Tumgik
#bani israil
lamuide · 19 days
Text
Arti Islam
Islam adalah nama sebuah agama, sebagaimana agama lain juga memiliki nama. Misalnya, Hindu. Itu adalah sebuah nama yang berasal dari kata "sindhu" yang dalam bahasa Sansekerta berarti "sungai". Ada sebuah sungai yang bernama Indus yang mengalir di daerah sekitar India dan Pakistan saat ini. Kata Indus berasal dari kata "sindhu" tersebut. Adapun Hindu adalah nama yang masyarakat yang menetap di sepanjang lembah Sungai Indus itu. Jadi, nama "Hindu" berasal dari nama sebuah masyarakat yang berasal dari nama tempat yang berawal dari nama sungai (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 144)
Agama Hindu tidak berasal dari individu tertentu bahkan tidak bisa dikatakan berasal dari periode sejarah tertentu. Hindu adalah cara berbagai hidup yang mengkristal menjadi sebuah agama. Hal ini berbeda dengan biasanya agama-agama lain. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 144)
Nama agama Kristen berasal dari kata Yunani "Kristianos" yang berhubungan dengan kata "Kristus" yang berarti "Dia yang diurapi" atau "Dia yang dipilih Tuhan" atau "Al-Masih" atau bisa juga berarti "Al-Musthafa". Jadi, nama "Kristen" berasal dari nama gelar untuk orang, yang dalam hal ini adalah Yesus atau Nabi Isa as. Jadi, nama "Kristen" sangat bergantung kepada seorang Yesus atau Nabi Isa as dalam hal kelahirannya, kehidupannya, dan kebangkitannya. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 112)
Nama agama Yahudi mulanya adalah nama bagi keturunan Nabi Ibrahim as lewat putranya yang bernama Nabi Ishak as yang memiliki putra yang bernama Nabi Yaqub as. Keturunan Nabi Yaqub as inilah yang belakangan disebut Yahudi atau Bani Israil karena Nabi Yaqub as juga kadang disebut Israil. Nama Yahudi adalah pemberian dalam kitab-kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang mendapatkan Ten Commandments pada masa Nabi Musa as. Lalu, Yahudi dipimpin oleh Nabi Daud as dan kemudian Nabi Sulaiman as. Jadi, nama Yahudi mulanya adalah nama keturunan Nabi Ibrahim as yang kemudian menjadi nama agama. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 174-175)
Berbeda dengan agama-agama pada umumnya, Islam tidak diambil dari nama tempat, nama individu, atau nama keturunan dari seseorang. Islam adalah bahasa Arab yang bisa berarti ketergantungan kepada atau kesediaan untuk tunduk kepada supremasi Ilahi, Tuhan, Allah SWT. Bahkan seorang Kristiani yang tunduk dan tulus kepada Tuhan bisa disebut tergolong Islam. Memang ada beda Islam dengan huruf I besar dengan islam dengan huruf i kecil. Dengan huruf i kecil, siapapun yang tunduk dan tulus kepada Tuhan disebut Islam. Tetapi Islam dengan I besar hanya mereka yang menyatakan syahadatain. (Martin Palmer, World Religions, London: Times Books, 2004, 156) .
Karena itu, Islam tidak bisa disebut ajaran Muhammad atau Muhammadanisme. (M. Quraish Shihab, Kumpulan 101 Kutum tentang Islam, Tangerang: Lentera Hati, 2016, 8). Islam bahkan lebih tepat (walaupun masih keliru) disebut sebagai Damaiisme atau ajaran damai daripada Muhammadanisme karena fokus Islam adalah pada inti ajarannya sendiri, bukan pada pembawanya.
