Tumgik
#Bukhari 7372
faithful-diaries · 2 years
Text
Narrated Muadh bin Jabal: The Prophet said, O Muadh! Do you know what Allah's Right upon His slaves is? I said, Allah and His Apostle know best. The Prophet said, To worship Him (Allah) Alone and to join none in worship with Him (Allah). Do you know what their right upon Him is? I replied, Allah and His Apostle know best. The Prophet said, Not to punish them (if they do so).
Bukhari: 7372 [The book of Tauhid]
32 notes · View notes
manhajsalafiyyah · 1 year
Text
#Tawheed #OnenessofAllah
First thing one must call to..
Narrated by Ibn `Abbas:
When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people."
Sahih al-Bukhari 7372
Tumblr media
9 notes · View notes
khutbahs · 3 years
Link
How to invite to Islam?
Narrated Ibn `Abbas: When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, “You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people.”  Sahih al-Bukhari 7372https://www.facebook.com/askMuslim/videos/what-is-tawheed-what-are-the-categories-of-tawheed-prophet-%EF%B7%BA-said-let-the-first-/304237617589948/
1 note · View note
ynx1 · 4 years
Text
‎Reported by Ibn 'Abbas:
‎When the Prophet (ﷺ) sent Mu'adh to Yemen, he said to him, "You are going to a people of the people of Scripture, so let the first thing you invite them to be the Tawhid of Allah."
‎- Sahih al-Bukhari 7372
6 notes · View notes
nofikadwi · 4 years
Text
Tauhid adalah kunci Pokok Pensucian Jiwa (Bagian ke 2, Kaidah Tazkiyatun Nafs)
Tauhid merupakan tujuan Allah Ta’ala menciptakan kita. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tauhid pula merupakan materi dakwah para nabi dan rasul. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36)
Tauhid merupakan hal pertama yang wajib dipenuhi setiap manusia agar masuk ke dalam agama Islam. Itu juga merupakan kewajiban pertama yang mesti diajarkan oleh setiap da’i.
Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu ketika Beliau mengutusnya ke Yaman:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَ��َالَى
“Sesungguhnya Engkau akan berdakwah kepada sebuah kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah hal pertama kali yang Engkau dakwahkan adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no. 7372)
Allah Ta’ala pun telah mengancam orang-orang yang tidak menyucikan jiwanya dengan tauhid dan iman dengan adzab yang pedih di hari kiamat, melalui firman-Nya :
وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ. الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
“Dan celakalah orang-orang musyrik. (Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan az-zakat dan mereka ingkar (kafir) akan adanya (kehidupan) akhirat.“ (QS. Fushshilat : 6-7)
Disebutkan dalam Majmu al-Fatawa, saat menafsirkan az-zakaat pada ayat ini, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
“Tauhid dan iman adalah kunci pokok penyucian jiwa, karena tauhid mengandung penafian penyembahan kepada selain Allah dari hati, menetapkan penyembahan hanya pada Allah dalam hati, dan ia merupakan hakikat Laa ilaaha illa Allah yang menjadi kunci pokok penyucian jiwa.”
Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Ighatsatul Lahfan berkata:
“Kebanyakan ahli tafsir salaf dan yang setelahnya menafsirkan kata az-zakat adalah tauhid, syahadat tidak ada laa ilaaha illa Allah, dan keimanan yang dengannya hati menjadi suci. Tauhid merupakan pokok kesucian dan penambahan kebaikan.”
Sebaliknya, syirik adalah perkara yang banyak mengotori dan merusak jiwa, bahkan membatalkan seluruh amal. Ia merupakan dosa yang tidak diampuni Allah selamanya bila pelakunya mati membawa kesyirikan kemudian Allah haramkan surga baginya.
Jika seorang hamba merealisasikan tauhid dengan benar, maka ia akan mencapai kesucian jiwa, mendapatkan hidayah dan keamanan yang sempurna di dunia dan di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)
Semakin ikhlas penghambaan dan kecintaan seorang hamba terhadap Allah, maka semakin ikhlas dan benar amalnya, semakin suci dan baik jiwanya. Begitu pula sebaliknya.
Maka tidak tercapai kesucian jiwa kecuali dengan merealisasikan tauhid, mengesakan Allah dalam ibadah, dan mengikhlaskan amal hanya untuk-Nya, serta menghindari kesyirikan dan apa-apa yang mengurangi dan melemahkannya.
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
📖 Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari Kitab ‘Asyru Qawa’id fi Tazkiyat an-Nafsi Karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala.
