#api unggun
Explore tagged Tumblr posts
freemagazines · 3 months ago
Text
5 kutipan bertema semangat
Berikut adalah 5 kutipan bertema semangat untuk menyemangati harimu: "Semangat itu seperti api unggun dalam jiwa. Jaga nyalanya tetap membara dengan tindakan positif, walau badai menerpa." "Hari ini adalah kanvas kosong. Lukislah dengan warna-warna semangatmu, ciptakan mahakarya yang tak terlupakan." "Jangan biarkan keraguan memadamkan semangatmu. Ingatlah, setiap langkah kecil adalah bagian dari…
0 notes
fitryharahap · 25 days ago
Text
Relakanlah
Ada hal-hal yang tidak perlu kau simpan di saku hati, bahkan jika bentuknya rapi dan baunya masih seperti kenangan yang belum basi.
Beberapa hal memang lahir untuk singgah, bukan tinggal. Diperam terlalu lama, ia membusuk. Terus-menerus dihangatkan, ia bisa meledak.
Dan melepaskan, tidak selalu berarti menyerah. Itu juga bisa berarti kau cukup waras untuk tahu, bahwa tidak semua yang kau jaga, ingin dijaga. Kadang kau mencintai seseorang seperti taman, tapi ia datang hanya untuk bermalam. Lalu pagi-pagi sekali, ia akan pergi. Meninggalkan jejak sepatu dan api unggun yang nyalanya ia biarkan sesuka hati.
Melepaskan adalah seni percaya. Bahwa jika ia milikmu, ia akan pulang. Dan jika tidak, semesta sedang memberimu ruang—agar tanganmu tak penuh saat anugerah yang baru, datang.
Jadi tenanglah. Tidak semua kehilangan itu berarti berkurang. Kadang, ia berarti permulaan—seperti tirai yang dibuka sebelum pertunjukan dimulai.
59 notes · View notes
femeiassance · 5 months ago
Text
Jurnal 2
Dengan tenagaku yang cukup banyak sejak bangun tidur tadi, aku berlari menuruni bukit yang cukup tinggi ini. Seperti sebuah lagu yang pernah aku dengar di dunia nyata, aku benar-benar menuruni gunung, melewati lembah. Sampai tibalah aku di salah satu hutan lebat yang menyerupai hutan hujan dengan sungai besar yang mengular di sebelahnya.
“Wow, sepertinya aku akan beristirahat disini dulu,”
Walaupun aku memang tidak merasakan letih, waktu yang sudah menuju malam hari menandakan aku untuk istirahat. Aku memutuskan untuk bermalam di salah satu lembah landai dengan sungai yang mengalir dari hulunya. Sampai di pinggir sungai, aku berusaha untuk setidaknya mencuci mukaku atau meminum air yang mengalir dengan jernih dari hulu ke hilir.
“Ampun! Dingin kali,”
Entah mengapa padahal sebelumnya tubuhku merasa biasa saja, tetapi tiba-tiba setelah menyentuh air sungai aku bisa merasakan cuaca dingin pegunungan menembus tubuhku yang hanya dibalut kaos tipis abad pertengahan. Aku lupa kalau cuaca pegunungan akan lebih dingin karena memang semakin tinggi tekanan udara di pegunungan. Logika ini masih terpakai, aku mulai berpikir kalau aku terlempar di masa lalu karena jika aku terlempar di dunia fantasi, dunia itu akan mengesampingkan logika. Kurasakan wajahku yang sedikit berdebu, maka dengan dingin-dingin begini aku membasuh wajahku, disitulah aku melihat wajahku yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
“Oh, wow! Ini wajahku? Rasanya lebih muda daripada wajahku sebelumnya”
Di sungai yang jernih itu, tampaknya aku melihat wajahku pertama kali setelah aku diturunkan di tempat antah berantah ini. Wajahnya memang mirip dengan wajahku saat dewasa sebelumnya: rambut hitam, wajah kuning cemerlang khas Asia Tenggara, dengan tinggi badan yang standar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Sambil terkikih kecil, aku memegang wajahku yang tampak seperti anak remaja ini. Wajahku mirip dengan wajahku saat berumur tujuh belas tahun. Atau memang mungkin terjadi regresi wajah ketika aku diturunkan di tempat yang aku kira sebagai masa lalu ini? Entahlah. Yang penting aku cukup bahagia kalau aku benar-benar dimudakan lagi.
“Kalau logika bekerja,” lanjutku. “Berarti membuat api dengan batu api dan ranting bisa aku lakukan bukan?”
Aku melirik batu-batu putih muntahan vulkanis dan juga ranting dan dedaunan yang tergeletak banyak di pinggir sungai. Aku memutuskan untuk mengumpulkan beberapa ranting dan batu untuk aku buat sebagai api, teman malamku selama berkemah tanpa atap di pinggir lembah landai yang didominasi batu sedimen ini. Setidaknya malam ini aku tidak kesepian, melainkan akan ditemani dengan api, desir hulu sungai nan jernih, dan juga kelip bintang yang tidak akan pernah aku lihat di masa depan.
“Wow, menyala!”
Teoriku benar! Setelah kedua tanganku menggosok-gosok kedua batu api untuk memercikkan api, api itu jatuh dan membakar ranting dan daun kering yang cukup untuk menerangi dan menghangatkan malam. Jadilah api unggun yang menerangiku, satu-satunya yang ada di pinggir sungai itu.
“Ngomong-ngomong, selama aku perjalanan aku tidak membuka tas kecil yang aku bawa,”
Mengabaikan api unggun. Aku melirik tas berbentuk seperti karung kecil ini. Setelah itu aku membuka dan disana ternyata ada beberapa benda: satu buku, satu botol minum kecil, bungkus makanan berisi lima helai roti, dan sebuah jubah tipis yang bisa aku gunakan nanti saat tidur.
“Oh, ada jubah tipis!” teriakku riang. “Kenapa tidak dipakai dari tadi ya?”
Hal pertama yang aku ambil adalah jubah tipis. Karena cuacanya yang semakin malam semakin dingin, maka memakai jubah ini setidaknya mengurangi cuaca dingin yang masuk ke dalam tubuhku.