Mengapa mereka yang tunduk dan tulus kepada Tuhan bisa tergolong Islam dengan i kecil? Seluruh manusia (juga seluruh makhluk) pada dasarnya memang tunduk kepada Tuhan, baik mereka menyadari atau tidak atau mereka mengakui atau tidak. Adakah manusia yang mampu menolak untuk menjadi manusia dan tiba-tiba terlahir sebagai manusia, sebagai laki-laki, sebagai perempuan, dan seterusnya? Tentu saja tidak ada. Jadi, pada dasarnya, semua makhluk tunduk dan itu berarti semua makhluk adalah Islam dengan i kecil.
Ketika seorang manusia menyadari dan mengakui bahwa dia memang tunduk dan tulus kepada Tuhan, maka dia mulai memasuki Islam dengan I besar. Ketika dia bersyahadat, maka benar-benar dia memasuki Islam dengan I besar. Namun, jika seorang manusia bersyahadat, tetapi tidak ada kesadaran dalam dirinya bahwa dia tunduk dan tulus kepada Tuhan, maka sesungguhnya dia masih dalam Islam dengan i kecil, walaupun secara lahiriah dia masuk Islam dengan I besar.
Sebagai perwujudan dari misi Islam untuk kedamaian manusia, maka Islam menegaskan dirinya berasal dari Allah SWT. Ini penting karena jika berasal dari manusia, maka yang menjadi sentral bukan hanya ajarannya, tetapi juga pembawanya. Jika itu yang terjadi, maka bisa saja akan muncul sosok sebagai tirani pembawa yang menahbiskan dirinya sebagai faktor paling penting dari ajaran Islam itu sendiri. Tirani pasti tidak akan pernah membawa kepada kedamaian.
Meski berasal dari Allah SWT, Islam adalah agama kemanusiaan, bukan agama Ketuhanan karena ajaran Islam adalah untuk kepentingan manusia, bukan kepentingan Tuhan. Posisi sentral Tuhan dalam Islam bukan sebagai tanda bahwa Islam untuk Tuhan, tetapi untuk menutup kemungkinan ada sosok-sosok makhluk yang menitipkan kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan budayanya dalam ajaran Islam atas nama ajaran Islam. Dampaknya akan sangat buruk karena mengatasnamakan agama untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Karena Islam adalah untuk kemanusiaan, maka Islam sangat memaklumi realitas kemanusiaan itu sendiri. Manusia yang berdosa sebesar apapun tetap terbuka pintu taubat baginya karena Islam memaklumi kealpaan manusia. Bahkan bagi Islam, apapun dalam kehidupan manusia bisa menjadi ibadah. Jika itu ibadah seperti shalat, puasa, atau zakat, maka itu memang ibadah. Tetapi jika itu bekerja, berkarya, mencari nafkah, bergaul sesama manusia, yang tampaknya adalah urusan sehari-hari atau tampak sepele, tetapi dalam Islam semua itu adalah ibadah karena dengan itu, manusia bisa bermanfaat bagi sesamanya manusia.
0 notes
pencopanko · 11 months
Text
Antisemitism and Islamophobia are very similar (if not the same), actually
So I was scrolling down the #palestine tag for any updates and important information, and I came across this:
Tumblr media
And I think we need to sit down and talk about this.
I am a Muslim. I live in Indonesia, a country that is predominantly Muslim and a lot of Muslims here also support the Palestinian cause. Hell, even our government supports it by not only allowing Palestinian goods enter the country without fee, but also by taking in Palestinian refugees and even acknowledging the status of Palestine as a state while not having any political ties with Israel. The topic of the Palestinian tragedy has been spoon-fed to us at schools, sermons, media, etc., so your average Indonesian Muslim would at the very least be aware of the conflict while non-Muslims would hear about it from their Muslim friends or through media.
However, there is a glaring problem. One that I keep seeing way too often for my liking.