•═◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═•
Rangkuman 10 kaidah pensucian jiwa
8 notes · View notes
alfarawila · 6 years
Text
[Tauhid]
Tauhid Adalah Inti Dakwah Seluruh Nabi Dan Rasul
Muslimah.Or.Id / 3 May 2017
Kaum Muslimin yang dirahmati oleh Allah, wajib bagi setiap Muslim untuk memprioritaskan tauhid daripada selainnya. Yaitu hendaknya kita mempersembahkan segala ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan semua bentuk ibadah kepada selain Allah. Karena tujuan kita diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah agar kita mentauhidkan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Dan keselamatan seseorang di akhirat kelak ditentukan oleh tauhid. Orang yang mati dalam keadaan bertauhid, maka ia akan selamat di akhirat walaupun membawa dosa yang banyak. Adapun orang yang mati dalam keadaan musyrik, maka ia tidak akan selamat dan merugi selamanya. Allah Ta’ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya” (QS. Al Kahfi: 110).
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An Nisa’: 48).
Oleh karena itu Allah mengutus pada Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam untuk menegakkan tauhid dan mendakwahkannya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian” (QS. Al-Anbiya: 25).
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut’” (QS. An-Nahl: 36).
Dari Nabi dan Rasul yang pertama hingga yang terakhir, inti seruan mereka adalah mengajak manusia untuk mempersembahkan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah.
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Nuh ‘alaihissalam:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan (yang haq) bagimu selain-Nya“. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)” (QS. Al A’raf: 59).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Hud ‘alaihissalam:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan (yang haq) bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”” (QS. Al A’raf: 65).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Shalih ‘alahissalam:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan (yang haq) bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih”” (QS. Al A’raf: 73).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Syu’aib ‘alahissalam:
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ ل��كُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan (yang haq) bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”” (QS. Al A’raf: 85).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Musa ‘alahissalam:
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada Fir’aun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?”. Fir’aun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka”“(QS. Al A’raf: 127).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Ibrahim ‘alahissalam:
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah semata dan bertakwalah kepadaNya’.” (QS.Al-Ankabut : 16).
Perhatikan apa yang didakwahkan Nabi Isa ‘alaihissalam:
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu“, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu” (QS. Al Maidah: 117).
Bahkan hingga Nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah semata dengan memurnikan semua ibadahnya hanya kepadaNya” (QS. Az-Zumar : 11).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka melakukan hal ini semua, maka terlindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam. Adapun perhitungan dosa mereka diserahkan pada Allah Ta’ala” (HR. Bukhari no.6924 dan Muslim no.21).
Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul ‘alahis shalatu was salaam, mereka mendakwahkan tauhid dan itulah inti dakwah mereka. Mereka mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada selain Allah.
Dan mereka pun mengajarkan manhaj dakwah ini kepada para sahabatnya. Perhatikan apa yang diwasiatkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kepada Mu’adz bin Jabal ketika Mu’adz di utus untuk berdakwah di Yaman. Dari Ibnu ‘Abbas  radhiallahu’anhuma ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).
Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang mulia ini, dan juga barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ia dapat memahami manhaj dakwah ilallah. Dan ia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah” (Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17).
1 note · View note
imran-hyd · 3 years
Photo
Tumblr media
أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰانِ الرَّجِيْمِ بسم الله الرحمن الرحيم " فَاعۡلَمۡ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ " So know (O'Muhammad ﷺ) that La ilaha ill-Allah (none has the right to be worshipped but Allah),[MUHAMMAD:19] Narrated Ibn Abbasرضي الله عنه: When the Prophetﷺ sent Muadhرضي الله عنه to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah.[Sahih al-Bukhari 7372] https://www.instagram.com/p/Cau-WgrhqLAXvztqnvqCqacNLBul0wETyNaR-M0/?utm_medium=tumblr
0 notes
diatrimikaputra · 4 years
Text
1. Mentauhidkan Allah Ta’ala [Kitab Tazkiyatun Nufus – 10 Kiat  Menyucikan Jiwa]
Tauhid merupakan tujuan utama Allah Ta’ala menciptakan kita, hal ini sebagaimana disebutkan dalam firmanNya,
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz- Dzariyat: 56)
Tauhid juga merupakan inti dari dakwah para nabi dan rasul, sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) :  ‘Sembahlah Allah (saja) , dan jauhilah Thaghut itu’ .. “ 
(An-Nahl:  36)
Tauhid adalah kewajiban pertama yang harus dilakukan seseorang ketika masuk agama islam. Ia termasuk perkara yang wajib diserukan oleh para dai di jalan Allah untuk diajarkan kepada manusia. Sebagaimana yang Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam sabdakan kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu, tatkala beliau mengutusnya ke negeri Yaman,
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum ahli kitab, maka hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.“ [3]
Allah telah mengancam orang-orang yang tidak menyucikan jiwanya dengan tauhid dan keimanan dengan azab yang pedih pada hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan)  akhirat. “ (Fusshilat:  6-7)
Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Maksudnya adalah tauhid dan keimanan, yang merupakan faktor kesucian hati. Karena tauhid menafikan sifat ketuhanan yang bathil dari dalam hati manusia, dan menetapkan sifat ketuhanan yang benar di dalam hati manusia, yaitu hakikat dari pernyataan Laa ilaaha illalllaah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah) . Dan pada dasarnya inilah hal yang menyucikan hati. “[4]
Ibnu Qayyim Rahimahullah menuturkan, “Kebanyakan para ahli tafsir dari generasi salaf dan yang setelah mereka (khalaf)  mengatakan; ‘Tauhid adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, serta keimanan yang menjadikan hati suci... Dan ia merupakan faktor utama kesucian hati dan pengembangan diri... “[5]
Tauhid merupakan faktor utama yang menyucikan hati dan membersihkan jiwa. Sedangkan kesyirikan adalah penyebab utama yang menodai jiwa dan membinasakannya, bahkan ia pembatal semua amal ibadah secara total. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi yang sebelummu:  ‘Jika kamu menyekutukan (Allah) , niscaya semua amal ibadahmu akan batal, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. “ 
(Az-Zumar: 65)
Syirik meerupakan dosa yang tidak akan Allah Ta’ala ampuni apabila pelakunya mati dalam kondisi tersebut, hal in berdasarkan firman Allah Ta’ala yang berbunyi,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (dosa syirik) itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki...”
