other extras and discounts.
They want everyone to respect and fulfil their rights. But when it comes to the rights of others, they violate it, they overcharge, they short-change, they give less than what they’ve promised.
And my teacher taught us that these aayat are not just limited to business dealings, but include other aspects in our lives as well.
— In meetings, how many of us want others to accept our opinions, but we ourselves refuse to even listen to the ideas of others?
— How many of us want people to listen intently when we talk, but the moment someone else speaks, we cut and interrupt the discussion?
— How many of us get super enraged when someone blocks our car in the parking lot, yet we find no problem doing exactly the same to others?
Indeed, we live in an egocentric world where society teaches us to be opportunists, to grab all that we can get regardless of moral principles, to cut corners, to be individualistic, self-centred, and self-serving. So let this be a reminder that the akhlaaq of a believer should always be guided by the Qur'an and the Sunnah.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
3 notes · View notes
penaimaji · 4 years
Text
Membersihkan Hati
Menjemput bahagia ternyata tidak selalu mudah, ya? Ego-ego kita rasanya selalu ingin diberi asupan untuk membenarkan pilihan-pilihan yang sudah kita upayakan.
Kita sibuk menilai bagaimana orang lain memperlakukan kita, tanpa menyadari apa yang sudah kita lakukan padanya.
Sampai di satu titik kita sadar, bahwa yang perlu kita lihat kembali adalah diri kita sendiri; bagaimana memperbaiki dan merawat pikiran kita, emosi kita, dan sikap kita.
Sedangkan bagaimana orang lain memperlakukan kita ialah urusannya sendiri pada Pencipta, dan itu diluar kendali kita.
Hati yang kotor, selayaknya ia butuh dibersihkan dari segala macam penyakit hati; amarah, benci, buruksangka, iri, dengki, dan masih banyak lagi.
Dengan begitu, kita bisa lebih lapang dan tenang saat dihadapkan dengan segala bentuk kesedihan.
Surabaya, 25 Juni 2020 | Pena Imaji
88 notes · View notes
rereekariima · 3 years
Text
TENGGELAM
Tiada pertemuan tanpa takdir dari Allah. Terus mengalir sesuai kapasitas manusia, kadang bisa menahan atau melampai batas. Semua terjadi tergantung kemampuan kontrol diri seseorang.
Allah menganugerahi akal pikiran sebagai tameng mawas diri. Namun jangan lupa bahwa ada hati yang rasanya bahkan tak bisa membohongi apapun dan siapapun. Disinilah mungkin akan terjadi kelampauan batas tersebut.
Kembali
Tak ada jalan lain selain kembali padaNya. Memohon ampunan untuk selalu dapat curahan rahmat. Tak ada yang terlambat. Menggangkat tangan atas dosa dan ketidakmampuan diri menjadi lebih untung daripada segala hal.
Selamat berjuang tuk perbaikan diri. Takkan ada usaha yang sia-sia. Terus mengejar keridhoanNya. Mengharap selamat dunia akhirat.
9 notes · View notes
mushafid · 3 years
Text
Besok: Hisab tanpa Amal
Ditulis oleh Gilang Eksa Gantara
               "Dunia berjalan pergi dan akhirat berjalan menghadap. Masing-masing memiliki anak-anak (pengikut). Jadilah pengikut akhirat dan jangan menjadi pengikut dunia. Pada hari ini kita bisa beramal tanpa hisab, sedangkan besok hanya ada hisab tanpa bisa beramal," kata 'Ali ibn Abi Thalib sebagaimana dikutip dalam tarjamah salah satu bab dalam kitab Shahih al-Bukhari. Beliau mengingatkan kita bahwa dunia bukan rumah kita yang sesungguhnya, karena pada akhirnya kita akan meninggalkannya juga. Akhirat sebagai tujuan akhir perjalanan, adalah tempat tinggal yang sebenarnya.
               Perihal itu pula yang dimaksud dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Ibn 'Umar; bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
كُنْ فِي الدُنْيَا كأنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
"Jadilah di dunia ini seolah-olah engkau adalah orang asing atau penyintas jalan."
Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan perbedaan antara orang asing dan penyintas jalan dengan menyatakan bahwa penyintas jalan lebih mengena terhadap permisalan manusia di kehidupannya. Orang asing bisa saja tinggal di tempat tersebut dengan predikat 'asing'-nya, namun penyintas jalan adalah orang yang sedang menuju tempat tertentu, sehingga tidak memiliki kepentingan untuk berlama-lama singgah di tempat lain.
               Kita adalah musafir selama kita hidup, melewati ladang-ladang kehidupan. Di antara ladang itu ada yang merupakan tempat beristirahat dan mengambil bekal untuk melanjutkan perjalanan. Tapi ada juga ladang-ladang terlarang untuk dimasuki, itu yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai maharim Allah. Ketika kita mengetahui hakikat diri sebagai seonggok mayit suatu saat nanti, ketika itu pula kita paham apa yang dikatakan Ibn 'Umar, "...dan anggaplah dirimu penghuni kubur."