A lot of them are antisemitic as hell. The sermons I would hear sometimes demonize Jewish people. Antisemitic statements are openly said out loud on social media. Some are even Nazi supporters who would literally go to anime cons and COSPLAY as members of the Nazi party. This is not just an Indonesian Muslim problem, no, but this is a glaring issue within the global Islamic community as a whole. Today, this sense of antisemitism is usually rooted in general hatred towards the Israeli government and its actions against the people of Palestine, but antisemitism amongst Muslims are also rooted in certain interpretations of verses from the Qur'an and Hadith mentioning Jewish people and Judaism (particularly the Bani Israil), but in a way that is more ridiculing instead of life-threatening when compared to how antisemitism looks like in the Western world.
As someone who prefers to become a "bridge" between two sides in most cases, I find this situation to be concerning, to say the least. While, yes, it is important for us Muslims to support Palestine and fight against injustice, we must not forget that not every Jewish people support the Israeli government. A lot of them are even anti-Zionists who actively condemn Israel and even disagree with the existence of Israel as a state as it goes against their teachings. A lot of them are also Holocaust survivors or their descendants, so it is harmful to think for one second that Hitler's actions and policies were justified. It's just like saying that Netanyahu is right for his decision to destroy Palestine and commit war crime after war crime towards the Palestinians.
As Muslims, we also need to remember that Jewish people (the Yahudi) are considered ahli kitab, i.e. People Of The Book along with Christians (the Nasrani). The Islam I have come to know and love has no mentions of Allah allowing us to persecute them or anyone collectively for the actions of a few. While, yes, there are disagreements with our respective teachings I do not see that as an excuse to even use antisemitic slurs against Jewish people during a pro-Palestine rally, let alone support a man who was known for his acts of cruelty toward the Jewish community in WW2. They are still our siblings/cousins in faith, after all. Unless they have done active harm like stealing homes from civilians or celebrating the destruction of Palestine or supporting the Israeli government and the IOF or are members of the IOF, no Jewish people (and Christians, for that matter) must be harmed in our fight against Zionism.
Contemporary antisemitism is similar to (if not straight up being the exact same thing as) contemporary Islamophobia, if you think about it; due to the actions of a select few that has caused severe harm towards innocent people, an entire community has been a target of hate. Even when you have tried to call out the ones supporting such cruelties, you are still getting bombarded by hate speech. It's doubly worse if you're also simultaneously part of a marginalized group like BIPOC, LGBTQ+, etc. as you also get attacked on multiple sides. This is where we all need to self-reflect, practice empathy, and unlearn all of the antisemitism and unjustified hatred that we were exposed to.
So, do call out Zionism and Nazism when you see it. Call out the US government for funding this atrocity and others before it that had ALSO triggered the rise of Islamophobia. Call your reps. Go to the streets. Punch a fascist if you feel so inclined. Support your local businesses instead of pro-Israel companies.
But not at the cost of our Jewish siblings. Not at the cost of innocent Jewish people who may also be your allies. If you do that, you are no different from a MAGA cap-wearing, gun-tooting, slur-yelling Islamophobe.
That is all for now, may your watermelons taste fresh and sweet.
🍉
Salam Semangka, Penco
661 notes · View notes
kayyishwr · 4 months
Text
Sebagaimana doa Nabi Musa saat melarikan diri atas kejaran orang-orang Bani Israil, karena saking kuatnya tak sengaja membunuh seseorang yang sedang dilerai
"Rabbi inni limaa anzalta ilayya min khoirin faqiir"
Allah Maha Tahu, Nabi Musa hanya butuh makan untuk kembali dapat energi, tapi Allah berikan lebih, karena Allah Maha Tahu yang terbaik, yang dibutuhkan hambaNya
Sebagaimana kesadaran diri Nabi Yunus, saat pergi meninggalkan kaumnya, karena berputus asa, beliau berdoa dalam kegelapan, yang sangat gelap, benar-benar gelap
"Laa ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzholimin"
Maka saat kembali ke daratan, 1000 orang kaumnya sudah memeluk ajaran tauhid
Sebagaimana senyuman, harapan, dan doa Rasulullah saat ditawari Malaikat Jibril yg dibersamai dua Malaikat pemikul gunung untuk ditimpakan pada penduduk Thaif
"Tidak, jangan. Aku ingin diutus sebagai pembawa rahmat bukan musibah, dan sungguh mereka kaum yang belum tahu. Semoga kelak dari sulbi-sulbi mereka lahir para mujahid pembela agamaNya"
Allah, Allah, Allah!😭
Sedikit rangkuman dari yang disampaikan ustadz Salim A Fillah; menyadarkan diri ini. Seberat apapun bebanmu hari ini yis, sesendiri apapun hari ini kau rasakan yis, atau bahkan sesepele apapun keinginanmu yis
Mintalah pada Allah, adukan padaNya, ingatlah Dia!