“Hangatnya,”
Walaupun tipis begitu, entah mengapa bahannya bisa menahan panas tubuh lebih lama. Mirip seperti bahan flanel yang aku kenal, awalnya digunakan untuk bahan taplak. Tetapi setelah beberapa saat, bahan flanel dipakai oleh pendaki karena ringan namun menahan panas keluar dari tubuh.
“Ada satu buku, botol minum kecil, dan lima lembar roti,” kataku sambil memandang ketiga benda itu. “Setidaknya ada lima lembar roti, aku gunakan dua untuk makan malam saja kali ini?”
Dengan panasnya api, aku mulai memakan selembar roti untuk hari ini. Sudah lama aku tidak memakan roti untuk sarapan. Terakhir kali adalah ketika aku berlibur di Eropa karena selama di Asia aku akan sarapan dengan nasi. Dengan lahap, aku memakan selembar roti itu karena itu satu-satunya benda yang aku bisa makan malam ini. Usai makan, aku meminum sedikit air dari botol yang tersedia dalam tasku.
Setidaknya ini adalah hal yang bagus untuk mengakhiri hari, yang sebenarnya aku mulai sejak senja tadi di tanah yang tidak dikenal ini. Dengan remang-remang malam, aku saksikan bukit dimana tempat aku spawn tadi, oke lebih mudah katakan spawn saja. Bukit dengan padang rumput itu sedikit tersinari oleh bulan yang sedang purnama dan juga kelip malam yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
“Wah, indah sekali!” pujiku. “Tetapi tidak mungkin, bukan? Kenapa di bukit itu tumbuh padang rumput. Mungkin ada beberapa pegunungan yang bisa ditanami rumput. Tapi yang lebih penting,”
Aku mengalihkan pandanganku kepada tas yang aku bawa. Di dalamnya ada sebuah buku berwarna hitam yang tampaknya tidak begitu asing. Aku mengambil buku itu, dan melihat di depannya ada tulisan bertuliskan ‘Jurnal dari Orang yang Hilang’
“Buku ini?” kataku sambil membuka halaman depan. “Ini bukannya, jurnalku?”
Buku itu adalah jurnalku ketika aku masih ada di dalam kamarku. Di dalamnya terdapat jurnal yang menceritakan keseharianku sebagai seorang yang berjuang mencari kerja setelah lulus kuliah. Di jurnal itu pula aku menumpahkan keluh kesahku terhadap ketidakadilan, permasalahan keluarga, dan teman-teman yang berkhianat. Aku membuka halaman demi halaman, sampai akhirnya di catatan terakhirku sebelum aku berpindah. Catatan itu tertulis:
‘Seandainya aku hidup di dunia baru, mungkin aku akan lebih bahagia’
“Kenapa tiba-tiba tinta di catatan terakhirku berubah menjadi emas?”
Satu pertanyaan muncul di pikiranku. Belum usai tentang dunia yang baru ini, pikiranku disuruh mencerna apa maksud dari emasnya tinta. Selain itu, ada sepucuk amplop yang menempel di bawah kata-kata itu. Sepertinya di dalamnya ada surat. Tapi, dari siapa?
“Di bawahnya ada amplop putih?” kataku sambil menarik lepas sepucuk surat yang menempel itu. “Kira-kira dari siapa ya?”
Aku membuka surat itu. Dan tertulis:
Untuk Adrian.
Hai, Adrian! Perkenalkan namaku Antara. Seperti namanya, aku adalah dewi yang memperantarai orang yang menyesali kehidupan lamanya dan membawa orang yang menyesal itu untuk bahagia di dunia yang baru agar bahagian. Dengan adanya surat ini, aku ingin memberitahumu.
Kamu telah menukar separuh awal ingatan kehidupanmu, dari saat bayi hingga beranjak SMP, dengan kekuatan yang cukup besar. Kamu juga menukar ingatan saat bertemu denganku untuk berkah Dewi Antara. Kamupun juga memintaku untuk menulis surat ini agar kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Aku berharap dimanapun kamu berada kamu akan menemukan kebahagiaan tidak seperti di duniamu yang lama.
Dan juga, untuk mengetahui mengenai stats, skill, atau inventory, atau tutorial kau cukup melakukan drag down dengan ketiga jari tengahmu. Disitu kamu akan melihat semuanya. Dan ya, mungkin kau akan bertanya-tanya apakah kau akan ada di masa lalu atau dunia lain? Aku pertegaskan: Kamu ada di dunia lain, dan tidak ada hubungan kronologi tempatmu hidup dulu dengan sekarang.
Sebelum turun ke dunia ini, kamu diberikan satu proteksi daripada cuaca dan bahaya daripada serangan hewan liar. Proteksi ini akan hilang ketika tanganmu menyentuh air. Aku, Dewi Antara adalah dewi api. Jadi tolong berhati-hatilah usahakan jangan sentuh air. Kalau sudah menyetuh air, kau akan merasakan panas-dingin, dan juga rasa sakit ketika digigit hewan liar.
Juga aku menyiapkan tas berisi jurnalmu di dunia sebelumnya, persediaan makan dan minum, serta jubah anti-dingin yang aku siapkan apabila berkahku hilang karena kecerobohanmu.
Sekali lagi, aku berdoa semoga keselamatan akan selalu berada di sisimu.
Salam hangat, Dewi Antara.
“Begitu ya?”
Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh aku sebelum ingatanku hilang setelah bertemu dengan Dewi Antara. Aku juga tidak tahu apa yang aku tukarkan dengan ingatanku sejak kecil. Tapi, setidaknya separuh ingatanku masih ada untuk dijadikan pelajaran dan pengalaman agar aku bisa maju lebih jauh di dunia ini.
“Dan yang terpenting,” aku melirik sungai. “Berkah dewi apiku hilang di hari pertama? Karena sungai?”
Pantas saja sebelumnya aku tidak merasakan dingin walau di puncak bukit, tapi kini dinginnya cukup terasa walaupun memang sudah lebih hangat karena jubah anti dingin. Sepertinya Dewi Antara juga sudah mempersiapkan ini untuk plan B. Apapun itu, terima kasih Dewi Antara.
