Tumgik
#Sendiri
andromedanisa · 10 months
Text
Bagaimana Harus Bersikap??
Kenapa memilih diam, pergi dan menjauh sejauh mungkin?
Sebab ada jenis orang yang menolak yang paham dan sadar bahwa dirinya adalah akar dari permasalahan itu sendiri. dia menuduh orang lain sibuk dengan urusan orang lain, namun ia lupa dengan dirinya sendiri (aib) yang juga sibuk mengurusi urusan orang lain. Orang seperti ini biasanya menyakiti seseorang dan tak pernah merasa bersalah. Sebab baginya apapun yang ia lakukan ada sebuah tindakan yang benar, dan semuanya salah menurut ukuran dan cara pandangnya.
Orang seperti ini tidak akan pernah paham sekalipun banyak orang yang menjelaskan letak kesalahannya, orang seperti ini pula tidak akan menyesal atas apa yang telah ia lakukan kepada orang lain karena baginya hanya dia yang benar, dan semuanya salah sebab tidak bisa menerima kebenaran.
dia akan tetap berdiri pada pendiriannya sampai kapanpun sekalipun semua orang menasehatinya atau bahkan mengatakan letak kesalahannya, dan orang seperti itu akan punya banyak alasan perihal memutar balikan sebuah fakta dan sangat bisa menjadikan orang lain sebagai tersangkanya. Katanya, "pokoknya aku benar, orang lain yang salah karena gak paham atas maksudku."
Jadi, berhenti meladeni orang seperti itu. Berhenti berdebat dengannya, hargai dirimu sendiri. Jangan buang waktu dan energimu hanya untuk hal-hal yang tidak akan pernah dia bisa terima dalam hal apapun dan sampai kapanpun. Karena sungguh ini membuat lelah.
Biarkan dia dengan dirinya sendiri, biarkan dia dengan drama yang telah ia ciptakan sendiri, dan biarkan dia dengan prasangkaannya sendiri. Jangan menanggapi apapun itu. Sebab langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. Dan laut tak pernah menjelaskan bahwa dirinya dalam. Demikian pula dengan dirimu. Jangan berpijak pada hal-hal yang sia-sia saja.
Diam, pergi, dan menjauh lah sejauh mungkin. Sekalipun yang terlihat tak bisa kau menangi didunia, kamu masih memenangkan dengan caramu sendiri. Mengadu kepada Allaah yang Maha Kuasa.
Sebab ada beberapa hal yang memang dalam hidup ini harus kita bawa, atau memang harus kita tinggalkan. Bukan sebab berhenti peduli, melainkan urusan hati manusia hanya Allaah yang bisa memberikan kelembutan dan penerimaan tentang sebuah kebenaran.
Pada akhirnya kita akan paham, sekuat apapun kita ingin memahamkan kepadanya, sekuat apapun kita memberikan sebuah kebenaran untuknya. Urusan hati mutlak adalah urusan Allaah. Maka jalan terbaik adalah mendoakan kebaikan untuknya dan diri sendiri. Agar kala nanti kebenaran apapun itu sampai kepada kita tak peduli siapa yang menyampaikan, Allaah berikan kita kelembutan hati untuk menerima kebenaran sekalipun tidak kita sukai sebelumnya.
Sebaik-baik tempat kembali adalah mengembalikan semuanya kepada Allaah. Cukuplah Allaah. Cukup... Maka cukup mengenal orang-orang yang demikian.
*aku nggak bisa bales apa-apa. dan Allaah menyadarkan bahwa orang seperti itu nyata adanya. Ya Allaah...
Ruang || 12.03
96 notes · View notes
absurdismee · 6 months
Text
Puan..
Kau lestari dalam anganku, terpatri dalam seluk beluk urat nadiku, menggerutu merdu dalam pusara logikaku, menyeruak indah pada titian frasa intuisiku, tertawa syahdu diambang batas niscayaku. Kubiarkan kau berbaring tenang disana, kuabadikan tentangmu sebagai pijar bintang berpangku sukma.
Puan..
