Text
Masa Lalu
Saat pemberianmu lebih berharga dari masa lalu. Sebuah kalimat yang pernah dia tulis untuk seseorang di masa lalu dan dia masih menyimpannya baik-baik dengan orang yang baru saat ini, yang tak lain ialah dengan kamu sendiri. Lantas apakah semua yang kau berikan akan berarti? Ada kalanya masa lalu bagimu hanyalah kenangan yang tak harus dibawa sebagai bukti bahwa kau pernah berada di sana. Setidaknya, dari masa lalu itu, mungkin kau telah banyak belajar untuk ke depannya agar lebih baik. Tapi itu kamu. Dan belum tentu orang lain seperti itu. Sangat menyakitkan bukan apabila selama ini kau baru tahu bahwa dia menyimpan baik kenangan dengan orang tercintanya sampai meski hari ini kau sedang menjalin hubungan dengannya. Semua sudah cukup bukti dan apalagi yang kau cari? Dia akan terus seperti itu. Lalu pantaskah dia ada di masa depanmu? "Boleh kubakar nggak?" "Jangan!" "Kenapa?" "Karena itu adalah kado ulang tahunku (darinya)" "Jam yang aku kasih juga kado ulang tahunmu" "Kado dari dia itu lebih berarti!" Seseorang pernah berkata, "Tidak ada salahnya jika teringat ke masa lalu, akan tetapi janganlah pernah hidup seperti di masa lalu." Terima kasih masa lalu... Jakarta, 23 September 2017
2 notes
·
View notes
Photo

Mereka Ageng dan Sandi, dua sahabat yang sudah saling menganggap sebagai saudara satu sama lain. Ageng berusia tujuh belas tahun, sedangkan Sandi dua belas, baru saja lulus Sekolah Dasar. Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, Ageng putus sekolah. Ia harus menghidupi diri sendiri dengan bekerja apa saja dan tinggal bersama pamannya. Pertengahan bulan #Agustus lalu, saya bertemu mereka di #BentengPendem di Kota #Cilacap. Kami sama-sama pengunjung di #Benteng itu yang secara tidak sengaja bertemu kembali di atas perahu saat menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Hari itu Ageng sengaja mengajak Sandi untuk berkeliling ke pulau yang selama ini dianggap sebagai "Pulau Kematian" oleh sebagian orang. Ia juga ingin mengajak Sandi berenang di pantai, berburu teripang, kerang, kepiting, ikan dan apa saja yang ada di sana. Itu adalah pertama kalinya bagi Sandi menyeberangi lautan di #TelukPenyu dan menginjakkan kaki di #Nusakambangan. Sebelum berenang, Ageng sempat mengajak saya dan @avraaugesty yang memang sengaja 'membuntuti' mereka untuk menuju ke sebuah tempat tersembunyi yang berada di balik hutan Nusakambangan. Sesekali ia juga berusaha menjelaskan apa saja yang ia tahu tentang cerita di Nusakambangan. Ageng banyak tahu tentang Nusakambangan. Ia sudah sering menjelajahi pulau itu seorang diri, menggunakan perahu saat mengantarkan pamannya memancing lobster di perairan Nusakambangan. Ada satu hal yang membuat saya salut kepadanya. Hari itu, demi mengajak Sandi, Ageng rela mengeluarkan uang perahu sebesar Rp 45.000, meski sebenarnya ia bisa ke sana bersama paman tanpa dipungut biaya. Secara pribadi, saya juga menaruh simpati kepadanya. Bukan karena ia menunjukkan 'surga tersembunyi', akan tetapi karena inisiatifnya sebagai seorang kakak untuk mengajak dan memperkenalkan dunia baru kepada adik angkatnya. Di perjalanan pulang, kami mengajak mereka berdua makan bersama, tetapi Ageng menolak secara halus karena matahari sudah mulai condong ke barat dan Sandi harus segera pulang. Akhirnya mereka berdua pamit di depan Benteng tempat kami bertemu. Mereka berdua pulang menuju rumah dengan sepeda yang dititipkan, dan kamipun berpisah.
2 notes
·
View notes
Photo