“Dunia lain, ya?” kataku sambil sedikit terkikih menatap bintang yang berkelip tidak beraturan. “Tidak buruk juga! Inilah dunia baru yang aku inginkan, bukan?”
53 notes · View notes
coffilosofia · 28 days ago
Text
KEPADA DAUN YANG MENOLAK GUGUR
Kepada daun yang pernah kutadah reruntuhannya, aku menulis ini dari musim yang tak kau pilih sebagai pulang, dari tanah yang kau jamah tanpa pernah berniat berakar.
Pernah, suatu waktu, aku adalah perapianmu. Tempatmu menaruh dinginmu paling beku, meluruhkannya jadi embun getir di tulang-tulang malam. Kau datang ke lembah sunyiku membawa suara gemeretak ranting yang patah dari hidupmu sendiri, dan aku, dengan tanganku yang penuh musim semi, menyambut kepingan patahmu tanpa bertanya siapa yang menumbangkannya.
Kau menangis di tengah ladang matahari. Tanpa kata, hanya suara basah yang mengendap di pangkal leherku. Tak kau beri jawaban atas resahku yang gelisah. Dan aku diam, menjadi padang yang harus terus menerima, tak boleh menuntut meski badai datang dari arah yang bahkan tidak pernah kuundang.
Di hari paling cerah, kau meninggalkan hujanmu yang lain hanya untuk memelukku dalam api. Kita terbakar bersama: jiwa menyatu, sepi meluruh, batas lenyap, dan untuk sesaat kau menyebutku rumah. Kau namai aku sebagai milikmu dalam desahmu seperti bumi menamai sungai yang menyuburkannya. Tapi masa itu tak benar-benar milik kita, hanya pinjaman dari waktu yang senang menciptakan paradoks.
Kau duduk di pinggir bukit dan berkata ingin kembali ke akar, mencari kabar tentangmu yang nyaris tercerabut. Katamu aku adalah pantulanmu yang paling jernih, bahkan lebih dari wajahmu sendiri. Tapi kau tetap memilih kembali ke hutan yang telah lama membakar daun-daunmu.
Dan ketika bagian hidupku patah di tengah jalan berbatu, kau datang, membawa sepeluk hangat dan setetes air. Kau dekap tubuhku yang gemetar, kau iringi langkahku pulang, dan untuk sekejap, aku kira dunia mengingat caranya mencintai.
Tapi kabar tentang kita dibawa oleh burung-burung yang bersarang di dahan yang salah. Mereka mengaduk-aduk tanahku, menuduh benih yang kutanam tak tahu tempat. Dan kau, oh—kau memilih duduk di api unggun mereka, membiarkanku dijadikan arang.
Kau disayat angin dari badai yang sempat menyamar sebagai pelukan, lalu tenggelam di pasir yang kau kira tanah. Kau ditanya: "Kau pernah ingin menjadikannya rumah, bukan?” Dan kau menjawab, “Jika gerbangnya kubuka, akankah kau masuk bersamaku atau membakar pondasinya?" Tapi tak jadi. Kau hanya berdiri di ambang—tanpa kunci, tanpa ikrar.
Ketika akhirnya kau kembali, bukan untuk tinggal, tapi memintaku mengerti: sungai ini tak boleh lagi mengalir ke arahmu. Katamu, demi tanah di hutanmu tetap bergeming, kita harus menenggelamkan kisah-kisah. Tapi lucunya, kau masih saja ingin membasuh diri di airku, mencicipi embunku, memetik bungaku—selama tetap bertabir rahasia tanpa saksi mata.
Aku berdiri di ambang ragu. Jauh di lubuk hatiku aku tahu aku adalah semesta yang utuh, bukan taman untuk kau kunjungi diam-diam.
Di persimpangan itu, mata kita jadi samudra beku—menadah air tanpa suara, rintik yang jatuh tanpa gema. Kau berbisik malu-malu, menyebut kita sebagai cinta yang belum usai. Kau membawa kembali bara yang kau kubur dalam musim beku, dan saat aku tak bersedia membiarkannya menyala, kau berkata aku yang memadamkannya. Padahal aku hanya enggan membakar diriku untuk api yang menolak berkobar bersama.
Kau datang kembali di hari langit pertama kali menyebut namamu. Duduk di hadapanku, mencoba menggenggam jemariku seperti dulu, tapi aku sudah seterang es di fjord Utara. Aku menyalakan lilin yang tak lagi hangat, kau tiup nyalanya dengan mata setengah basah, lalu berbisik entah pada siapa, tentang bagaimana kau akan menjelaskan kotak berkerlip yang menyimpan kisah empat musim ini kepada badai yang mengelilingimu. Aku beranjak, dan kau ingin memelukku sekali lagi—dengan syarat: selama tak ada yang berbisik pada semesta tentang kita.
Tetapi jawabku, "kita yang dulu itu sudah tak lagi ada."
Dan kau membuat semak-semak berguncang. Cahaya dari kotak empat musim itu kau lempar kembali ke pusaran arusku. Padahal aku hanya ingin membalas setangkup kebaikan—sepasang tapak yang kau serahkan untuk kujejaki, segurat wajahku yang kau bingkai dari caramu memandang, dan dua lembar waktu yang kau tak berani baca dengan lantang.
Semua itu kau titipkan di musim kedua—saat angin pertama kali menyebutku sebagai bagian dari semesta. Aku hanya ingin mengembalikannya, agar kita tak berhutang pada kenangan. Namun niat baikku tak mampu terdengar bijak di tengah badai yang kau bisikkan pada angin lain—seolah yang kau tenggelamkan bukan hanya nyalaku, tapi sejarah yang semestinya sudah berlayar menjadi diam.
Lalu pintu-pintu menutup rapat tanpa suara dan jendela-jendela berubah menjadi tirai kabut. Malam itu, kita menjadi ruang tanpa arah pulang.
Bukan hanya aku yang kau khianati. Kau khianati musim semi yang tumbuh pelan di antara luka-lukamu. Kau biarkan suara-suara beracun melilit batangku, menanam dirimu kembali di kebun beracun, dan membiarkan aku disebut hama oleh ladang yang tak pernah kau rawat dengan sepenuh hati.