Jika cinta ini lautan hina, akankah kau bumi dengan samuderanya?. Jika kau biru segara, apakah bagimu cintaku ini merupa bencana?. Sejauh gurat yang kubaca, tintamu tetaplah gemercak rancu yang menghujamiku dengan rangkaian tanya tanpa susunan aksara. Sejauh hati ini merasa, megamu merundung angkasa bercampur mendung dan badai. Sedang aku langit dengan pasak rapuh yang dengan lancangnya mencoba mendekapmu penuh.
Kau terluka, dan aku lumpuh..
Sebab itulah aku pergi, tapi lubuk hati terdalamku tak pernah sedikitpun membencimu. Kau tetaplah rangkaian bunga yang melingkari pergelangan lenganku. Namun kini ia merupa ungkapan kasih yang sudah tak mampu kuemban lagi hanya dengan sebatas sabar. Ia merupa sajak-sajak kecemburuan, senandung bait-bait keikhlasan, deburan ombak tanpa teguran yang kelak kan menghantam. Ia bara api yang takut kedinginan tuk membakar, dan larik puisi yang dengan pengilhaman tidak untuk diprosakan.
Puan..
Aku mencintaimu dengan penuh ketakutan dan sadar. Namun jika mencintaimu dalam kediamanku membuatmu merasakan arti kedamaian, maka biarkan aku mewakilkan angin untuk membelai wajahmu dari kejauhan. Jika setulus juangku kau anggap tak lebih dari debu jalanan, biarkan aku menjadi hamparan angan yang bahkan tak tampak dalam harapan, hingga kemudian hilang.
Orang-orang kan berlalu lalang, tapi kau akan tetap terpatri dalam ingatan, mengalun indah pada tiap melodi memori yang terlinimasakan. Sebab cinta itu rumit, karenanya kepala ini merunduk kikuk. Maka puan, jika kepergianku ialah senja yang mampu untuk kau nikmati jingganya, biarkan aku terbenam dalam sore yang menunggu malam memadam. Bahkan bila mencintaimu bermaknakan untuk mengajariku penyesalan, maka biarkan aku menyesal dalam keabadian.
Puan...
Sebab aku merasa, menjadi mentarimu terlalu lancang bagiku. Siapalah aku ini. Sungguh tak layak bagiku menggerutu, memintamu mengorbit bintang katai merah tua renta yang tak tahu malu. Cahayaku terlalu redup untuk sekedar menghangatkan dinginmu. Gemerlap keberanianku telah terhisap kegelapan lubang hitam yang kau ramu.
Sejauh kata terucap, nafasmu pun masihlah hembusan keyakinan yang kuanggap tabu. Sepelik inikah berdamai dengan masa lalu?. Rasanya ingin kuingkari saja kenyataan bahwa kau disana, terbakar lalu lebur mengabu. Sesulit inikah mengubur sajak-sajak cinta yang pernah tumbuh sepenuh untukmu?. Rasanya ingin kubungkam saja seluruh pujangga dengan segala omong kosongnya perihal cinta dan rindu.
Puan...
Kini larik puisi kehidupanku telah runtuh. Bagai reremahan pecahan kaca yang basah menggunung, sedang kau di dalamnya, diam termangu tanpa ada sedikitpun keinginan mencipta lagi percikan getaran hati yang telah terbunuh.
Larik itu sudah tak indah lagi, bahkan sejak dari dulu kau tahu itu kan?. Ia telah gugur, bak dedaunan yang kalah dengan musim, kesusahan mempertahankan asupan klorofil yang tersalur. Selepas pergimu, kini ia mulai menguning, dan waktu kan menghukumnya hingga kering.
Meski aku kembali, binar matamu pun telah berbeda, sebab kini bagimu ada-ku hanyalah pupuk kompos yang menyuburkan kelopak bunga egomu. Namun bagaimanapun juga aku telah puas, sebab telah mengerti bahwa aku bukanlah lebah yang kau mau.
Untukmu yang takkan kembali,
kututup kisah ini dengan bab keikhlasan
dengan berat hati kuucapkan; Selamat jalan...