Nusakambangan, pulau di selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah selama ini lekat dengan kesan "Pulau Kematian" setelah menjadi lokasi lapas sekaligus tempat eksekusi mati para narapidana kelas kakap dari seluruh Indonesia. Hal tersebut sekaligus melabeli Nusakambangan sebagai "Alcatraz"nya Indonesia. Namun di balik itu semua, Nusakambangan punya cerita lain. Di balik kesan pulau angker, sejatinya Nusakambangan memiliki keramahan dan keindahan dari segi pesona alamnya yang tersembunyi. Setiap akhir pekan, Nusakambangan selalu ramai kunjungan wisata. Mereka datang dari berbagai daerah juga mancanegara. Untuk mencapai Pulau Nusakambangan, para wisatawan harus menyewa perahu cadik dari nelayan wisata di sepanjang bibir Pantai Teluk Penyu dengan tarif sekitar Rp 25.000 per orang. Nusakambangan sejatinya seperti pulau-pulau lain di Indonesia. Pantai Nusakambangan juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Perairan Nusakambangan juga menjadi tempat mencari nafkah bagi para pemburu lobster. Sebagai pulau karang besar, Nusakambangan menjadi rumah bagi kawanan ikan, lobster hingga gurita yang laku dijual di pasar ikan. Deburan ombak Nusakambangan seakan menyiratkan bahwa Laut Selatan Jawa selalu menyimpan cerita lain. Pesona lain Nusakambangan tidak habis dijelajahi juga dinikmati. Masih ada rahasia lain Nusakambangan selain stigma "Pulau Kematian" yang selama ini melekat di telinga masyarakat. Di tengah belantara hutan Nusakambangan, mudah dijumpai reruntuhan bangunan tua. Hal itu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Ada cerita masa lalu yang diburu untuk dikenang dan dikenali oleh para wisatawan. Nusakambangan menjadi pintu masuk rahasia masa lalu yang menyimpan banyak cerita pergolakan antara Portugis, Belanda dan Jepang ketika mendarat di Indonesia dari masa silam melalui reruntuhan bangunan. Beberapa bekas reruntuhan seperti benteng, penjara, ruang pembantaian, gudang senjata hingga bungker persembunyian masih tersisa di Nusakambangan. Bangunan yang kini telah ditumbuhi belukar dan pohon besar seakan menjadi saksi bisu pergolakan di masa lalu. Bangunan bersejarah di Nusakambangan seperti Benteng Karang Bolong, Benteng Klinker, dan reruntuhan bangunan lainnya seakan menjadi lorong waktu yang membawa wisatawan kembali ke tahun 1873, saat beberapa benteng tersebut didirikan. Nusakambangan dengan segala ceritanya masih menjadi misteri yang menarik untuk diungkap sekaligus sebagai literasi sejarah untuk generasi penerus. Sebuah cerita lain dari pulau di selatan laut Jawa bernama Nusakambangan.
Teks & Foto: Danung Arifin
#Nusakambangan#Cilacap#Benteng#KarangBolong#Wisata#Sejarah#Nusantara#JawaTengah#SamuderaHindia#Indonesia
3 notes
·
View notes
Photo

Phases of the Moon, when the shadow of earth moves across the moon partially. . . . A Partial Lunar Eclipse as seen from Jakarta, August 7-8, 2017. . . . #lunareclipse #partiallunareclipse #partial #phenomenon #nature #moon #lunar #astronomy #astronomi #teropong #angkasa #bintang #gerhanabulan #gerhanabulanparsial #parsial #bulan #fase #phases #night #sky #jakarta #indonesia (at Jakarta, Indonesia)
#gerhanabulan#bulan#angkasa#gerhanabulanparsial#nature#fase#phases#partiallunareclipse#night#parsial#astronomy#lunar#phenomenon#lunareclipse#indonesia#astronomi#teropong#moon#bintang#sky#jakarta#partial
0 notes
Photo