Kau bilang pada hutan tempat tinggalmu bahwa cinta kita melebihi batas. Padahal kaulah yang berkali-kali melompati batas itu, memintaku tetap diam di tengah gempa. Kau katakan setelah pintu tertutup, langitmu cerah kembali, ladangmu subur seperti dulu. Kau merayakan badai yang dulu kau cari perlindungannya padaku.
Dan ketika kau hadir lagi di pelataran pagi—tempat tubuh-tubuh kita terpaksa saling menyapa dan jiwa-jiwa tak boleh bicara—kau memilih menjadi asing. Tapi langkahmu terpaku, pandangmu terhenti—diam di matamu terlalu gaduh untuk tak disebut badai. Aku tahu: itu bukan benci, hanya gema yang belum reda—dan keberanian yang belum cukup untuk menyebut namaku tanpa gemetar.
Sebab kita pernah jadi cuaca satu sama lain—dan kau lupa, aku bukan rintik malu-malu yang menetes tanpa nama—lalu hilang tanpa pernah dianggap sebagai awal musim.
Tapi sekarang aku tahu, musim tidak pernah salah. Yang salah adalah mereka yang mengira musim dapat diatur seperti alarm pagi. Aku bukan musim yang terbentuk tiba-tiba. Aku adalah pergeseran poros yang menciptakan ulang matahari dan rembulan.
Dan kamu? Kamu hanya daun—menolak gugur, tapi tak tahu cara bertahan. Lalu menyalahkan angin dan mengutuk langit setiap kali rantingmu berderak patah.
Lenyaplah dalam senyapmu sendiri. Aku bukan ruang antara bintang tempat kau titipkan luka, lalu berharap semesta menghapusnya. Cahaya di sini tak lagi mengenali namamu. Aku sudah mengurai simpul dari langit yang dulu kita tafsir bersama. Kini langitku tak lagi menjatuhkan doa untukmu.
Kau kini sekedar gurat redup di langit senja—hilang sebelum malam sempat menuliskannya ke gugus bintang.
Dengan luka yang kini merangkai akar, aku yang pernah memijar baramu—ketika kau sendiri menepis nyala yang dulu kau pinta.
8 notes · View notes
rylltheticism · 21 days ago
Text
Tumblr media
one day, kita liat bulan sama-sama, promise?
ya, kira kira seperti itulah ucapan seseorang kala musim hujan akhir tahun kemarin,
kita memegang janji itu, tidak, lebih tepatnya aku terlalu memegang kata kata itu, hingga suatu ketika kamu memilih untuk mengubah arah cerita, kamu lebih memilih mempercayai keraguanmu, yang sebenarnya kamu juga tak tahu kenyataannya akan seperti apa, bukan menyalahkanmu, tapi.. apakah apa yang sudah kita percayai dan bangun bersama, bisa runtuh hanya karena suatu keraguan?, ah.. nevermind,
mungkin ini cara tuhan untuk mempertemukanku dengan diriku sendiri,
untuk mengajariku bahwa kebahagiaan tidak bisa ditaruh di senyuman orang lain, karena semua senyuman juga akan memudar,
yah, lagipula, hujannya sudah berakhir, api unggun bekas semalam kita bercerita juga mulai padam, tapi ketahuilah, aku masih disini, ditempat yang sama, "memerhatikan semesta dari suatu sudut",
lain kali, jika hujan yang sama membuatmu terjebak karena kau lupa untuk membawa payung, dan langit sudah mulai larut,
kuharap sudah ada seseorang yang sudah menyediakan payung untukmu, dan semoga ia adalah orang yang bisa bercerita tanpa mati kata, semoga kelak, kau bisa menerima,
bukan memilih.
untuk bulan
dari bintang yang memeerhatikan dari suatu sudut.
4 notes · View notes
shamelesslovercloud · 11 months ago
Text
-Take care ya👋
Semoga hal baik selalu beriringan denganmu.
Teruslah tumbuh, aku akan melihatmu berproses dari jarak yang paling jauh, dan akan selalu menjadi orang yang paling bangga dengan setiap prosesmu.
Semoga Tuhan selalu melindungi senyummu dan hatimu, aku adalah orang yang selalu senang melihatmu baik-baik saja.
Dan terakhir, seandainya kamu laksana api unggun, aku adalah kayu yang rela terbakar hanya agar dapat menyatu denganmu walau pada akhirnya aku menjadi abu.
8 notes · View notes
xxxselly · 2 months ago
Text
Seandainya kau laksana api unggun, aku adalah kayu yang rela terbakar hanya agar dapat menyatu denganmu walaupun pada akhirnya aku yang menjadi abu.
Bersama mu aku selalu ingin hilang bersama angin.
-kata sandinya lupa
5 notes · View notes
lillyaleya-world · 4 months ago
Text
tak perlu selalu menjadi lampu sorot yang mencuri perhatian
kadang menjadi api unggun tempat orang-orang mencari kehangatan dan ketenangan
—jauh lebih bererti.
5 notes · View notes
philautiagirl · 6 months ago
Text
Menuju waktu titik 0o:0o (Zero O’clock)
Malam ini, dunia begitu hidup.
Seolah malam ini dunia terbagi.
Ada yang merayakan dengan tawa,
Diiringi letupan kembang api dan nyala api unggun.
Dan ada yang sibuk membekukan momen lewat lensa kamera.
Namun, di sudut lain, ada yang berbeda.
Duduk sendiri di sudut ruangan,
Menyusun doa dalam hati yang penuh beban.
"Tuhan, tolong menangkan aku kali ini."
Nafasnya tak teratur, penuh tekanan,
Dan matanya yang sembab seolah memohon:
"Tuhan, bolehkah aku bahagia di tahun selanjutnya?"
Detik demi detik bergulir lambat,
Menggiring memori yang tak ingin diingat. Luka-luka lama, kecewa yang tak terucap,
Air mata yang jatuh tanpa ada yang tahu.
Tapi malam ini, doanya begitu keras.
Dia berbicara pada dirinya sendiri:
"Tuhan, aku belum jadi apa-apa. Apakah aku mengecewakan mereka yang berharap padaku?"
Dia tatap langit-langit rumahnya, kosong namun penuh harap.