Kudoakan segala tentangmu selalu berpayungkan kebahagiaan.
V N B
42 notes · View notes
kafabillahisyahida · 1 year
Text
KADANG MENEPI AGAR AMAN, MENYEPI AGAR TENANG, MENYENDIRI AGAR MANDIRI, MUNDUR UNTUK MELIHAT LEBIH LUAS.
Ada beberapa manfaat dari menjaga pergaulan. tapi ini bukan berarti ga bergaul sama sekali, maksudnya hanya menjaga batas2nya.
Pertama lebih dijauhkan dari  berbuat dosa, termasuk perkara yang sia2 karena percaya atau tidak kita sangat mudah terjerumus pada gibah, fitnah dan hal yang ga berfaedah, PERCAYALAH lebih enak ga punya musuh daripada punya teman.
Kedua menjadi lebih produktif, peka pada peluang, banyak ide bermunculan, waktu luang tak banyak terbuang , dan sadar potensi,  lebih mudah belajar, beribadah. Fokus pada apa yang dimiliki dan lebih mudah mensyukuri
Ketiga lebih tawakal dan tidak mudah dipengaruhi , tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, maksudnya kita merasa cukup pada dunia sendiri, dan apa yang Allah beri,jadi tak mudah iri dengki. Karena sadar kita akan dihisab sendiri2 jadi Ikhlas memberi tak harap kembali. 
113 notes · View notes
kata-renjana · 2 months
Text
Sebuah sajak tentang sendirian.
Aku berjalan sendirian; bahkan semenjak aku berjalan bersamamu. Setelah kau tak ada pun; aku tetap terbiasa berjalan sendirian.
Aku menangis sendirian; bahkan seharusnya saat kau bisa menemaniku saat aku menangis. Setelah kau pergi pun; akhirnya aku tak menangis lagi.
Aku bahagia sendirian; bahkan semenjak bersamamu aku juga bahagia sendirian, karena aku tak tahu entah kebahagiaan seperti apa yang kau rasakan saat itu. Setelah kau tak ada pun; aku tetap bisa mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam hidupku.
Aku selalu sendirian; ada atau tidak adanya kamu.
Jadi, tak apa-apa.
17 notes · View notes
tempat-bercerita · 2 years
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
 - Pekanbaru, 17 Desember 2022
204 notes · View notes
chillinaris · 3 months
Text
Tumblr media
Aku harap kamu sembuh dari hal-hal yang tidak kamu ceritakan kepada siapa pun.
9 notes · View notes
delimacanda · 2 months
Text
Kadang (hanya terkadang), orang-orang di luar sana sungguh berisik.
Banyak pertanyaan - pertanyaan penuh selidik. Tidakkah aku butuh teman dalam melakukan perjalanan? Misalnya. Sebagian lagi mengatakan tidakkah aku lelah berjalan sendirian? Sebagian yang lain mengatakan alangkah menyenangkan saat berjalan beriringan, tidak perlu lagi merasa kesepian.
Sikap mereka hampir tidak ada beda, antara bertanya atau memaksa. Atau barangkali mereka hanya tidak tahu saja, bahwa sepi yang terlihat di luar sana, adalah bagian paling inti dimana aku bisa dengan leluasa berbicara pada bagian terdalam dari diri. 
Tenang saja, aku sudah bersahabat dengan sepiku sejak lama. Jadi menyoal kesepian itu hanya tentang bagaimana cara menyikapi dan mengisi hari juga hati. Sesekali cobalah posisikan sepi sebagai suasana yang memang harus dinikmati. Hingga hilang asumsi bahwa sepi adalah derita, karena memang bukan sama sekali. 
Coba saja tanya sama anak indie, bagaimana mengubah sepi menjadi nikmat? Dengan berteman musik klasik dan kopi hangat, misalnya. Tapi aku lebih memilih cokelat. Sambil tenggelam dalam sebuah buku meski tanpa alunan lagu. Sepi itu akan berubah menjadi nikmat. 