Instalasi Kacau (Chaotic Installations)
Dalam teori seni dan fractal, seorang filsuf kuno Plato mendefinisikan bahwa apa yang sebenarnya terlihat indah (seni) itu sebenarnya hanyalah tiruan yang amat sangat kacau. Analogi tersebut diasumsikan juga oleh seorang ilmuan penemu "The Butterfly Effect" bernama Edward Lorenz bahwa, seni dan keindahan itu terbentuk dari banyaknya partikel sangat tidak beraturan dan membentuk satu keutuhan yang dinamis sehingga jika dilihat dari sudut pandang lain, maka akan didapatkan hasil yang luar biasa indah.
Ketika kita bepergian ke sebuah gunung, dari kejauhan akan terlihat bahwa gunung tersebut sangat indah dan megah. Mata kita akan melihat bentuk cakrawala yang indah terpapar dari jarak tertentu. Namun apabila kita melihatnya menggunakan teleskop atau mendekat secara langsung, maka semua itu akan jelas terlihat bahwa keindahan yang tampak tadi merupakan rangkaian dari keadaan yang sebenarnya berantakan. Ada banyak jutaan pohon tertanam baik secara alami maupun ditanam oleh manusia itu sendiri dengan pola acak. Artinya, letak dari satu pohon satu ke pohon yang lain itu sebenarnya tidak ditentukan demi tujuan keindahan. Kita akan menemukan pola acak dari sudut pandang itu, berbeda ketika kita melihat dari jarak dan sudut pandang lain.
Maka, jika kita tarik kembali pada kasus teori penemuan Edward Lorenz tadi atau yang lebih di kenal dengan "Chaos Teori", bahwa satu hal yang besar dimulai dari hal kecil, kita bisa menyimpulkan satu bentuk sederhana yang ada di sekitar kita. Di kehidupan kita, mungkin ada banyak hal yang terlintas begitu saja. Tidak teramati bahkan tidak pernah dianggap memiliki sebuah nilai estetika yang sebenarnya mengandung seni dan keindahan. Kita tidak perlu melihat bentuk-bentuk kekacauan itu menggunakan teleskop atau mikroskop. Karena semua itu sebenarnya telah jelas ada di kehidupan kita, seperti beberapa gambar di atas.
Foto dan teks: Danung Arifin
Kamera: Redmi Xiaomi 2 Smartphone Camera
Lokasi: Jakarta
Tanggal pembuatan: 20 Maret 2017.
#fractal#chaos#plato#edwardlorenz#science#photography#arts#immitation#nightphotography#streetart#installation#grayscale#ongoing#project#draft#story#visualstory#dream
0 notes
Text
Situs Garunggang
Bogor, Desember, 2016 - Sebuah pesan masuk dari seorang kawan di seberang sana. Ridho namanya. Dia adalah sahabat baik yang suka mengajak saya ‘blusukan’ ke tempat baru. Destinasi yang sering kami kunjungi adalah alam. Ya, kami berdua memang suka petualangan, apalagi di alam. Kali ini Ridho mengajak saya untuk mengunjungi salah satu tempat menarik yang berada di Bogor bernama “Situs Garunggang”.
Keesokan harinya, dari Perumnas Buaran, kami mempersiapkan diri dan peralatan yang akan kami pakai untuk ‘blusukan’ hari ini. Teh hangat beserta kue seadanya menjadi santapan kami pagi itu. Langit cerah berawan. Dengan motor matic, kami berangkat menuju lokasi.
Ini adalah perjalanan pertama kali menuju tempat yang ramai gara-gara sosial media. Kami hanya berbekal aplikasi peta dan GPS sebagai penunjuk arah. Beberapa kali kami dibuat bingung hingga salah jalan. Tapi perjuangan kami tidak berhenti. Hujan sempat mengguyur ketika memasuki daerah Sentul, Bogor. Terpaksa kami berhenti sebentar untuk mengenakan jas hujan. Cuaca benar-benar susah diprediksi. Tapi roda kendaraan kami terus berputar mencapai lokasi.

Kabupaten Bogor hingga kini masih menjadi salah satu destinasi yang tak akan habis dijelajahi, mengingat kawasan yang berada di selatan Ibu Kota Jakarta itu memiliki banyak sekali tempat wisata alam seperti salah satunya ialah Situs Garunggang.
Situs Garunggang adalah kawasan bentang alam yang tersembunyi di antara hutan di kawasan Sentul, Bogor. Kawasan ini memiliki keunikan berupa situs batu kapur berlapis yang terbentuk jutaan tahun lalu. Lapisan-lapisan batu kapur ini terbentuk menyerupai labirin atau celah-celah selebar orang dewasa. Akhir-akhir ini, kawasan tersebut menjadi populer setelah pengunjung mengunggah foto dan informasinya di sosial media.

Nama Garunggang menurut warga sekitar diambil dari bahasa Sunda "Garung" yang berarti semak belukar. Konon Garunggang dulunya memang berupa tumpukan tanah bebatuan yang ditutupi oleh semak belukar liar. Setelah menyadari akan potensi dan manfaat kawasan tersebut, masyarakat bergotong-royong untuk membersihkan semak-semak dan menyulapnya menjadi kawasan wisata alam yang menarik.
Camping, Mountain Bike dan Off Road
Kawasan situs juga kerap menjadi lokasi untuk berkemah atau 'camping' pada setiap akhir pekan. Para pengunjung biasanya menghabiskan waktu sehari dua malam untuk berkemah dan kegiatan alam lainnya.