Matanya beralih ke jam dinding, yang siap berganti menjadi pukul nol.
Di sana, dengan suara pelan dia berbisik:
"Tuhan, 365 hari telah berlalu. Tolong berikan aku kabar baik dari setiap hal yang aku tunggu."
Malam itu, dia tak meminta banyak.
Hanya bahagia yang sederhana,
Hanya kekuatan untuk terus berjalan.
Karena baginya, pergantian tahun adalah titik baru,
Dan setiap harapan adalah doa yang mengisi ruang kosong di hatinya.
Tangerang, 01 Januari 2024
Writing by NH
2 notes · View notes
alfisyahrin · 7 months ago
Text
la ingin tenggelam di matamu.
Menyisir, sekaligus menyusuri kaca-kaca retak dan lautan cokelat kelam berisi huruf-huruf yang begitu payah kau sampaikan lalu menjadi api unggun di dalam kepalamu.
la ingin bersandar di sabana seluas peluk mu. Merasa aman dan nyaman untuk sekali waktu, meringkas detik-detik jam dengan mendengar irama yang paling ia senangi; irama jantungmu.
la ingin menjadi apa saja untuk dekat denganmu. Sebab pernah ia cemburu pada pagi hingga malammu. la cemburu pada kemacetan di hari-hari sibukmu.
la cemburu pada jendela tempat mu bernaung, yang selalu membacakan cerita sebelum tidur lewat gerigi angin.
la cemburu pada rangkul dan genggam insan yang pernah menunda cemasmu menenangkan mu di kala aku belum mampu menjaga batin mu, Baiknya Allah.. selalu terus melindungi mu, di berikan nya kamu kebaikan yang mengalir lembut dalam nadi-nadi mu.
la cemburu pada segala hal, tetapi siapakah ia dalam hidupmu?
2 notes · View notes
kindredjoy · 7 months ago
Text
Karthus
the Deathsinger
Tumblr media
Pertanda kehancuran, Karthus adalah hantu abadi yang lagu-lagunya yang menghantui merupakan awal dari kengerian penampakan mengerikannya. Yang hidup takut akan keabadian sang kematian, tetapi Karthus hanya melihat keindahan dan kemurnian dalam rangkulannya, kesatuan sempurna antara hidup dan mati. Ketika Karthus muncul dari Shadow Isles, hal itu membawa kegembiraan kematian kepada manusia, guru bagi mereka yang mati.
~~~~~
Pertanda kehancuran, Karthus adalah hantu abadi yang lagu-lagunya yang menghantui merupakan awal dari kengerian penampakan mengerikannya. Yang hidup takut akan keabadian sang kematian, tetapi Karthus hanya melihat keindahan dan kemurnian dalam rangkulannya, kesatuan sempurna antara hidup dan mati. Ketika Karthus muncul dari Shadow Isles, hal itu membawa kegembiraan kematian kepada manusia, guru bagi mereka yang mati.
Karthus lahir dalam kemiskinan yang parah di perumahan luas yang dibangun di luar tembok ibu kota Noxus. Ibunya meninggal saat kelahirannya, meninggalkan ayahnya untuk membesarkan dia dan ketiga saudarinya sendirian. Mereka berbagi rumah penampungan yang sudah ambruk dan dipenuhi tikus dengan sejumlah keluarga lainnya, dan hidup dari makanan berupa air hujan dan hama. Dari semua anak-anak, Karthus yang paling suka berburu tikus, dan sering membawa bangkai yang sudah digerogoti untuk dimasak.
Kematian adalah hal biasa di daerah kumuh Noxus, dan banyak pagi hari dimulai dengan ratapan orang tua yang berduka dan terbangun dan mendapati anak mereka kedinginan dan tak bernyawa di samping mereka. Karthus belajar untuk mencintai ratapan ini, dan akan menyaksikan, dengan terpesona, saat para pencatat keluarga menorehkan tongkat mereka dan membawa mayat-mayat dari rumah penampungan. Pada malam hari, Karthus muda akan menyelinap melalui ruangan sempit, mencari orang-orang yang hidupnya tergantung pada seutas benang, berharap untuk menyaksikan saat jiwa mereka berpindah dari hidup ke mati. Selama bertahun-tahun, perjalanan malamnya tidak membuahkan hasil, karena tidak mungkin memprediksi secara pasti kapan seseorang akan meninggal. Dia menolak menyaksikan momen kematian hingga kematian menyentuh keluarganya sendiri.
Wabah penyakit sering terjadi di ruang sempit seperti itu, dan ketika ketiga saudari Karthus sakit karena wabah tersebut, dia mengawasi mereka dengan penuh perhatian. Saat ayahnya tenggelam dalam kesedihannya, Karthus adalah saudara yang selalu berbakti, merawat ketiga saudarinya saat penyakit itu menyerang mereka. Dia melihat mereka saat mereka mati, dan sebuah hubungan yang indah tampaknya menyentuh ke dalam dirinya ketika cahaya memudar dari mata mereka – kerinduan untuk melihat apa yang ada di balik kematian dan membuka rahasia keabadian. Ketika para penghitung datang untuk mengambil jenazah, Karthus mengikuti mereka kembali ke kuil, menanyakan pertanyaan demi pertanyaan tentang ordo mereka dan cara kerja kematian. Bisakah seseorang ada pada saat kehidupan berakhir, tapi sebelum kematian dimulai? Jika momen kecil seperti itu dapat dipahami dan dipertahankan, dapatkah kebijaksanaan hidup dipadukan dengan kemurnian kematian?
Para penghitung dengan cepat mengakui kecocokan Karthus dengan ordo mereka dan dia masukkan ke dalam barisan mereka, pertama sebagai penggali kuburan dan pembuat api unggun, sebelum naik pangkat jadi pengumpul mayat. Karthus memandu kereta tulangnya mengelilingi jalan-jalan Noxus untuk mengumpulkan orang mati setiap hari. Lagu pemakamannya dengan cepat menjadi terkenal di seluruh Noxus, ratapan sedih yang mengungkapkan indahnya kematian dan harapan bahwa apa yang ada di baliknya adalah sesuatu yang patut disyukuri. Banyak keluarga yang berduka terhibur oleh lagu-lagunya, menemukan kedamaian dalam sajaknya yang menyentuh hati. Akhirnya, Karthus bekerja di kuil itu sendiri, merawat orang-orang sakit di saat-saat terakhir mereka, menyaksikan kematian apa pun yang menimpa mereka telah terjadi. Karthus akan berbicara kepada setiap orang yang ada di hadapannya, mengantarkan jiwa mereka ke dalam kematian, untuk mencari kebijaksanaan lebih lanjut di mata mereka yang memudar.