Lalu tentang tidakkah aku lelah berjalan sendirian? Sekali waktu merasa lelah, tentu. Tapi, jika kita coba berpikir dengan menyertakan hati, sebenarnya tidak ada yang terlalu melelahkan jika kita paham arah dan tujuan. Karena InsyaAllah lelah itu nanti akan terbayarkan. Tentang lelah, sebagai manusia normal pasti pernah merasakan. Dan itu hal wajar.
Lagi pula, sebenarnya kita tidak pernah benar-benar sendiri sekalipun di posisi tidak berteman sama sekali, meskipun berada di posisi sepi paling sunyi. Jika kita senantiasa menyertakan Illahi Rabbi, di setiap helaan nafas dan setiap langkah kaki.
Hanya saja, barangkali kita hanya harus mengubah cara berpikir sedikit saja. 
"Aku merasa bahagia saat merasakan lelah. Karena aku tidak pernah lelah merasa bahagia" misalnya. 
Atau "barangkali pada beberapa hal kita hanya perlu bertahan seperti yang sudah-sudah. Sampai lelah itu lelah mengikuti kita". 
Atau barangkali dengan segenap kesadaran lisan perlu mengatakan bahwa memang dunia adalah tempat berlelah, sebelum nanti Allaah berkata sudah. Saat perjalanan di bumi, telah sepenuhnya selesai. :)
Yogyakarta, 9 Juli 2024
8 notes · View notes
penaalmujahidah · 1 year
Text
Wahai kamu, wanita yang cantik hatinya..
Kenapa harus menangis setiap kali kamu saksikan satu persatu temanmu menikah? Berbahagialah sayang. Jangan kau tangisi dirimu yang masih saja terkurung dalam kesendirian. Tak usah merasa tertinggal. Kamu akan baik-baik saja meskipun belum menikah saat ini. Kita punya jatah waktu masing-masing. Tenanglah. Suatu saat engkau pun akan bahagia di waktu yang tepat. Segala tangisan kesepianmu, akan menyirami benih-benih kebahagiaan yang tumbuh mekar di saat paling tepat menurut Allah. Sabarlah, keterlambatan menikah bukanlah suatu aib. Jadi tak usah malu, tak usah merasa kalah. Sebab menikah bukanlah ajang perlombaan. Sekarang, selama masih ada waktu, selesaikanlah apa-apa yang perlu diselesaikan. Pelajarilah banyak hal, terutama tentang bagaimana menguatkan mental, meluaskan sabar, dan ruang penerimaan. Karena hakikatnya menikah adalah tentang bagaimana kita mampu bertahan dalam segala keadaan. Kelak kau akan dihadapkan pada kekurangan pasangan, pada rewelnya anak-anak, dan pada pekerjaan rumah tangga yang harus kau bereskan. Kuharap saat masa itu tiba kau bisa mengatasinya dengan benar. Pelajari bagaimana menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Agar dari rumahmu lahir sosok-sosok hebat yang membawa pengaruh besar bagi bangsa dan agama.
Sayang, kau harus bisa memahami dengan betul konsep menikah. Bahwa menikah adalah ibadah seumur hidup, yang tidak bisa langsung di akhiri setiap kali badai mengguncang kapal rumah tangga yang kau tumpangi. Aku berdoa, semoga kelak Allah pertemukan dirimu dengan sosok lelaki yang memiliki iman yang teguh, yang marahnya tidak menghina, dan memuliakanmu dengan cintanya.
Selamat menanti dengan anggun dan mensholihahkan diri sebelum bertemu dengan sosok yang sholih pilihan Allah.
Oh ya, satu lagi. Ingat kata Tere Liye, "Tidak usah terlalu cemas dan sedih jika tinggal kita sendirian yang belum menikah, sementara teman-teman terbaik sudah. Apalagi sudah tebal kuping terus ditanya kapan.
Karena dalam situasi tertentu, hal-hal paling indah selalu datang paling akhir. Persis seperti sunset, kalau kalian pernah menatap matahari tenggelam di pantai, momen paling brilian adalah di bagian terakhirnya."