Selain itu, kawasan yang masuk dalam pemerintahan desa Tajur ini juga menjadi tempat singgah para 'off rider' atau pehobi motor trail dan sepeda gunung atau 'mountain bike'. Di sekitar lokasi juga terdapat warung yang menjual aneka makanan dan minuman ringan hingga toilet umum.
Kami sempat menjumpai beberapa ‘riders’ yang menjajal kemampuan mereka dalam menaklukan medan di kawasan perbukitan Sentul melewati Situs Garunggang.
Goa Garunggang
Salah satu yang juga menjadikan kawasan ini menarik adalah sebuah goa yang berada dalam satu kawasan bernama Goa Garunggang. Goa ini memiliki keindahan di antara lorong-lorong hingga stalaktit dan stalagmitnya. Warga yang merupakan pengelola telah menyediakan anak tangga untuk memasuki goa yang masih dihuni oleh kawanan kelelawar.

Di dalam goa juga terdapat aliran sungai dari dalam tanah. Untuk masuk ke dalam goa, tentunya pengunjung disarankan menggunakan pengaman dan penerangan berupa helm, cover (baju khusus caving), sepatu boot atau sandal gunung juga senter.
Aliran sungai bawah tanah dan tetesan air dari atap goa menambah kesan tersendiri bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya. Disarankan pagi pengunjung untuk tidak menyentuh stalagtit dan stalagmit di dalam goa apa lagi mengambilnya, karena proses pembentukannya memakan waktu yang sangat lama.

Mulut Goa Garunggang ini vertikal, tapi si pengelola telah memberi anak tangga dari bambu agar pengunjung mudah memasuki goa.
Ekowisata
Selain sebagai tempat wisata, Situs Garunggang juga dilestarikan guna menjaga keseimbangan alam. Berangkat dari kesadaran lingkungan, upaya untuk menjaga kelestarian oleh swadaya masyarakat dalam hal ini diwakilkan oleh penjaga situs, seorang tetua bernama Pak Ajum atau biasa dikenal dengan Abah Ajum. Beliau yang selama ini dipercaya oleh warga untuk merawat dan menjaga kawasan tersebut agar bisa dinikmati siapa saja dalam jangka panjang.
Kebersihan dan penghijauan menjadi tujuan utama kakek yang sudah sejak 2007 tahun lalu telah membuka dan merawat kawasan tersebut. Para pengunjung diharapkan tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak alam saat berkunjung.
"Saya dan warga di sini memang menghimbau bagi siapa saja (pengunjung) untuk tidak merusak alam. Tentunya kami berharap agar kita semua turut menjaga kelestarian alam ini," himbaunya.

Selain menjaga situs, Abah Ajum juga menanam beberapa jenis tanaman heterogen seperti pohon Mahoni, Pohon Beringin, Akasia, Sengon, Jati hingga tanaman pangan seperti ketela pohon, pisang, kluwek dan beberapa jenis tanaman obat.
Perjuangan Mencapai Lokasi
Untuk mencapai lokasi situs memang membutuhkan perjuangan yang tidak gampang. Rute yang paling mudah dilalui adalah dengan melewati jalur Bogor menuju kawasan wisata The Jungle Land yang kemudian diteruskan ke Desa Karang Tengan dengan jarak sekitar tiga kilometer. Setelah mencapai desa Tajur, terdapat papan penunjuk arah menuju pintu masuk sekaligus tempat penitipan kendaraan baik motor atau mobil.

Dari pintu masuk tersebut, pengunjung bisa menyewa 'guide' warga lokal dengan tarif sukarela. Disarankan memang untuk memakai jasa 'guide' mengingat rute untuk menuju lokasi situs masih minim penunjuk arah dan melewati medan yang cukup menguras tenaga.
Sebenarnya ada dua jalur yang bisa ditempuh, yakni dengan berjalan kaki dari pintu masuk atau dengan sepeda motor. Akan tetapi tidak disarankan menggunakan seperda motor apabila hujan, dikarenakan medan akan licin dan berlumpur sehingga sulit untuk dilalui.