(An-Nisa’:  48)
Dan Allah Ta’ala mengharamkan surga bagi setiap orang yang menyekutkanNya dengan sesuatu yang lain, sebagaimana disebutkan dalam firmanNya Ta’ala,
“Sesungguhnya orang yang menyekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada seorang penolongpun bagi orang-orang zalim itu.” (Al-Ma’idah: 72)
Apabila serang hamba benar-benar merealiasikan hakikat tauhid, niscaya ia akan meraih kesucian yang sempurna, ia pun akan memperoleh hidayah serta ketenangan sempurna di dunia dan akhirat, sebagaimana disebutkan di dalam firmanNya Ta’ala,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Maka tatkala seorang hamba bersungguh-sungguh dalam merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala dan benar-benar mencintaiNya, niscaya amalannya pun akan tulus dan murni, jiwanya akan suci dan baik. Sementara jika ia memasukan segala hal baik yang dapat merusak jiwa; berupa faktor-faktor kesyirikan, maka jiwanya akan menjadi kotor dan berperilaku buruk sebagaimana dengan perbuatannya tersebut.
Mustahil jiwa seseorang menjadi suci, kecuali dengan mewujudkan tauhid, beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, dan ikhlas beramal hanya untukNya, hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)...”
(Az-Zumar: 3)
Dan jiwa seseorang tidak akan menjadi suci, kecuali dengan cara membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan, dan berbagai jenis perbuatan yang bertentangan dengan tauhid atau melemahkannya.
 Keterangan:
[3] HR. Al Bukhari di dalam Shahihnya (no. 7372) .
[4] Majmu’ al-Fatawa (10/97)
[5] Ighatsa al-Lahafan (1/79) .
 Sumber:
Kitab Tazkiyatun Nufus – 10 Kiat Menyucikan Jiwa
Kiat Pertama Mentauhidkan Allah Ta’ala
 Karya: Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr
 Ditulis ulang :
Diatri Mika Putra
Jatinegara Baru, 3 Januari 2021
0 notes
hijrahsworld · 4 years
Text
Tumblr media
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Skala Prioritas dalam Berdakwah
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
إِنَّمَا نَزَلَ أَوَّلَ مَا نَزَلَ مِنْهُ سُورَةٌ مِنْ الْمُفَصَّلِ فِيهَا ذِكْرُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الْإِسْلَامِ نَزَلَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ وَلَوْ نَزَلَ أَوَّلَ شَيْءٍ لَا تَشْرَبُوا الْخَمْرَ لَقَالُوا لَا نَدَعُ الْخَمْرَ أَبَدًا وَلَوْ نَزَلَ لَا تَزْنُوا لَقَالُوا لَا نَدَعُ الزِّنَا أَبَدًا لَقَدْ نَزَلَ بِمَكَّةَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنِّي لَجَارِيَةٌ أَلْعَبُ بَلْ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ وَمَا نَزَلَتْ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَالنِّسَاءِ إِلَّا وَأَنَا عِنْدَهُ رواه البخاري
“Sesungguhnya yang pertama kali turun darinya ialah satu surat dari Al-Mufashshal (surat-surat pendek) yang berisi penjelasan tentang surga dan neraka; sehingga apabila manusia telah mantap dalam Islam, maka turunlah (ayat-ayat tentang) halal dan haram. Seandainya yang pertama kali turun (kepada mereka) adalah “jangan minum khamr (minuman keras),” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan khamr selama-lamanya”. Seandainya yang pertama turun adalah “jangan berzina,” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan zina selama-lamanya”. Sesungguhnya telah turun firman Allah “sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”–QS. Al-Qamar ayat 46–di Mekkah kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan pada waktu itu aku masih kecil yang senang bermain-main. Surat Al-Baqarah dan An-Nisa` barulah turun setelah aku menjadi istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no. 4993).