               Kalau begitu, lalu apa makna kehidupan fana kita di dunia? Apa arti 'absurditas' hidup lalu mati seperti kata Albert Camus? Apa karena hakikat semua orang sebagai mayit lalu kita bisa membiarkan diri beserta orang-orang lain tidak hidup?
               Di sini adalah titik simpang dengan kaum sufi yang meninggalkan dunia. Syed Muhammad  Naquib al-Attas dalam halaman pertama Prolegomena-nya sudah menyatakan tidak ada dikotomi antara dunia dan akhirat. "The dunya-aspect is seen as a preparation for the akhirah aspect," tulisnya. Singkatnya kita hidup memang untuk mati, tapi mati seperti apa, itu tergantung hidup itu sendiri.
               Konsep pahala di akhirat yang dikaitkan dengan kehidupan dunia secara keseluruhan, harus membuat kita tersadar bahwa kehidupan religius Islam tidak selalu berada di mesjid, seperti ucapan Ali ibn Abi Thalib "Kehidupan kita seluruhnya adalah ibadah". Ia memang berawal dari mesjid namun tidak selesai di situ. Perjuangan Islam tidak selesai dalam menjadikan Allah berada di hati secara individual, tapi juga menjadikan Allah sebagai al-Hakim secara kolektif dengan mengerahkan seluruh potensi kehidupan.
               Allah SWT ber-Firman menjelaskan sikap kita terhadap dunia dan akhirat:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi."
1 note · View note
aisyahnuraeni · 4 years
Text
Jangan Salahkan Al-Qur'an, Jika Al-Qur'an Tidak Membuat Hatimu Tenang
Tumblr media
Pagi tadi, aku baru saja mengikuti salah satu kajian dari Rangkaian Perayaan Satu Tahun Frasa.id, sebuah Komunitas Keilmuan Perempuan. Tema kajian yang dibawakan oleh Ustadz Atabik Luthfi Lc., M.A. pada hari ini adalah Tazkiyatun Nafs, Finding Real Happiness with Al-Qur'an. 
Ustadz Atabik Luthfi menyampaikan bahwa Tazkiyatun Nafs merupakan metode untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki. Karena potensi kebahagiaan manusia berasal dari hati. Memangnya apa sih yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafs?
Tazkiyatun Nafs berasal dari dua kata, yakni Tazkiyah dan Nafs. Tazkiyah artinya penyucian atau pembersihan, sementara Nafs berarti jiwa atau diri. Secara istilah, Tazkiyatun Nafs berarti menyucikan jiwa dari noda syirik, kemaksiatan dan dosa, serta penyakit-penyakit hati. 
Nah, untuk mengobati segala penyakit hati itu, Allah mengkaruniakan orang-orang beriman al-Qur'an sebagai penawarnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah Yunus ayat 57 yang artinya, "Wahai Manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi panyakit yang ada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman."
Mengapa sih kita harus melakukan Tazkiyatun Nafs? Yang pertama, karena Tazkiyatun Nafs merupakan salah satu tugas Rasulullah SWT di bumi. Rasulullah SWT diutus untuk membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan umatnya, dan mengajarkan kepada umatnya Kitabullah dan Hikmah (Q.S Al-Baqarah : 151). Maka ketika kita melakukan Tazkiyatun Nafs, berarti kita sedang menunaikan tugas Rasulullah SWT. Yang kedua, karena Tazkiyatun Nafs adalah sebab keberuntungan manusia di muka bumi. Allah menyebutkan dalam firman-Nya Surah Asy-Syams ayat 9 dan 10, yang artinya "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." 
Yang ketiga, karena Tazkiyatun Nafs itu pekerjaan menyucikan hati yang diibaratkan dengan membersihkan dan mengisi bejana. Imam al-Ghozali menyebutkan sebuah perumpaan di mana hati ibarat sebuah bejana. Apabila bejana itu kotor, meskipun diisi dengan air jernih, maka air tersebut akan menjadi kotor. Meskipun diisi dengan minuman lezat namun bejana tersebut kotor, tetap tidak ada yang ingin meminumnya karena berjana yang kotor. Sebaliknya jika bejana itu bersih, maka bejana bisa diisi dengan minuman yang baik. Sejalan dengan sabda Rasulullah dalam sebuah hadits berikut: "Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia (segumpal daging) adalah hati." (HR Bukhari Muslim)
Dengan perumpamaan dari Imam al-Ghozali, kita dapat mengetahui bahwa Tazkiyatun Nafs dilakukan dengan dalam dua langkah, yakni takhliyah dan tahliyah. Takhliyah adalah pengosongan jiwa dari hal-hal yang buruk. Ibarat sebuah bejana yang kotor, maka hati kita harus dikosongkan dahulu dari hal-hal yang membuat hati kotor. Kita perlu membersihkannya terlebih dahulu dari penyakit hati dan kemaksiatan. Ketika sudah bersih bejananya, barulah kita mengisi bejana itu dengan air yang baik. Langkah ini yang dinamakan dengan tahliyah, yaitu pengisian dan penghiasan jiwa dengan hal-hal yang baik. 