Pemandangan perbukitan Sentul Bogor akan menyapa pengunjung dalam perjalanan menuju situs. Lahan persawahan, perkebunan milik warga hingga hutan pinus menenami setiap langkah. Karena medannya berupa bukit yang terdiri dari tanjakan dan turunan, maka disarankan bagi pengunjung untuk menggunakan alas kaki yang sesuai untuk 'tracking'. Perjalanan dari pintu masuk menuju situs bisa ditempuh sekitar satu hingga dua jam jalan kaki atau 30 menit menggunakan sepeda motor.

0 notes
Text
Kebaya, Meja, Kelambu dan Gelungan Rambutmu
Kepadamu, Ar...
...Tiba-tiba aku merasa aneh kepadamu. Dan seketika ini aku membayangkan pada suatu malam dimana hanya kita berdua bersama temaram lampu yang sengaja kupadamkan agar tidurmu tak terganggu di balik kelambu. Lalu ketika jemariku masih mencoba menerjemahkan kata-kata ke dalam kertas putih, tanganmu mendarat mulus di pundakku sambil berkata "Sudah larut, tubuhmu butuh istirahat".
Ar, kau ini nakal sekali, mengejutkanku di saat pikiran ini sedang berkelana. Tapi kuakui, apa yang kau lakukan itu sungguh mesra...
Jakarta, 25 Januari 2017
0 notes
Text
Senja di BayWalk Manila

Ini adalah beberapa foto yang saya ambil saat mengunjungi Baywalk Manila, salah satu tempat favorit warga Manila, Filipina untuk menghabiskan waktu sore hari untuk bersantai, berolahraga, atau sekedar berfoto sambil menikmati matahari terbenam.
Tempat ini memiliki bibir pantai sepanjang dua kilometer menghadap ke barat dan berada di wilayah Pasay, Filipina. Di sebelah utara berbatasan dengan tembok bangunan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Manila, sedangkan di ujung selatan adalah Culture Center Manila.
Di sepanjang pantai tersusun bebatuan untuk mencegah abrasi air laut. Jika sore telah tiba, banyak warga yang berdatangan dan menikmati suasana pantai dengan debur ombak dan hempasan angin yang tidak begitu kuat.

Saat mengunjungi kawasan ini, saya disambut oleh beberapa anak kecil yang bernyanyi lagu lokal sambil menaiki “Tricycle” dan menari-nari kecil dengan gestur yang unik. Mereka menyapa siapa saja terutama para wisatawan yang sedang menghabiskan waktunya di sana.

Sore hari di BayWalk Manila juga sering dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kompetisi olahraga seperti lomba perahu naga.

Selain itu banyak anak-anak kecil bermain air dan berenang di pinggir pantai. Ada pula beberapa warga yang menghabiskan waktunya untuk memancing ikan.

Anak-anak lokal tak canggung untuk membuka pakaian dan berenang di laut. Ada beberapa toilet bersih untuk mandi dan keperluan lainnya di sana.

Terkadang mereka menjemur pakaian yang basah sambil menikmati kegiatan lainnya.

Bila tak ingin berenang, di kawasan yang juga berada di jantung kota yang disebut “Metro Manila” ini juga menyuguhkan anjungan lokal seperti perahu cadik wisata yang siap mengantar siapa saja untuk menjelajahi perairan tak jauh dari BayWalk. Kita harus tawar menawar dengan tukang perahu untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan kantong.

Banyak orang-orang yang menjual jasa pijat refleksi di sepanjang bibir pantai. Si pelanggan pun tak canggung untuk mencoba layanan jasa tersebut sambil menikmati angin sepoi-sepoi di sore hari.

Selain jasa pijat, saya juga menjumpai beberapa pedagang kaki lima yang menjual aneka macam makanan dan minuman ringan. Waktu itu saya mencoba membeli beberapa kue dan segelas kopi dengan harga kisaran 15 - 50 Peso.

BayWalk Manila adalah salah satu tempat romantis yang biasa didatangi oleh pasangan muda-mudi. Kebanyakan dari mereka datang di sore hari untuk menikmati matahari terbenam sebelum akhirnya melanjutkan makan malam.