Tetap bertumbuh sayang, selamat menanti dalam ketaatan. Karena kita tidak pernah tahu siapa yang lebih dulu menjemputmu. Entah seorang pangeran atau malaikat kematian. Namun, selama kamu dalam ketaatan in syaa Allah semuanya aman.
@penaalmujahidah
72 notes · View notes
seperduaarutala · 4 months
Text
BENARKAH SAYA TIDAK BUTUH ORANG LAIN?
untuk diriku, orang-orang yang kukasihi, dan sekumpulan yang sempat kujauhi.
Saya suka menyendiri. Hanya saya dan jutaan pikiran yang berkasih-kasihan. Namun, sejak kanak-kanak 'diam' diberi label negatif. Sekolah Menengah bahkan lebih liar. Keriangan kerap mendatangkan perundungan. Seni menyendiri itu barulah paripurna setelah menyelami dunia perkuliahan. Tanpa tahu cara mendekati, duduk dan berjalan sendirian terasa nikmat. Sepuasnya penjelajahan dilakukan, menemukan tempat paling sunyi di sudut kampus atau jalan pintas yang jarang dipilih manusia lain.
Beratus-ratus kali saya—dengan sangat sengaja—mengatakan tak ingin dibersamai siapapun. Berdalih itu mekanisme pertahanan diri. Padahal mungkin saja persoalannya lebih berat: takut kesepahaman sulit tercapai, takut harapan tinggi orang tak terwujud, takut akan kebergantungan manusia, dan takut-takut lainnya yang disadari ketika bermonolog. Benarkah saya benar-benar tidak ingin orang lain leluasa hadir?
Ternyata saya butuh orang lain. Sungguh! Saya butuh! Kebiasaan tidak ber-a-i-u-e-o hampir berujung pada kehilangan kemampuan bercakap-cakap. Mulut mogok bicara, kekosongan berjaya. Apakah kesadaran itu datang seperti pencuri? Tentu tidak. Percakapan di telepon dengan sosok kakak perempuan yang penuh kasih, celotehan lucu teman-teman, ayat-ayat kitab suci, firman dalam video singkat, dan masih banyak lagi sudah merupakan alasan kuat bahwa saya masih bisa belajar mencintai ramai dan keterbukaan.
Seperti periode mengandung, kelahiran kedekatan dengan orang memakan waktu. Ajaib benar manusia-manusia tersebut tahan banting dengan keanehan saya. Sedikit emosional, tapi terima kasih sudah berusaha memahami. Bertahan di sana walau diri ini serupa paradoks berjalan, yang kadang mendatangkan jengkel di hati. Tolong temani lebih lama lagi barangkali saya mampu tidak menyendiri sesering dulu, berhubungan lebih lama lagi, dan berhenti menutup akses dengan terus menyatakan saya suka menyendiri.
Leonny Eudia La Jemi, Mei 2024
8 notes · View notes
senantiyasa · 4 months
Text
aku ingin menjadi rumah
aku ingin menjadi rumah. bagi diriku yang tidak sempurna (sebagaimana manusia lainnya) ini. aku ingin menjadi rumah, bagi baiknya diri yang sedang kuusahakan. aku ingin menjadi rumah, bagi buruknya diri yang sedang kuupayakan untuk tersisihkan. aku ingin menjadi rumah yang aman dan nyaman untuk diriku sendiri.
di rumahku, aku bisa memeluk segala yang ada pada diriku. berhasil-berhasilnya, juga gagal-gagalnya. di rumahku, aku bisa duduk dengan tenang dan tidak terburu-buru ke sana kemari. di rumahku, meskipun aku tahu tidak selalu aku punya waktu, aku bisa berbaring dengan ringan.
rumahku tidak akan besar. ukurannya kecil saja, perabotannya pun belum lengkap. pelan-pelan jumlahnya akan bertambah, tapi kalau hilang suatu saat nanti pun tidak masalah. ada tanaman-tanaman yang tanahnya rajin kusirami dengan air. ada sayur-sayuran yang butuh tenaga untuk merawatnya, tapi menjadi asupan harian yang sehat. tidak harus ada kucing karena aku tidak begitu suka hewan itu.