165 notes · View notes
edgarhamas · 10 months
Text
Pembuka Generasi Pembebasan
Edgar Hamas, (@cerita.edgar) Founder Gen Saladin
Ketika akun IG saya disegel Meta, entah kenapa saya malah merasakan sesuatu; kelegaan. Lega, karena ternyata apa yang saya tulis dan sampaikan ternyata digelisahkan.
Lalu saya senyum sendiri, membatin, "akun IG tumbang, bisa buat lagi. Tapi nyawa di Gaza yang hilang, tidak."
Tumblr media
Edgar Hamas ini bukan nama pena. Ia nama asli saya sejak lahir. Ia menjadi satu kebanggaan tersendiri buat saya sampai sekarang. Bagi Syaikh Ahmad Yasin sendiri, lahirnya H@mæs adalah sebuah penanda terbitnya generasi baru setelah 40 tahun zionazi bercokol di Palestina.
Beliau bilang, bahwa 40 tahun adalah fase yang dibutuhkan untuk mengganti generasi satu ke generasi selanjutnya. Syaikh Yasin tadabburi itu dari perjalanan Bani Israil dalam Al Qur'an, kala dihukum oleh Allah di Padang Tiih 40 tahun lamanya.
Setelah 40 tahun, apa yang terjadi?
Muncul generasi baru yang berbeda cara pandang dari yang lalu.
Jika yang dulu adalah generasi pengecut yang takut untuk masuk ke Palestina, maka generasi baru yang dipimpin oleh Yusya bin Nuun ini memutus rantai kepengecutan itu. Mereka membuka lembaran keberanian dalam sejarah.
Itulah mengapa Syaikh Yasin menggambarkan bahwa generasi umat ini akan terbagi menjadi 3 kali 40 tahun. Yang gelombang pertama adalah generasi yang merasakan awal penjajahan. 40 tahun kedua adalah perlawanan, dan generasi 40 tahun ketiga adalah "tahrir", pembebasan.
Jadi, yang kamu lihat hari-hari ini, adalah mukadimah bagi lahirnya generasi pembebasan, insyaallah. Sebab banyak pula analis, jurnalis hingga sejarawan yang mengatakan,
"dunia akan sangat berbeda antara sebelum gerakan Thufanul Aqsha (Badai Al Aqsha) dan setelahnya."
Kamu pun, merasakannya...
Umat ini tidak akan tidur selamanya. Ada sunnatullah bahwa segala sesuatu itu terus bergulir, dan sejarah pun membekali kita dengan contoh-contoh yang nyata. Pasukan Crusader tumbang, Mongol runtuh, Buwaih luruh. Zionazi? Bahkan mereka pun tahu umur mereka menuju senjakala.
Saya sering menyampaikan bahwa kita adalah generasi yang ada di persimpangan sejarah. Kita akan lihat "shifting" yang banyak. Yang dulu kuat, mulai sekarat. Yang dulu adidaya, kini mulai meminta-minta. Dan kau tahu tanda sebuah peradaban akan hancur?
Kezalimannya menjadi-jadi.