Tentunya Tazkiyatun Nafs juga membutuhkan proses, bukan secara instan langsung membuat kita menjadi sempurna. Lagian sebenarnya kalau dipikir-pikir, nggak ada manusia yang sempurna. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk senantiasa menyucikan diri untuk mendapatkan ketenangan hati.
Apa hubungannya Tazkiyatun Nafs dengan ketenangan hati? Hubungannya terletak pada hati yang bersih artinya hati yang siap menerima dan mengambil hikmah. Hati yang bersih adalah hati yang senantiasa diisi dengan pikiran-pikiran yang baik sehingga ucapan yang keluar dari mulut adalah ucapan-ucapan yang baik, perilaku yang dilakoni adalah perilaku-perilaku yang baik. Hati yang bersih akan mudah tersentuh dengan ilmu dan kalam Allah, kedua hal itu adalah sumber ketenangan hati.
Praktik Tazkiyatun Nafs meliputi memperbanyak dzikir (mengingat Allah), bersabar bersama dengan orang-orang sholeh, bersungguh-sungguh menghidupkan hati dengan berbagai amal sholeh, serta memohon pertolongan kepada Pemilik dan Penggenggam Hati Manusia yakni Allah. Dengan memperbanyak dzikir, Allah sudah menjaminnya dalam firman-Nya Surah ar-Ra'd ayat 28, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Ustadz kemudian berujar, bahwa ketika membaca al-Qur'an tidak membuat hati kita menjadi tenang, jangan salahkan al-Qur'an-Nya, tapi coba lihat lagi ke dalam hati kita. Sudahkah kita membersihkannya terlebih dahulu? Sudahkah kita merendahkan hati kita serendah-rendahnya untuk memberikan ruang dalam hati kita terhadap hikmah yang Allah berikan? Sudahkah kita memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita perbuat? Karena barangkali hati kita sudah terlalu lama dalam keadaan mati karena kotor yang disebabkan kemaksiatan, dendam ataupun dengki. 
Apa sih untungnya Tazkiyatun Nafs? Allah tentu memahami bahwa Tazkiyatun Nafs bukanlah hal yang mudah, belum tentu semua orang beriman mampu melakukannya karena banyaknya hal-hal di dunia yang mampu menggoyahkan hati manusia. Oleh karena itu, hadiah yang Allah berikan bukanlah hadiah yang main-main, melainkan sebuah Surga 'Adn sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya Surah Thaha ayat 76.
Ada satu kisah menarik yang disampaikan Ustadz yang menggambarkan betapa beruntungnya orang-orang yang senantiasa melakukan Tazkiyatun Nafs. Alkisah seorang ulama (yang aku lupa siapa namanya) memiliki harta kekayaan yang amat banyak. Orang lain menyangka bahwa hidupnya sudah pasti bahagia karena kekayaan yang dimilikinya. Suatu hari ada sekumpulan orang yang berusaha merampas seluruh harta kekayaannya sampai-sampai memenjarakan Ulama tersebut. Alih-alih merasa tersiksa, merana karena hartanya yang habis, Ulama tersebut justeru menikmati waktu-waktu kesendiriannya di dalam penjara.
Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang tidak memahami kekayaan yang paling mahal yang ia miliki bukanlah harta yang banyak ataupun rumah yang mewah, tetapi kekayaan yang ia peroleh dari hati yang tenang. Hati yang tenang dan bersih karena senantiasa mengingat Allah adalah kekayaan yang paling mahal seorang mukmin. Sebab, ia tahu bahwa Allah adalah ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan ar-Rahim (Yang Maha Penyayang). Ia amat meyakini Allah bahwa Allah tidak akan membiarkan hidupnya dalam kesulitan.
Kisah tersebut amat menggambarkan bagaimana Tazkiyatun Nafs akan dirasakan kenikmatannya kepada orang-orang yang melakukannya, sejalan dengan firman Allah pada Surah Fathir ayat 18, yang artinya, "Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan shalat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali."
Semoga dengan tulisanku ini, Allah memampukanku untuk melakukan Tazkiyatun Nafs. Setidaknya dengan menuliskan kembali intisari dari kajian tadi pagi menandakan bahwa aku telah berusaha untuk mengingatkan diriku sendiri akan pelajaran berharga yang merupakan kunci kebahagiaan dalam hidup. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang senantiasa mampu merendahkan dan membersihkan hati agar mudah menyerap ilmu dan hikmah dari-Nya yang akan menjadikan kita orang-orang yang beruntung. Sekian sharing kali ini~
Terima kasih! @frasa-in​ Sabtu, 8 Agustus 2020
picsource: tumblr @islamicinline
29 notes · View notes
jumalahmad · 2 years
Photo
Tumblr media
Keikhlasan adalah hilangnya mencari perhatian makhluk — Imam Abu Madyan Al-Maghribi #inspirationalquotes #tasawuf #tazkiyatunnafs #nasehat #islam #islamicreminder #muhasabah #hati #hikmah #hijrah #Allah #Rasulullah #Ulama #Ustadz #Agama #sufi #Kalam #ikhlas
0 notes