Faedah Hadits:
1. Masalah akidah lebih diprioritaskan untuk didakwahkan daripada lainnya.
2. Masalah halal-haram lebih mudah diterima kalau akidah kuat.
3. Di antara pembahasan akidah adalah mengingatkan surga dan neraka.
4. Surat tentang penguatan iman lebih awal turun daripada ayat-ayat yang kaitanya dengan hukum.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari, no. 7372 dan Muslim no. 19).
0 notes
dafid-fuadi · 5 years
Photo
Tumblr media
Berdakwah mesti memprioritaskan dakwah pada aqidah lebih dulu, baru yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ » “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Al Bukhari, no. 7372; dan Muslim, no. 19). *** Ngaji Aswaja di Lailatul Ijtima Ranting NU Desa Jong Biru, Kec. Gampengrejo, Kab. Kediri, Ahad Malam Senin 2 Jumadats Tsaniyah 1441 M /2 Februari 2020 M. #aswajanucenterkabkediri #aswajanucenterkediri #aswajanucenterpcnukabkediri #aswajacenterjatim #aswajanucenter #aswajamengaji https://www.instagram.com/p/B87bf81gZqp/?igshid=1sgd8spwhbvc2
0 notes
Text
Brotherly advice to new Muslims and those returning to the deen, from another revert pt.1
بسم الله الرحمن الرحيم
I wanted to give some advice to my brothers and sisters who maybe new to the religion or have returned to the religion after a period of ignorance or ambiguity concerning their faith. I wanted to write this out because much of the time what I post on my blog is for those who already have some footing in the religion and understand the basics or are in the process of learning their deen(religion). I recognize that this may confuse some newer Muslims who don’t know as much and may not have many reliable people around them to give them advice and take them by the hand and guide them to that which will be easy for them. 
So I firstly relay may well wishes and the greeting of one Muslim to another, which is a right they(the Muslims) have upon one another, Assalaamu Alaykum wa rahmatuAllahi wa barakaatuh. I pray that you, whoever reads this, are in the best state of health and imaan(faith). I ask Allah, lord of the noble throne, he who is the possessor of the keys of success in this life and the hereafter, to bless you wherever you are and make you firm upon his deen.  I am your brother Dawud ibn Eesa ibn Willie Mcintosh. I, like many of you, was born to a Christian family in the state of Georgia, U.S. in a small city outside of Atlanta. As a revert who spent number of years of his youth in kufr(disbelief), and another in confusion, I know very well the pitfalls that befell me when I sought to finally understand this religion and I hope that the follow advice will help you. 
1. I advise you to make the commitment to stop arguing and debating. One of the things that prevented me from pursuing much good in this religion(eg memorizing the Quran, learning Arabic, Aqeedah(creed), etc.) was this feeling that I, and I alone, had to defeat Muslims and non-Muslims in a debate. I was affected highly by the lectures of Zaakir Naik(May Allah guide him) and more seriously, Ahmad Deedat(May Allah forgive him) who debated every Christian they saw using the bible itself. There was a time when I knew the so-called ‘gospels’ of Matthew, Mark, Luke, and John better than I knew suratul Faatiha. I know for some this doesn’t seem like a big deal but you must understand that it was this obsession with debating that lead many astray including myself. 
When you are busy debating as opposed to learning you will fall into severe mistakes. One such instance I will narrate to you, May Allah make you upright, is that I used to argue with Christians on the old myspace religion forums using arguments that directly contradicted the fundamental beliefs of Islaam. The argument I often used was:
“The bible says God talks! How does he speak?? If he speaks he must have lungs, teeth, and a tongue along with other internal organs to carry out such an action”.
If you do not see why this is wrong then you are where I was five years ago. I denied(may Allah forgive me) the attribute of speech from Allah using a misguided notion that if an attribute, BY NAME is shared by the creation then it is impossible for the creator to have that attribute. I LIMITED the might of Allah due to my own misguided thought process that I had heard from speakers like the two I have already mentioned to you. How is this wrong? Allah says in the greatest ayah in the Quran, Ayatul Kusri(Al Baqarah(2):255):
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah! La ilaha illa Huwa (none has the right to be worshipped but He), the Ever Living, the One Who sustains and protects all that exists..
Allah, the most high, says he is the living, what we interpret as the ever-living. Meaning he will not die. However if we take this term living, does that mean his living is like our living? The logical person says no, for not only can we die but we can also say that if we do not eat, or sleep, we will die. Allah is not in need of any of that, so do we then negate this ayah or change it’s meaning? Of course not! So this is where the problem comes in debating and trying to debate as opposed to, which leads to my next point:
2. Seeking and giving knowledge of the deen, specifically your aqeedah(creed) priority. Debating and arguing while having zero knowledge of your deen is dangerous. As I mentioned above about my own story, I made many mistakes that could fall under kufr(disblief) at most and innovation(bidd’ah) at least.  It is what leads people astray more often than not. You must give your time to understanding this religion. How to understand it, how you worship Allah and what negates that(and takes one out of Islaam). The establishment of proper aqeedah is why the messengers were sent:
رُسُلاً مُّبَشِّرِينَ ومُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
Messengers as bearers of good news as well as of warning in order that mankind should have no plea against Allah after the Messengers. And Allah is Ever All�Powerful, All�Wise. [An-Nisaa(4):165]
and their message was one and that was to worship Allah, the most high, alone as he says:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
And your Lord has decreed that you worship none but Him. And that you be dutiful to your parents..[Al Israa(17):23]
The Quran from it’s first to it’s last encompasses the belief system that every Muslim MUST believe in and act upon. It is important that you understand these issues becaus it is the basis of our religion and for 13 years in mekkah aqeedah was the main thing that the Messenger taught before anything else of the legislation(eg fasting, zakat, etc.) was made obligatory. This alone shows you the importance of learning your aqeedah. Likewise it comes in the authentic narration of ibn Abbas رضي الله عنهما:
لَمَّا بَعَثَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ ‏ "‏ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ ‏"‏‏.