323 notes · View notes
belantaraaksara · 3 months
Text
Tidak berjudul, baca saja omong kosong di bawah ini. Jika tertarik, sempatkanlah berkomentar, caci maki juga boleh. Jadikanlah ruang komentar sebagai ruang bebas kritik.
"Lebih mulia jika dianggap buruk namun sebenarnya baik, daripada dianggap baik tapi sebenarnya buruk" kata sebuah quotes di google. Hehe.
Beberapa kali tampak didepan mataku orang-orang suci itu bertikai karena sesuatu. Entahlah. 🎭 Ilmu yang telah ditimba sejak dini sampai dewasa hingga ke pelosok-pelosok negeri China itu dikemanakan?
Manusia tetaplah manusia. Kita semua berpakaian di hadapan manusia dan telanjang di hadapan Tuhan. Kita semua pembenci, serakah, sombong, dan selalu merasa diri sudah baik. Seperti halnya dalam cerita di golongan kaum Bani Israil, yaitu Khali dan Abid sang ahli maksiat dan ahli ibadah. Kira-kira begitu lah, dan faktanya di zaman ini merajalela yang seperti itu.
Ahh biarlah, panjang umur untuk semua hal-hal baik. Semoga selalu diberikan kesehatan dan dilimpahkan rejekinya. Karena membenci dan me-review keburukan orang lain butuh tenaga dan materi untuk mengisi perjamuan di atas meja-meja pergibahanan.
Sesekali cobalah untuk menggali lagi lebih dalam diri sendiri. Mungkin kita lupa perihal itu lantaran terlalu fokus belajar, menilai banyak hal dan mengejar sesuatu.
••••
Hmmm. Oke. Tulisan diatas hanya omong kosong yang gue buat yah. Jangan diseriusin. Gue cuma orang goblok yang tersesat dan terlena oleh keadaan. Tapi jangan khawatir, "karena sejauh jauhnya kita tersesat, pada kebenaran lah kita kembali" kata Buya Hamka pada suatu ketika. Bismillah.
••••
Ya Allah, jauhkan hamba dari sifat dengki dan serakah. Jauhkan hamba dari perasaan membenci saudara sendiri. Bukalah pintu hati hamba agar selalu bisa menebar kebaikan. Dan ya Allah, rengkuh aku dengan sapa dan anugerah mu. Hamba jenuh berjalan di gelapnya ketersesatan ini. Hamba ingin kembali kepada kebenaran tanpa menjadi manusia yang munafik. 🤲🏼
Aku tidak butuh harta, aku tidak butuh uang, aku hanya ingin terbang dan ruang dimana aku benar-benar merasa nyaman akan kebaikan di dalamnya. Hingga tibalah waktu dimana aku benar-benar harus pulang.
Jakarta 18/6/2024
Fadliansyah Ramadhan
22 notes · View notes
journal-rasa · 4 months
Text
Validasi Terbaik dari Allah
Pernah dengar lagu Yura Yunita yang Tutur Batin?
Kadang kalau dipikir, lucu juga, ya.
Kita ke sana kemari hanya demi sebuah validasi. Haus mencari perhatian hanya demi sebuah pengakuan.
Padahal, Allah sudah kasih kita satu surat yang luar biasa, yang sanggup memvalidasi semua perasaan kita. Semua kesedihan kita. Semua kegalauan kita.
That's, Al-Kautsar.
Surat ke 108 di dalam Al-Qur'an. Isinya hanya tiga ayat, tapi maknanya luar biasa.
Menurut asbabun nuzulnya, ayat-ayat ini diturunkan ketika ada pemuka kaum Quraisy yang merasa lebih baik dari nabi Muhammad (shalallahu 'alaihi wa salam), mereka mengatakan bahwa nabi (shalallahu 'alaihi wa salam) adalah 'abtar', atau bisa dibilang terputus keturunannya karena nabi (shalallahu 'alaihi wa salam) tidak memiliki anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya.