Manila, Desember 2016.
Foto dan Teks: Danung Arifin
0 notes
Photo

Wefie! . . . #swafoto #wefie #selfie #macacafascicularis #kera #monyet #family #monkey #macaca #macaque #streetphotography #cfd #jakarta #baby #mamalia #hobby #pewartafotoindonesia #1000kata (at Jakarta, Indonesia)
#baby#macaque#streetphotography#family#swafoto#jakarta#selfie#macacafascicularis#1000kata#monyet#wefie#pewartafotoindonesia#monkey#mamalia#macaca#hobby#cfd#kera
0 notes
Photo

Drawing with light - Photography - is Science, Art. . . . #photography #strobist #cave #caving #silhouette #caveman #caver #goa #stalagmites #stalagtites #stalagmite #stalagtite #light #shadow #goagarunggang #tajur #travel #savenature #saveearth #earth #underground #karst #water #man #people
#people#stalagtite#strobist#earth#silhouette#travel#cave#goa#goagarunggang#stalagtites#underground#caver#karst#photography#water#tajur#shadow#man#stalagmite#light#saveearth#caving#savenature#caveman#stalagmites
1 note
·
View note
Text
Cerita dari Batangas

Desember, 2016 - Masih hangat melekat di benak saya saat gerimis mulai turun dalam perjalanan dari Quezon City melewati Pasay menuju kota kecil bernama Batangas di Filipina. Jalanan di Manila tidak begitu padat. Laju mobil yang saya tumpangi bergerak bebas pagi itu. Ada banyak rumah beratapkan seng dan pepohonan tumbuh subur di sepanjang jalan di bawah kaki Gunung Makiling. Kabut tipis menghalangi puncaknya yang megah, lalu turun perlahan menuju sungai kecil di bawahnya...
Ada cerita dari Batangas. Sebuah kota di selatan Manila yang memiliki banyak rahasia tak terduga
Dalam perjalanan menuju Batangas, saya mencoba mengumpulkan ingatan tentang apa saja mengenai tempat yang masih penuh tanda tanya itu. Saya teringat pada peristiwa baru-baru ini. Sekelompok perompak membajak kapal yang ber-ABK-kan beberapa WNI. Mereka adalah segerombolah anak buah Abu Sayyaf. Sejak Maret lalu, tiga Kementerian Republik Indonesia; masing-masing dari Kementerian Luar Negeri yang dipimpin Retno Marsudi, Kementerian Pertahanan yang dibawahi Ryamirzad dan Kemenko Polhukam yang dikomandoi Wiranto masih berjuang menyelamatkan sejumlah WNI yang disandera tersebut. Konon, mereka disandera saat berlayar dari Tarakan, Kalimantan Utara menuju Batangas. Dengan negosiasi yang cukup alot, beberapa sandera tersebut berhasil dipulangkan ke Tanah Air melalui udara dan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma dengan selamat, sedangkan sisanya masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Batangas diklaim sebagai 'rumah singgah' bagi gerombolan Abu Sayyaf yang juga merupakan kelompok militan IS, namun kabar tersebut masih simpang siur.
Dari gunung berapi hingga Katy Perry

Wilayah Batangas juga memiliki rahasia alam bernama Taal Lake atau Danau Taal yang memiliki air yang jenih dengan dasar danau berpasir dan ditumbuhi algae serta tumbuhan danau. Saat tiba di sebuah lembaga konservasi dan pengamatan bernama “Laguna Lake Conservatorium, Taal Volcano”, saya diberi kesempatan untuk berenang di danau dan merasakan perubahan suhu bawah air pada jarak kurang lebih 300 meter dari daratan. Sejarahnya, danau ini terbentuk oleh erupsi gunung berapi yang meninggalkan lubang besar menjadi kawah. Pada tahun 1965-1977 terjadi erupsi terbesar di kawasan tersebut dan menewaskan sekitar 5000-7000 jiwa. Fenomena alam tersebut secara alami juga membentuk 'landform' berupa daratan vulkanik dan anak gunung berapi terkecil di dunia yang paling aktif di dunia. Menurut pihak pengelola konservatorium, kawah yang berada di dalam air dengan kedalaman sekitar 19 meter bisa dilihat dari Gunung Taal.