When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people." [Saheeh al Bukhari no. 7372]
So I urge you, May Allah have mercy on you, to learn this extremely important aspect of your religion for it is the base upon which the rest of the religion is built upon. No doubt you will see much differing and arguing between Muslims. There will be sects, cults, and groups trying to call you to their way and their path so I advise you:
3. Follow the Sunnah of the Prophet صلى الله عليه وسلم and stick close to what his  companions and their students were upon. To summarize this point I quote the Scholar of Islaam, accepted by the greatest scholars of Islaam as trustworthy, Imam Abul Abbas Ahmad ibn Taymiyyah in his treatise “Introduction of the principles of tafseer” pg.11 Maktabah al Asriyyah 2009 print]:
“It is obligatory to know that the Prophet صلى الله عليه وسلم explained and clarified the meanings of the Quran and it’s wordings to his companions as Allah says:
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
With clear signs and Books (We sent the Messengers). And We have also sent down unto you (O Muhammad SAW) the reminder and the advice (the Quran), that you may explain clearly to men what is sent down to them, and that they may give thought. [An Nahl(16):44]
And Abdur Rahman As Sulamee(May Allah have mercy on him) said: 
“Those who narrated to us used to recite the Quran like Uthmaan ibn Afaan, and Abdullah ibn Mas’ood, and other than them(from the companions). When they would learn from the Prophet 10 verses(of Quran) They did not continue until they learned what was in those verses from knowledge and actions. They would say: We learned the Quran, knowledge, and action together”.[End of Ibn Taymiyyah’s speech]
I ask you, May Allah grant you success, to ponder the meaning of all of this. Indeed Allah revealed the Quran to his messenger who then explained it to his companions. That is, he explained how to understand and implement these verses of the Quran. They did not learn any ayah expect that he(the prophet) explained it to them and gave them the knowledge to carry forward into the world. So who would have more knowledge of this religion than the companions? No one. I stress this because it is important that you understand that this is how we understand this religion. This is mandatory upon all Muslims. In a time of differing and confusion this is the manhaj(methodology) we stick by to stay out of confusion as we find in the hadeeth of the noble companion Al Irbaad ibn Saariyyah:
"وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ: أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ"
The Messenger of Allah (peace and blessings of Allah be upon him) gave us a sermon by which our hearts were filled with fear and tears came to our eyes. So we said, “O Messenger of Allah! It is as though this is a farewell sermon, so counsel us.” He (peace and blessings of Allah be upon him) said, “I counsel you to have taqwa (fear) of Allah, and to listen and obey [your leader], even if a slave were to become your ameer. Verily he among you who lives long will see great controversy, so you must keep to my Sunnah and to the Sunnah of the Khulafa ar-Rashideen (the rightly guided caliphs), those who guide to the right way. Cling to it stubbornly [literally: with your molar teeth]. Beware of newly invented matters [in the religion], for verily every bidah (innovation) is misguidance.” [At Tirmidhi recorded it no.266]
This is the path of the believers. We follow those who came before us and it is important you to stick to this methodology closely as it will save you from any corruption or trial that may come to your door. Indeed this religion is perfect but the Muslims are not and you will see innovated groups, and sects come and call you to their way but as we have mentioned earlier, we stick to the sunnah of Muhammad عليه سلام and his companions as he commanded us to. This is our path to salvation. There is no success outside of this path because it is how you worship Allah, how you enjoin the good and forbid the evil, etc. It is the base of how you inact all that you learn from the Quran. 
For now I will end this part of my advice here. I advise reading some of the following books:
Usool ath thalaatha(The three fundamental principles) 
Qawa’id al Arba(The four principles of shirk(associating partners with Allah)) 
Kitaab at Tawheed(The book of Monotheism)
Kashf As Shubuhaat(Removing the doubts) all of the above by Ibn Abdul Wahhab.
Aqeedatul Waasitiyyah by Ibn Taymiyyah
The books I have recommended all deal with creed and methodology. They are small texts but extremely heavy as it relates to their benefits and the clarity they will bring to your life. I want to also stress something that I will always stress and that is that this will take time. 