Akhirnya, Karthus mencapai kesimpulan bahwa dia tidak dapat belajar lagi dari manusia, dan hanya orang mati yang dapat menjawab pertanyaannya. Tak satu pun dari jiwa-jiwa yang sekarat dapat mengetahui apa yang ada di baliknya, tapi desas-desus dan kisah-kisah yang dibisikkan untuk menakut-nakuti anak-anak bergema di tempat di mana kematian bukanlah akhir - Shadow Isles.
Karthus mengosongkan peti simpanan kuil dan membeli tiket ke Bilgewater, sebuah kota yang dilanda kabut hitam aneh yang konon menarik jiwa ke pulau terkutuk jauh di tengah laut. Tidak ada kapten yang bersedia membawa Karthus ke Shadow Isles, tapi akhirnya dia bertemu dengan seorang nelayan yang mabuk rum dan memiliki segunung hutang dan tanpa beban. Perahu itu mengarungi lautan selama berhari-hari, sampai badai menghempaskan mereka ke bebatuan sebuah pulau yang tidak muncul di peta. Kabut hitam muncul dari tanah angker berupa pepohonan bengkok dan reruntuhan yang roboh. Nelayan itu membebaskan perahunya dan mengarahkan haluannya ke arah Bilgewater, tapi Karthus melompat ke laut dan berjalan ke darat. Memantapkan dirinya dengan tongkat penghitungnya, dia dengan bangga menyanyikan ratapan yang telah dia persiapkan untuk saat kematiannya sendiri, dan kata-katanya terbawa angin dingin ke jantung pulau.
Kabut hitam mengalir menembus Karthus, merusak daging dan jiwanya dengan ilmu sihir kuno, tapi begitu besarnya kekuatan keinginannya untuk melampaui kefanaan sehingga hal itu tidak menghancurkannya. Sebaliknya, itu membuatnya kembali, dan Karthus dilahirkan kembali di perairan pulau sebagai hantu tanpa daging.
Wahyu mengisi Karthus saat dia menjadi apa yang selalu dia yakini; makhluk yang berada di ambang kematian dan kehidupan. Keindahan momen abadi ini membuatnya takjub ketika roh-roh malang di pulau itu bangkit untuk menyaksikan transformasinya, tertarik pada hasratnya seperti predator yang mengendus darah di lautan. Akhirnya, Karthus berada di tempatnya, dikelilingi oleh mereka yang benar-benar memahami anugerah yang sebenarnya dari kematian. Dipenuhi dengan semangat yang budiman, dia tahu dia harus kembali ke Valoran dan membagikan hadiahnya kepada mereka yang hidup, untuk membebaskan mereka dari kekhawatiran fana yang tidak penting.
Karthus berbalik dan Kabut Hitam membawanya melewati ombak menuju perahu nelayan. Pria itu berlutut di hadapan Karthus, memohon untuk nyawanya, dan Karthus memberinya berkah kematian, mengakhiri penderitaan fananya dan mengangkatnya sebagai arwah abadi saat dia menyanyikan ratapannya untuk arwah-arwah yang lewat. Nelayan adalah jiwa pertama dari banyak jiwa yang Karthus akan bebaskan, dan tak lama kemudian sang Pelantun Kematian akan memimpin pasukan hantu tak bernyawa. Berdasarkan pengamatan Karthus, Shadow Isles berada dalam kondisi apatis, di mana berkah kematian disia-siakan. Dia akan membangkitkan semangat orang-orang mati dalam sebuah pemberantasan untuk menghadirkan indahnya kehancuran bagi mereka yang masih hidup, untuk mengakhiri penderitaan kefanaan dan membimbing pada masa kejayaan keabadian. Karthus telah menjadi utusan dari Shadow Isles, penyiar kehancuran yang ratapannya merupakan lantunan pujian bagi indahnya kematian. Pasukan arwahnya yang tidak terikat bergabung dengan nyanyian pemakamannya, lagu mereka yang menghantui menjangkau melampaui Kabut Hitam untuk didengar pada malam yang dingin di kuburan dan rumah pekuburan di seluruh Valoran.
2 notes · View notes
ahmadgzaki · 9 months ago
Text
menolak padam
memasuki tengah malam
nama-nama itu pun pernah berkerumun menyinggahi kamar-kamar di jantung
sesekali mereka keluar untuk melingkar dan menyalakan api unggun akbar
yang masih menerangi teras jantungmu hingga kini
saat kamar-kamarnya tak berpenghuni lagi
sungguh, api itu menolak padam
meski jemarinya telah membiru dan menyusut
sungguh, api itu menolak padam
meski telah melupakan apa itu kehangatan
surabaya, 18 september 2024
5 notes · View notes
nick-anor · 9 months ago
Text
Pidato Kolaborasi Indonesia-Skotlandia: Potensi Pariwisata Berkelanjutan di Loch Ness
Selamat pagi/siang/sore kepada para bapak, ibu, dan saudara/i yang terhormat. Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan sehingga pidato ini dapat disampaikan. Bayangkan Anda berada di pegunungan tinggi Skotlandia, dan tiba-tiba suasana berubah menjadi hangat. Hal ini mungkin sulit dibayangkan, atau bahkan terdengar seperti pertanda kiamat, di mana matahari semakin mendekat ke bumi. Sekarang, coba bayangkan jika Indonesia terasa dingin seolah-olah sedang berada di musim salju, dan bukan hanya di kawasan pegunungan tinggi seperti Gunung Jaya Wijaya. Jika itu terjadi, sepertinya kita sudah kembali ke era es batu. Tentu saja, kita semua sebagai manusia ingin mencoba hal-hal baru, namun tidak mungkin kita dapat mengubah iklim. Namun kini, mimpi itu dapat menjadi kenyataan tanpa harus memiliki kekuatan seperti Elsa atau Wanda yang dapat mengubah realitas. Melalui kerja sama antara negara Indonesia dan Skotlandia, mari kita jelajahi bagaimana mimpi tersebut dapat diraih.