Diceritakan bahwa nabi (shalallahu 'alaihi wa salam) seketika tersenyum setelah menerima wahyu yang hanya berisi 3 ayat ini.
Tentu, karena surat ini menjadi validasi yang luar biasa bagi siapa pun yang beriman pada Allah.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. [1]
Hey, kenapa kamu sibuk dengerin apa kata orang? Apa omongan orang tentangmu, yang bahkan mereka tidak tahu apa-apa tentangmu?!
Tidakkah kamu menyadari bahwa Allah telah mengkaruniakan begitu banyak nikmat-Nya padamu? Pernahkah kamu menghitung nikmat-Nya? Sudahkah kamu mensyukurinya?
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. [2]
Hey, jika kamu sudah sadar akan nikmat Tuhanmu, maka dirikanlah shalat itu untuk Tuhanmu.
Coba, selama ini kau shalat karena apa? Karena hendak mengikuti ujian? Karena akan ada interview kerja? Karena harus presentasi project? Atau sederhananya, hanya karena itu kewajiban?
Kapan terakhir kali kau benar-benar memaknai bacaan Al-Fatihah di dalam shalatmu? Kapan terakhir kali kau benar-benar meminta untuk ditunjukkan pada jalan yang lurus, sebagaimana jalan orang-orang yang telah Allah anugrahi nikmat pada mereka? Bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang disesatkan? (Itulah makna 2 ayat terakhir surat Al-Fatihah)
See, ini nyambung sama ayat pertama.
Ketika kamu sadar bahwa kamu sudah dikaruniai nikmat yang banyak, maka kamu bingung 'kan bagaimana cara menggunakan nikmat itu, agar nikmat itu tidak sia-sia? Agar nikmat itu kelak tidak mencelakakanmu atau orang-orang disekitarmu?
Maka dari itu kamu diperintahkan untuk melaksanakan shalat karena Tuhanmu. Di dalamnya kamu akan meminta untuk ditunjukkan pada jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah dianugrahi nikmat. Iya, seperti kamu. Agar kamu tidak terjatuh pada 2 golongan berikutnya, yaitu golongan orang yang dimurkai dan golongan orang yang disesatkan.
Setelah kamu mendirikan shalat karena Tuhanmu, maka selanjutnya kamu diperintah untuk berkorban untuk Tuhanmu.
Sebagaimana pengorbanan nabi Muhammad (shalallahu 'alaihi wa salam) yang harus rela tidak memiliki penerus laki-laki karena statusnya sebagai Khatamul Anbiya. Jika Nabi (shalallahu 'alaihi wa salam) memiliki penerus laki-laki, dikhawatirkan anak itu akan memiliki sifat-sifat kenabian.
Atau pengorbanan seperti yang terjadi pada Maryam binti Imran, yang senantiasa menjaga kesuciannya. Namun, Allah meniupkan ruh ke dalam rahimnya yang membuatnya mengandung tanpa pernah disentuh. Hal itu menjadikannya harus menerima berbagai cacian dan hinaan dari kaum Bani Israil yang tidak mengerti.
Atau pengorbanan sebagaimana yang dilakukan Khidr. Ia seorang yang paham ilmu agama, tapi Allah memakai tubuhnya untuk melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama. Yang mana semua memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Ketika kita sudah menyadari bahwa kita dikaruniai nikmat yang banyak, lalu kita pun menyerahkan semuanya pada Allah dengan meminta ditunjukkan pada jalan yang lurus. Maka kita akan menyadari bahwa setiap apa pun yang terjadi pada kita adalah sebentuk dari pengorbanan kita kepada Allah, termasuk saat dulu kita pernah melakukan suatu kesalahan yang dilarang agama. Tidak ada yang salah dengan kesalahan, karena di dalamnya terdapat pelajaran, dan Tuhan adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertaubat.
Setelah kita memahami 2 ayat pertama, maka kita akan sampai pada ayat ke-3. Sebuah validasi terbaik yang diberikan Allah untuk kita.