You are a human being. You are weak and you WILL make mistakes. Do not think that I am saying you must become perfect overnight but what I am hoping and advising is that you take your time and go step by step. This is why I am writing these advices because I know how easy it is to get overwhelmed by the wealth of information that is out there. I know some of you are not around many Muslims or if you are you may still feel out of place, but I urge you to connect yourself towards your lord and take your time. 
Learn this religion, starting with your aqeedah, step by step. Make use of materials made accessible by the students of the scholars of this religion in your land such as our brothers and sisters at troid.ca in Canada, Masjid Al Awwal in Pittsburgh, and others in the US, and Salafipublications and those working with them in the UK. I hope to list more communities along with students of knowledge and scholars to benefit from but more of that will be detailed in another part of this advice. 
Anything that I have said which is correct is from Allah and his expansive mercy and anything I have said wrong is from me and shaytaan and Allah and his messenger are free from it.
May Allah grant you, and I success and forgive us and all the Muslims in every place.
-Your brother in Islaam, 
      Dawud Abdul Hameed ibn Isaa Mcintosh.
49 notes · View notes
zainalarifin · 6 years
Text
Thought via Path
PERINGATAN KERAS BAGI KITA.. RITUAL KESYIRIKAN PALU NOMONI.. ↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔ 🔏 Oleh Uray Sriwahyuni Bismillah... Saksi mata yang selamat, mengatakan ada seribuan warga sedang berada di pinggir pantai anjungan Nusantara, Kota Palu, Jumat (28/9) sore saat tsunami menerjang wilayah tersebut. Masyarakat setempat saat itu sedang menantikan acara pembukaan fetsival 'Pesona Palu Lomoni' yang digelar di pantai tersebut. Berita tersebut bisa dibaca disini : https://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/09/29/pfsytp257-seribuan-warga-sedang-di-pantai-saat-tsunami-terjang-palu Saya pun mencari tahu apa itu ritual palu nomoni. Sambil searching di youtube dan browsing di mbah google saya pun menemukan pembahasan soal Festival Ritual Palu Nomoni. 🔴 Sedikit pembahasan soal Ritual Palu Nomoni yang saya baca di internet seperti dibawah ini : 👇👇👇👇👇👇👇👇 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Ritual Magis Tanah Kaili dalam Pekan Budaya Indonesia Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, di bawah kepemimpinan Wali Kota Hidayat dan Wakil Wali Kota Sigit Purnomo, tengah menggencarkan revitalisasi ragam budaya yang dimiliki Suku Kaili, penduduk asli Kota Palu. Melalui ajang Pekan Budaya Indonesia (PBI) III dan Festival Pesona Palu Nomoni, Pemerintah Kota Palu memamerkan salah satu kekayaan budayanya, yakni ritual adat Suku Kaili. Dari 46 kelurahan dan 8 kecamatan, terdapat 11 ritual yang sering dilaksanakan, maupun ritual yang mengalami kepunahan atau sudah jarang dilangsungkan. Ritual tersebut, yaitu Ritual Balia Jinja Lasoani, Atraksi Balia Bone Kayumalue, Ritual Tola Ba'la Pompaura, Ritual Balia Tampilangi Ulujadi, Ritual Manuru Viata Tipo, Balia Topoledo, Ritual Vunja Adantana, Ritual Pora'a Binangga, Ritual Tolak Bala Tavaili, Ritual Balia Eja Da'a Kanuna dan Daengune, serta Ritual Balia Jinja Petobo. Disampaikan oleh Manopo, salah satu anggota tim upacara ritual Baliya Jinja, tradisi Balia Jinja masih dipegang teguh oleh masyarakat Suku Kaili hingga sekarang. Minimal, terdapat satu orang dalam anggota keluarga yang bersedia belajar adat turun-menurun ini. Upacara adat Balia Jinja merupakan ritual pengobatan bersifat nonmedis yang dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum ada rumah sakit, upacara ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh. "Tradisi ini masih dilestarikan. Dan hanya dilakukan oleh satu garis keturunan. Misalnya, siapa anak perempuan yang mau belajar di keluarga. Namun ini sifatnya tidak dipaksa, untuk yang mau saja," ucap Manopo, ditemui Metrotvnews.com, di Kampung Kaili, Palu. Dalam pelaksanaanya, ritual dipimpin oleh seorang dukun atau tetua yang disebut Tina Nu Baliya. Prosesnya diawali dengan Nolana Vangi (pengolesan minyak wangi) ke bagian tubuh orang sakit. Lalu, pelaku ritual menyiapkan air satu mangkuk, seekor ayam dan seekor kambing sambil nogane (membaca doa). Peniupan lalove (suling) dan gimba (gendang), dimulai untuk mengundang roh leluhur terlibat dalam ritual. Kemudian, para penari bergerak mengelilingi palaka (tempat sesaji). Tahapan selanjutnya, yakni prosesi ritual Moraro. Sambil menari, penari yang mayoritas wanita berusia 50 tahun ke atas, menombak kambing dan seekor ayam yang sebelumnya telah disiapkan. Tujuannya untuk