di rumahku, tenangnya menjelma hangat. di rumahku, riuhnya menjelma gembira. di rumahku, semua perasaan dirayakan. bahagia disambut dengan tangan terbuka, begitu pula sedih yang terkadang datang meminta secangkir teh tanpa gula. kecewa juga sesekali tiba, setelahnya giliran penerimaan yang berkeliling ruang keluarga.
aku ingin menjadi rumah.
suatu saat nanti, mungkin ada rumah lain yang bersedia kudatangi. makin lama, rumah itu mungkin berkenan kutambahi dekorasinya. pemilik rumah lain itu mungkin bersedia juga bila aku sering berkunjung dan memasakkannya sup makaroni jamur. sebaliknya, suatu saat nanti, mungkin rumahku bersedia didatangi pemilik rumah lain. makin lama, rumahku bertambah satu set alat makan dan alat mandinya. aku mungkin berkenan pula pemilik rumah itu sering bermain dan membaca di teras rumahku.
mungkin waktu itu akan tiba. tapi, selagi penghuni rumahku masih satu-satunya adalah aku, aku mau menikmati setiap inci rumahku. mengenali setiap sudutnya. menjaga dan merawat setiap permukaannya dengan hati.
aku ingin menjadi rumah untuk diriku sendiri. yang aman, nyaman, walau harus repot setiap saat kurawat dengan hati.
senantiyasa, 2024.
15 notes · View notes
viviaramie · 2 years
Text
Tumblr media
Pada akhirnya kita ditakdirkan sendiri, melewati malam, siang lalu malam kembali.
Melihat bulan pada pantulan sisa-sisa hujan, meninggalkan kenangan.
Tak ada yang abadi, kala kunang-kunang meredupkan terang.
Semua berganti; musim kemarau ke musim semi.
Di rahim atau di dalam bumi nanti; kita sendiri.
Sajak ke - 9
121 notes · View notes
rumahkegalauan · 5 months
Text
Semua ada masanya, semua ada waktunya. Maafkan aku untuk semua kata2 yang menyakitimu, keputusan yang menghancurkanmu, kenangan yang menghantuimu. Selamat berlebaran ya. Ku harap semua akan semakin baik2 saja.
12 notes · View notes
iffanf · 7 months
Text
Mengapa harus malu belum menikah menjelang 30-an. Kesendirian yang disengaja, ikhtiar dalam ketaatan. Bukankah sungguh elegan. Terjaga karena Allah taa'la. Itulah jalan hidup dari Yang Maha Menentukan.
8 notes · View notes
kata-renjana · 8 months
Text
“Kamu tidak sendiri” itu tidak tepat. Yang paling tepat adalah Kamu selalu sendiri dan harus mengandalkan dirimu sendiri.
Kamu punya dirimu sendiri, berdiri dikakimu sendiri, dan kamu memutuskan kemana kamu akan pergi.
Kamu tidak punya siapapun dan bukan punya siapapun.
Orang lain hanya datang dan pergi, terkadang sedikit peduli tapi selebihnya? Mereka sibuk dengan masalah mereka sendiri.
Jadi, Kamu milikmu sendiri, andalkan dirimu sendiri.
Tidak apa apa; kamu lahir sendiri, mati pun akan sendiri. Sendiri tidak apa apa.
45 notes · View notes
yuppypo · 1 year
Text
Sebenarnya yang aku takutkan bukan kepergianmu, melainkan aku takut berada dalam kesepian. Walaupun nyatanya selama bersamamu aku sering merasakannya, namun yang aku yakini kau tetap ada disana, berdiri mematung menatapku dalam kegelapan. Kini tak ada lagi siapapun, bahkan hanya untuk sekedar menatap.
21 notes · View notes
chillinaris · 3 months
Text
Tumblr media
Duduklah di sini dan lupakan sejedag semua masalah dan kekhawatiranmu untuk sementara waktu..
Come alive.
11 notes · View notes