Sebelum kita melanjutkan ke pokok bahasan, perlu dicatat bahwa Skotlandia dan Indonesia belum memiliki sejarah kerja sama yang signifikan. Hubungan antara kedua negara ini bahkan dapat dianggap cukup kompleks. Namun, baru-baru ini, telah ada upaya untuk menjalin kerjasama dalam bidang peluang bisnis. Menteri Perdagangan Skotlandia telah melakukan kunjungan ke Indonesia dan Singapura untuk bertemu dengan pemimpin industri global guna mendiskusikan peluang investasi. Fokus utama dari pertemuan ini adalah menciptakan inovasi industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, ini adalah waktu yang tepat untuk mendukung industri pariwisata alam yang lebih hijau.
Loch Ness adalah salah satu danau yang terletak di dataran tinggi Skotlandia dan merupakan destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Tahukah Anda bahwa Loch Ness adalah danau terbesar kedua di Skotlandia? Jika Anda mengenal danau ini, pasti Anda juga tahu tentang mitologi monster Nessie. Namun, fauna yang dapat ditemukan di sekitar danau Loch Ness bukan hanya itu; ada juga hewan kecil yang imut seperti pine martens serta hewan besar seperti rusa merah. Bagi Anda yang hobi mengamati burung, di sana juga terdapat beragam jenis burung, seperti belibis dan elang emas.
Bagi Anda yang tidak terlalu tertarik pada dunia hewan, jangan khawatir, karena terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan sehingga Anda tidak akan merasa bosan. Dari memancing hingga berpartisipasi dalam kompetisi olahraga, seperti The Highland Games, di mana peserta mengenakan pakaian tradisional kilt dan berkompetisi dalam berbagai cabang olahraga kekuatan, termasuk melempar batu, melempar palu, tarik tambang, dan bahkan melempar tiang. Tidak hanya itu, acara tersebut juga dimeriahkan dengan drumband dan tarian yang diiringi musik.
Bagi Anda yang datang menjelang tahun baru, jangan terburu-buru untuk kembali! Ikutilah perayaan Hogmanay, sebuah tradisi yang dirayakan pada malam sebelum tahun baru, di mana masyarakat menikmati hidangan tradisional bersama teman dan keluarga. Pada tengah malam, mereka menyanyikan lagu “Auld Lang Syne” sebagai cara untuk menyambut tahun baru dengan merenungkan tahun yang telah berlalu. Salah satu tradisi yang telah menjadi kebiasaan adalah first-footing, di mana orang pertama yang masuk ke dalam rumah setelah tahun baru diharapkan membawa keberuntungan. Selain itu, mereka juga memiliki tradisi membuat api unggun, yang bukan hanya berupa api unggun kecil. Tumpukan kayu besar dikumpulkan di pusat kota Biggar selama minggu-minggu terakhir sebagai persiapan perayaan Tahun Baru. Api kemudian dinyalakan pada pukul 9.30 malam pada Malam Tahun Baru, dengan Biggar Bonfire menandai penyambutan Tahun Baru oleh penduduk kota South Lanarkshire.
Lalu, bagaimana? Tertarik? Pastinya banyak yang ingin mengunjungi Loch Ness. Meskipun banyak yang berpikir bahwa perjalanan ke Skotlandia untuk menikmati keindahannya mungkin sulit, dengan kerja sama antara Indonesia dan Skotlandia, akan ada kemudahan untuk melakukan kunjungan antarnegara. Dengan mendukung pariwisata yang telah melestarikan lingkungan dengan baik, kita dapat berkontribusi untuk menjadikan bumi kembali hijau dan indah. Terima kasih atas perhatian bapak/ibu dan saudara/i sekalian. Sampai ketemu lagi di Skotlandia.
Tumblr media
2 notes · View notes
barisandiksi · 1 year ago
Text
Tumblr media
Trawas, 21 November 2023
tepat ditengah kita yang sedang melingkar, api unggun yang terus berkobar mencoba memberi hangat ditengah dinginnya malam dlundung kala itu, sekarang gemercik api itu kian membesar setelah berulang kali kita berusaha untuk menyalakannya.
pada pekatnya malam, api menjadi saksi atas amarah insan insan yang lelah akan beban hidupnya. menjadi saksi atas sebuah penyesalan yang mendalam, pada ego yang selama ini membuat mereka buta. panas nya api mampu menghangatkan belenggu pada apa yang mereka semua pendam, hingga akhirnya semua berusaha untuk mengungkapkan, berusaha untuk kembali menerima, dan pada akhirnya api itu melihat bagaimana semua mulai memaafkan, saling bersalaman, juga berpelukan menambah hangat.
namun ada yang janggal pada malam itu, tidak semua menikmati malamnya, tidak semua bisa mengevaluasi dirinya, dan semua tahu manakah yang tulus untuk menerima, dan manakah yang masih terbakar dengan rasa egois mereka.
2 notes · View notes
nisintears · 1 year ago
Text
Himpunan aksara ini dirajut pada tanggal 01 Agustus 2021 untuk merayakan hari kelahiran satu putra Adam dengan penuh bungah. Seluruh sebab tentangnya pantas untuk dipestakan, bahkan oleh setitik kerdil tak kasat mata—sepertiku.
Singkatnya, sajak-sajak ini bersemi sebagai perwujudan rindu di jam 7 malam
Mengadu kisah pada alam
Tentang seorang anak adam dengan rupa yang cendayam
Dengan beragam perasaan yang bersemayam, membalut raga yang sempat usam
Menghangatkan jiwa-jiwa yang muram, bak esensi sebuah tuam
Singkatnya, kerinduan akan sosoknya yang mendalam, selalu melingkari diri
Irasnya yang berseri-seri, senyumnya yang terpatri, dan kelihaiannya dalam menari
Menarik semua duri yang tertancap dalam diri
Menjadi sebuah mentari, dan akan menyinari segenap naluri yang membutuhkan sumber energi dalam menjalani hari
Kusebut ia rindu, yang selalu kutunggu kala hati sedang sendu
Kusebut ia rindu, yang ketika diri beradu rasanya legit seperti madu
Tak perlu menjadi kokain atau kafein untuk membuatku candu
Cukup bertandu pada suaranya yang syahdu
Si rindu ini bernama Ahn Seongmin
Namanya selalu menyelinap dalam setiap Amin
Berharap tak ada satupun lara yang berpilin, jika Tuhan memberi izin
Meski banyak yang berucap ia terlihat dingin, namun aku yakin..