mengambil darah yang nantinya akan dioleskan di tubuh orang yang sakit. Tahap terakhir, pelepasan sesaji dan ayam ke sungai, sekaligus memandikan orang yang sakit. Proses ini memiliki makna, jika dimandikan di sungai, maka penyakit akan hilang mengikuti aliran sungai yang bermuara ke samudera luas dan tidak akan kembali lagi. "Dalam sesaji ini terdapat pinang, gambir, tembakau, koin, kue tradisional, dan beberapa lainnya. Semua ini nantinya akan dilarung ke laut. Dahulu nenek moyang kami kalau ada pesta kawinan atau pesta adat, pasti semua ini (sesaji) disediakan," ujar Manopo. Dijelaskan oleh sang dukun atau Tina Nu Baliya, prosesi ritual Balia Jinja yang dilakukan pada malam PBI 3 dan Festival Palu Nomoni, dimaksud untuk menyembuhkan penyakit yang ada di bumi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kedamaian dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Editor : Rosa Anggreati https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.metrotvnews.com/amp/8KyGVo2b-ritual-magis-tanah-kaili-dalam-pekan-budaya-indonesia&ved=2ahUKEwiHn8fclODdAhXEMY8KHQSMD-sQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw3bG3nhZ2CZ9xgWnV12Fdf_&ampcf=1 ➖➖➖➖➖➖➖ Selesai ➖➖➖➖➖➖➖ Demikian pembahasan festival ritual palu nomoni yang saya baca. Dan saya simpulkan bahwa ritual palu nomoni tersebut adalah termasuk ritual kesyirikan. Dimana dalam ritual tersebut meminta kesembuhan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Padahal yang memberikan kesembuhan hanyalah Allah Azza wa Jalla. Semua musibah yang terjadi di alam ini, berupa gempa ataupun tsunami dan musibah lainnya yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan, itu semua disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat yang diperbuat. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala, وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuura: 30) Syirik merupakan kemaksiatan yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan dosa yang paling besar, yang tidak akan diampuni Allah Azza wa Jalla, jika pelaku syirik mati di atas syirik dan tidak bertaubat. Orang yang berbuat syirik adalah orang paling sesat, paling zhalim di muka bumi ini. Allah Azza wa Jalla berfirman : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13) “Sungguh Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 48) Firman Allah Azza wa Jalla : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mem-persekutukan (sesuatu) dengan Dia (syirik), dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 116) Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menghindarkan kita dari segala macam kesyirikan, dan dijauhkan dari siksa neraka. Aamiin yaa mujibas saa-ilin. Wallahu ta'ala a'lam bish shawab ✍Uray Sriwahyuni . . ISLAM DAN BUDAYA... Melihat realita Festival Palu Nomoni sebelum gempa dan tsunami. Semoga para 'ulamaa, ustadz atau pun da'i lebih memfokuskan da'wah mereka kepada tauhid, karena ini adalah asas, inti atau pokok da'wah yang Allah سبحانه و تعالىٰ mengutus para nabi dan rasul kepada tiap-tiap ummat, bukan politik apalagi haus akan kekuasaan dan jabatan. Allah ﷻ berfirman : "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) : 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.'" (QS. An-Nahl [16] : 36) Allah عز وجل berfirman : "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (tuhan yang berhak diibadahi dengan benar) selain Aku (Allah), maka beribadahlah kepada-Ku." (QS. Al-Anbiyaa' [21] : 25) Dari 'Abdullah bin 'Abbas رضي الله تعالىٰ عنهما, ia berkata, "Ketika Rasulullah ﷺ mengutus Mu'adz bin Jabal رضي الله تعالىٰ عنه ke Yaman, beliau ﷺ bersabda kepadanya : 'Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab (kaum Yahudi dan Nasrani), maka itu hendaklah yang pertama kali kamu da'wahkan (sampaikan) kepada mereka ialah agar supaya mereka mentauhidkan Allah. Apabila mereka telah mengetahui (mentaati) yang hal itu, maka beritahukanlah (sampaikanlah) kepada mereka sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Maka apabila mereka telah mentaati hal itu, maka beritahukanlah (sampaikanlah) kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka zakat pada harta-harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang faqir di antara mereka. Maka, apabila mereka telah mentaati (mengetahui, mengakui dan menetapkan) hal itu, maka jauhkanlah dirimu (janganlah mengambil) dari harta terbaik yang dimuliakan (disayangi) oleh mereka." (Shahiih, HR. Al-Bukhari, no. 1395, 1458, 1496, 2448, 4347, 4371, 7371, 7372, Muslim, no. 19 [29], 31, Abu Dawud, no. 1584, at-Tirmidzi, no. 625, an-Nasaa-i, V/55, no. 2435, dan Ibnu Majah, no. 1783) Al-Fadhil Al-Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas حفظه الله تعالىٰ berkata, "Maka hendaknya yang pertama kali dilakukan (oleh seorang) da'i adalah menyeru (menda'wahkan) manusia agar memperbaiki 'aqidahnya, sebab 'aqidah merupakan pondasi (pokok dari ajaran Islam)." (Syarah Kitab Tauhid, hal. 75) Dan sesungguhnya Islam datang tidak untuk menghapus 'urf (adat kebiasaan) atau budaya tradisi suatu daerah jika hal tersebut tidak bertentangan dengan syari'at Islam, hanya saja apabila menyelisihi apalagi sampai bertentangan dan menjurus kepada kesyirikan seperti menyembelih (baca : berkurban) kepada selain Allah maka wajib untuk ditolak dan diingkari, karena Islam itu tinggi lagi mulia, Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan seorang hamba apabila ia belum bertaubat. Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman : "Katakanlah : 'Sesungguhnya shalatku, ibadah (sembelihanku), hidupku dan matik hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam." (QS. al-An'aam [6] : 162) Dari A'idz bin 'Amr al-Muzani رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya." (Shahiih, HR. Ad-Daraquthni, III/181, no. 3564, dan al-Baihaqi, VI/205, Irwaa-ul Ghaliil, V/106, no. 1268) Sebagai contoh 'urf (baca : adat istiadat atau budaya) yang baik pada masa Arab jahiliyyah seperti berbakti kepada kedua orangtua, menghormati yang tua dst... tetap dipertahankan bahkan dilestarikan oleh Islam. Al-Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc حفظه الله تعالىٰ berkata, "Budaya apabila tidak bertabrakan (baca : bertentangan) dengan Islam maka ia tidaklah terlarang. Sesungguhnya yang terlarang itu apabila adat atau budaya tersebut menyelisihi syari'at Islam. Jika diibaratkan kepala adalah Islam, sedangkan budaya adalah helmnya. Maka sudah tentu standarnya adalah kepala kita, untuk dipakai aman dan nyaman tentu kita mencari helm yang sesuai dengan standar ukuran kepala kita, bukan kepalanya yang menyesuaikan helmnya. Sama seperti budaya ia harus dicocokan terlebih dahulu dengan syari'at bukan syari'at yang dicocokan dengan budaya, seperti itulah permisalannya." Palu Nonomi, itulah namanya... ya, sebuah ritual yang di dalamnya menjurus pada maksiat bahkan kesyirikan kepada Allah سبحانه و تعالىٰ. Semoga tidak ada lagi seseorang yang berkata, "Belajar tauhid lagi, tauhid lagi. Belajar mulu, bergeraknya kapan?" Tanggapan : Tidakkah ia membaca firman Allah سبحانه و تعالىٰ : "Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuatu dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raaf [7] : 96) Al-Ustadz Dr. Sufyan Baswedan, MA حفظه الله تعالىٰ berkata, "Ummat Islam khususnya tidak akan mungkin bisa mencapai kejayaan kecuali bila mereka mewujudkan apa yang disebut dengan tauhid." (Dauroh Tauhid Beres Negara Sukses) Inilah keutamaan tauhid. Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq. ✒ Abu 'Aisyah Aziz Arief_ . . Repost Fp Ittiba'Rasulullah Silahkan dishare Barrakallahu Fiikum at Ruko Zainal Arifin – Read on Path.
0 notes
manhajsalafiyyah · 1 year
Text
#Tawheed #OnenessofAllah
First thing one must call to..
Narrated by Ibn `Abbas:
When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people."
Sahih al-Bukhari 7372
Tumblr media
0 notes
khutbahs · 3 years
Photo
Tumblr media
How to invite to Islam? Narrated Ibn `Abbas: When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people."  Sahih al-Bukhari 7372 https://www.facebook.com/askMuslim/videos/what-is-tawheed-what-are-the-categories-of-tawheed-prophet-%EF%B7%BA-said-let-the-first-/304237617589948/
0 notes
en12sa · 7 years
Photo
Tumblr media
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Allah telah mengutus seluruh rasul dan menurunkan berbagai kitab untuk memerintah supaya bertauhid yaitu beribadah pada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 11: 51-52) Dalil dari hadits, dari Ibnu ‘Abbas ia berkata, لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ » . . . “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).
0 notes
khutbahs · 3 years
Text
How to invite to Islam?
Narrated Ibn `Abbas: When the Prophet (ﷺ) sent Mu`adh to Yemen, he said to him, "You are going to a nation from the people of the Scripture, so let the first thing to which you will invite them, be the Tauhid of Allah. If they learn that, tell them that Allah has enjoined on them, five prayers to be offered in one day and one night. And if they pray, tell them that Allah has enjoined on them Zakat of their properties and it is to be taken from the rich among them and given to the poor. And if they agree to that, then take from them Zakat but avoid the best property of the people."  Sahih al-Bukhari 7372
https://www.facebook.com/askMuslim/videos/what-is-tawheed-what-are-the-categories-of-tawheed-prophet-%EF%B7%BA-said-let-the-first-/304237617589948/
0 notes