Taal Volcano sebenarnya tidak direkomendasikan sebagai tempat wisata karena termasuk dalam zona berbahaya dengan tingkat kegempaan tektonik dan erupsi yang pernah tercatat hingga 33 kali dalam satu waktu. Akan tetapi, karena kondisi alamnya yang alami dan bersih, banyak biro wisata lokal melanggar aturan demi materi. Jalan teraman untuk melihat pemandangan ini adalah dengan melalui jaan Tagaytay-Taal dekat Tagaytay City. Satu hal yang baru saya ketahui, keindahan Taal Lake juga menjadi salah satu latar belakang video klip penyanyi terkenal asal Amerika Serikat, Katy Perry yang berjudul "Roar".
youtube
Selain danau dan gunung berapi, bagi beberapa pihak, Batangas juga menjadi tempat menyeramkan bagi masyarakatnya setelah Duterte terpilih sebagai presiden Filipina dan mengeluarkan kebijakan ‘drugs war’ atau pemberantasan narkoba dengan cara yang dinilai keji oleh sebagian masyarakat. Saya menyaksikan sendiri. Dalam perjalanan pulang menuju Manila, sebuah mobil Honda Civic berplat ZKJ-598 di Batangas dikerumuni warga dan polisi. Saya yang sebenarnya tengah tertidur di dalam mobil pun terbangun dan segera melempar pandangan ke arah apa yang sedang menjadi pusat perhatian warga. Saya tercengang ketika melihat ada beberapa bekas lubang peluru yang menembus kaca mobil buatan Jepang tersebut. Seorang pengemudi tewas setelah diberondong peluru oleh penembak misterius. Tak lama setelah menyaksikan hal yang baru pertama kali bagi saya tersebut, sebuah media Filipina (ABS-CBN News) http://news.abs-cbn.com/news/12/07/16/high-value-target-killed-in-batangas-drug-encounter mengabarkan bahwa seorang pengedar narkoba tewas ditembak oleh orang tak dikenal di Batangas, tepat seperti apa yang baru saja saya lihat. Itu adalah bagian dari kebijakan kontroversi Presiden Duterte dalam masa bulan madunya sebagai pemimpin negara bekas jajahan Spanyol.
Sebagai bagian dari jurnalis, saya paham dengan aturan main tiap negara. Saya sengaja tidak melaporkan atau memotret apapun yang saya saksikan untuk kantor berita di Jakarta demi keamanan, aturan dan etika, meski sebenarnya naluri ini sangat kuat mendorong saya untuk melakukan sesuatu. Sebagai warga pendatang, saya tunduk dan mematuhi aturan setiap negara dan tidak ingin melanggar apapun dari surat ijin tinggal yang sudah saya tandatangani di atas materai sebagai mahasiswa dan warga negara asing. Bagaimanapun cerita dari Batangas memberi pengalaman tersendiri. Ini seperti berada di satu tempat yang indah juga mungkin membahayakan bagi setiap orang pada waktu yang sama. Ini perjalanan yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Ini adalah bagian dari hidup yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ini adalah bagian kecil dari kutipan waktu yang sengaja saya simpan sebagai memori ketika mungkin ingatan saya mulai pudar. Ini adalah sedikit cerita yang kini juga menjadi milik kalian semua.

Jakarta, 14 Desember 2016
Danung Arifin
#Batangas#Manila#Philippines#Travel#Nature#History#Law#Authority#Conservation#Politic#Filipina#PersonalStory#Story#StoryTelling#Reading#TaalLake#TaalVolcano#Luzon
0 notes
Video
youtube
The Nightmare Traffic in Jakarta
Jakarta - Jakarta is the most of busy city in Indonesia with near 30,214,303 population. As the official metropolitan area, Jakarta is the second largest in the world. Jakarta is also the country's economic, cultural and political center.
Everyone come to Jakarta.
Three and a half million people a day commute into the Greater Jakarta. Cars and Motorcycles are mentionless in macet (gridlock) during rush hour. Jakarta was named the world city with the worst traffic in one index last year based on satellite navigation data.
The average driver starting and stopping more than 33,000 times in a year. An estimated 70% of the city’s air pollution comes from vehicles. Motorcycle use almost doubled and bus use more than halved between 2002 and 2010.
Jakarta Police currently put the "even-odd traffic" policy during the rush hour. It applied on Jalan Jend. Sudirman, M.H. Thamrin and Gatot Subroto from Mondays to Fridays between 7 a.m. and 10 a.m. and during the 4 p.m. and 8 p.m evening rush. The regulation requires vehicles with license plates ending in even or odd numbers to take turn on alternate days.
Twelve years ago Jakarta became the first south-east Asian city to open a BRT. The 120-mile Transjakarta network gives good coverage, within the city at least, and carries 350,000 people a day.
Jakarta’s ageing Commuter Line trains make the journey from the wider metropolitan to the city centre in 55 minutes – twice as fast as the car
The government has a target to increase the share of trips on public transport from 23% to 60% by 2030 – and there is an incentive. The Jakarta administration has said the technology and infrastructure for the scheme, which requires vehicles to pay to pass certain roads using on board units, is available but its regulations and payment procedures are still being prepared.
----
Video and narration by Danung Arifin
#traffic#gridlock#commute#transjakarta#commuterline#KRL#metropolitan#jakarta#everydayjakarta#visualstory#visualjournalism#journalism#indonesia#asia
1 note
·
View note
Photo