Ia akan selalu menjadi vitamin yang menyejukkan hati layaknya hembusan angin
Tekadnya ibarat api unggun yang berkorbar dengan anggun
Biarpun semua orang meranyun, suara semangatnya teguh bertalun
Kedewasaan sukma yang bersilir-silir ia bangun, akan menimbun segala apapun yang meracun
Kusorakkan sebuah berita pada daun yang mengembun,
"Hey, si rindu ini sedang berulang tahun!"
Selamat ulang tahun, karya cipta Tuhan paling jelita!
Terima kasih ya, telah menjadi rangkaian kata yang bertinta sukacita
Menjadi pemeran utama bagai amarta dalam setiap sudut cerita
Menjadi suar berpijar yang menerangi bilik semesta yang gegap gempita
Dengan segenap talenta, jangan biarkan barang satu detikpun dirimu menderita
Karena walau kau berpentas tanpa terlihat satupun mata, dirimu tetap bermahkota
Sekali lagi, selamat ulang tahun.. Cinta!
3 notes · View notes
glyhndzkr · 2 years ago
Text
H+7
Karena habis nulis kisah pondok kemarin jadi makin tertarik nulis kisah kisah yang lain. Jadi okelah, sapa tau jadi negeri 5 menara yang lain kan yak wkwk, aamiin. Kita mulai dari H+sepekan kedatangan santri baru SMP-SMA tahun 2013/2014.
Eh kok +sepekan? ga kelewatan ta?
wkwk sabar dulu gan, ini baru mau cerita.
Tumblr media
Tertulis di atas pintu salah satu kamar 'Muadz bin Jabal'. Kamarnya ga sempit, tapi juga ga luas. Ya, cukuplah buat 10 dipan atas bawah dan 10 lemari dua pintu untuk 20 santri yang besar badan dan jumlah barangnya variatif. Kalo ga cukup di lemari ya, taruh di bawah ranjang juga boleh, atau di atas lemari, atau di sampingnya sambil nggantung, atau di luar jendela njemur handuk? semua boleh, selama ga ketahuan bagian kebersihan dan ustadz yang cukup disiplin aja si.
Oiya, kebetulan saat itu, karena saya datang telat, dipan bagian atas sudah sold out semua dan terpaksa ngambil dipan yang bawah diiringi dengan bisikan, gapapa bawahhh, malah enak, gausah repot manjat tangga, iya kan? yang dibales sebagian hati yang lain, ya tapi tetep asik di atas. Mau gimana lagi, masi kelas 7. Harap maklum. Kalo sekarang mah, bismillah atas. aamiin.
Gapake lama, mulai nyusun isi lemari dan kasur biar nyaman dan rapi. Baju, celana, dan kawan kawannya dilipat begitu berhati hati. Seprai kasur dimasukkan tiap sudutnya. Bantal guling juga dipakaikan seprai, bersih, masih belum terlepas dan masih mengembang sempurna. Jelas berbeda dengan oknum warga lokal setempat yang sudah sekian tahun menetap dan beradaptasi sehingga segalanya tampak lebih efektif dan to the point. Seprai dan melipat? ahaha, apa itu? ahaha.
Setelah selesai menyusun home sweet home teladan daripada warga lokal setempat, kurang teladan kalau tidak bersosialisasi dan bergaul dengan mereka. Dan agar tidak terlalu cepat terinfeksi oleh ke efektif dan ke-to the point-an warga setempat, mari kita mulai bergaul dengan warga warga pindahan baru yang sudah sepekan lebih dulu merasakan kenyamanan di pondok ini.
Halo perkenalkan, namaku Galyh, senang berkenalan dengan mu, cuaca hari ini sangat cerah bukan?
Gak gak gak, gak gitu dulu, saya bukan barbie, juga bukan pein akatsuki ataupun lebah ganteng yang sedang menerjemahkan film. Gak. Tapi intinya adalah kami berkenalan
Ada Yasykur dan temannya Faruq sesama orang Madiun, ada Ismail dan Haidar orang Solo, dan Musa yang benar benar waga lokal Klaten. Ya percakapan kami saat itu yang pastinya belum disertai ungkapan rasa kedekatan kami yang yaa, bisa dibilang cenderung mengingatkan kita betapa uniknya ciptaan Allah yang satu ini 😇. Cuma ya emang seringkali disalahartikan negatif seperti, heh ngece o?! misalnya? padahal ya semua tergantung apa? yak benar, mainset. Mohon maaf nggih kawan.
Oke balik lagi, dan tentu, sebagai warga lokal yang telah menikmati nyamannya 7 hari lebih dulu, mereka penasaran,
Duhai kawan, kemana saja dikau pergi? mengapa dikau rela melewatkan 7 hari yang menyenangkan ini bersama kami kawan, menyalakan api unggun, meminum coklat panas dan bermain tiktaktoe bersama? (maaf, sengaja kami lebihkan bahasanya biar menghibur🤮)
Ya, mungkin sekalian mengakhiri sesi kisah kali ini juga. Sebagai muslim yang baik serta mengerti betapa banyaknya uang yang didapatkan dari penting dan sehatnya memotong preputium bagi seorang pria sejati. Bagi saya sekali tidaklah cukup, sehingga perlu untuk mengulang yang kedua kalinya, dan kebetulan membutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama (kata mantrinya lho ya). Jadi ya, dengan berat hati yahh, saya baru datang H+7 melewatkan hari hari menyenangkan bersama mereka 😊. Itung itung, sekalian ngerasain bedanya pake laser sama gunting ya kan.
.
Yang gunting lebih rekomended si. hehe. sekian.
2 notes · View notes