The Disconnected World
It can be encountered in today's era where social life is inversely proportional relationship after the advent of advanced technologies such as smartphones. Looking around as happens in Jakarta every day. People like ignoring the life around because they are preoccupied with the gadget in daily life. The new world as if they had gained make indifferent to surroundings. This phenomenon has occurred since the era of increasingly advanced technology. Those attention was like camera aperture, there are focus and bokeh. (Danung Arifin)
#gadget#smartphone#disconnected#world#modern#technology#visualstory#visualjournalism#jakarta#indonesia#asia
0 notes
Photo










You might have seen a dancer who wear a cartoon character costume performing on the streets of Jakarta. She keeps dancing among the people as they walk toward their destinations.
The person behind the disguise is Sri. She performs on the streets, accompanied by her son Rifki. Rifki helps his mom to hold the basket to collect the money from pedestrians.
Sri starts to dancing from 8 am to 6 pm under the fly-over everyday. Sometimes she rests under the tree to have a meal and drink. She makes about ten dollars a day.
The street artist comes from Indramayu, West Java Province. She lives with her husband in Cipinang, East Jakarta. She has been performing on the street since 2014. She rents her costume and the music box from her neighbor in Cipinang, East Jakarta. She pays three dollars per day rent.
Sometimes, Sri has to hide or flee when the public officers conduct raids. Her job is illegal as she performs in public area, but she keeps fighting because she says she need the money. (Danung Arifin)
#ondelondel#meme#streetartist#streephotography#dool#visualstory#visualjournalism#jakarta#indonesia#asia
2 notes
·
View notes
Photo

Once upon a time in Manggarai • A for Arrival . . . #visualjournalism #sunset #perspective #railwaystation #manggarai #keretaapi #keretaapiindonesia #pewartafotoindonesia #evening #twilight #train #railway #passenger #people #architecture #everydayjakarta #everydayasia #jakarta #indonesia #asia (at Stasiun Kereta Api Manggarai)
#passenger#visualjournalism#evening#everydayjakarta#people#jakarta#railwaystation#indonesia#asia#train#sunset#perspective#keretaapi#manggarai#pewartafotoindonesia#railway#everydayasia#twilight#keretaapiindonesia#architecture
0 notes
Photo

The beauty of Crinoids (Sea Lilies/Oxycomantus Bennetti) dancing upon the big coral reef in Java Sea, North Jakarta, October 2016. . . . #underwaterphotography #underwater #crinoids #lily #sea #lililaut #crinoidea #echinoderms #javasea #lautjawa #dancing #assignment #photojournalism #nature #climatechange #oxycomanthusbennetti #marine #kelautan #biologi #biology #teknikkelautan #coralreef #coral #reef #animal (at Java Sea)
#crinoids#photojournalism#oxycomanthusbennetti#teknikkelautan#sea#lililaut#underwaterphotography#climatechange#dancing#nature#kelautan#javasea#animal#lautjawa#lily#biology#underwater#assignment#echinoderms#biologi#reef#marine#coralreef#coral#crinoidea
0 notes
Photo

The Hard Plate Coral of Java | October 2016 . . . #underwaterphotography #underwater #coral #coralreef #reef #koral #terumbukarang #javasea #sea #java #anemon #trip #adventure #onduty #assignment #dive #diving #scuba #scubadiving #freedive #hobby #photojournalism #photography #lautjawa #indonesia #asia #wonderfulindonesia (at Java Sea)
#indonesia#freedive#photojournalism#sea#diving#trip#underwaterphotography#anemon#java#asia#javasea#lautjawa#hobby#photography#underwater#assignment#dive#scubadiving#adventure#reef#onduty#coralreef#coral#terumbukarang#koral#wonderfulindonesia#scuba
0 notes