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. [3]
Siapa yang membenci kamu ketika kamu bahkan bersama dengan Tuhanmu?
Siapa yang berani membenci kamu ketika bahkan kamu tengah berkorban untuk Tuhanmu?
Serius, kamu masih memperdulikan mereka yang membenci kamu padahal Tuhan sudah kasih kamu nikmat yang banyak banget?
Sebenernya merekalah orang-orang yang terputus dari rahmat Tuhan mereka, kenapa kamu memperdulikan mereka?
Kalau kata Mbak Yura, mungkin:
"Silakan pergi, ku tak rasa kalah."
26 notes · View notes
yonatanyanggara · 1 year
Text
Ramadhan Ke-7 : Menunggu Pertolongan
Tumblr media
Di dunia ini, ada dua hal yang  paling meresahkan. Kekhawatiran terhadap masa depan dan ketakutan akibat masa lalu. Dua hal ini adalah perkara yang sering kali dialami oleh kebanyakan manusia.
Nabi Musa dan Kekhawatiranya
Begitupula Nabi Musa. Di Belakangnya ia dihantui rasa takut karena dikejar pasukan yang banyak dengan persenjataan yang lengkap.
Sedangkan, didepan ada samudera yang luas. Seolah, didepan sana sudah buntu.
Tidak ada lagi jalan.
Setelah berusaha semaksimalnya dan berjuang semampunya dalam berlari mencari jalan keluar, justru Nabi Musa terjebak dalam kondisi ini. Lagi-lagi kondisi dimana usaha serta kemampuan menghianati hasil.
Dalam kondisi ini, tentu sangat tidak mudah. Terlebih, Nabi Musa membawa ekspektasi tinggi orang terdekatnya, kaumnya sendiri(bani israil). Mereka sudah sangat berharap pada Nabi Musa. Tentu, selain khawatir  dengan jalan buntu dihadapan, dan ketakutan besar saat melihat kebelakang masih ditambah ada beban psikologis dari kaum yang tengah ia ajak.
Memilih percaya
Meskipun terkadang usaha menghianati hasil. Namun, Allah tidak pernah menghianati usaha hambanya.
Dalam kondisi ini terucaplah sebuah kalimat dari lisan Nabi Musa
“Sesungguhnya rabbku pasti memberi petunjuk.”( Asy-Syu’ara : 62)
Kalimat ini, terucap tatkala kaumnya telah pesimis, kehilangan harapan, dan ragu akan selamat.
Kalimat ini, tidak lahir begitu saja. Kalimat ini lahir dari hati yang bersih, dari hati yang sangat mengilmui mengenai tauhid asma wa sifat.
Dan selanjutnya, pertolongan datang justru dari sebilah tongkat yang tidak disangka-sangka.
Akhirnya
Cerita itu telah berlalu melintasi waktu. Namun, dalam kehidupan ini, kita mungkin akan dihadapkan pada cerita yang sama dalam versi yang lain.
Kita bisa jadi akan menemui samudera dalam bentuk lain. Samudera yang sangat membuat kita khawatir mengenai masa depan. Seolah olah tidak ada jalan di depan sana. Semuanya terlihat buntu
Kita mungkin akan dihadapkan pada pasukan yang lain. Pasukan yang menimbulkan rasa takut karena trauma,kegagalan berkali-kali dan luka masa lalu. Karenanya kita menjadi tidak percaya diri. Kita kehilangan diri kita sendiri.
Sebagaimana Nabi Musa membawa ekspektasi kaumnya, mungkin kita juga akan membawa ekspektasi orang terdekat kita. Dan, kita merasa telah mengecewakan ekspektasi mereka. Kita merasa telah salah jalan, salah mengambil keputusan, salah menempuh perjalanan.
Dan.... 
Bagaimanapun kondisi kita saat ini, Allah juga akan menghadirkan tongkat dalam bentuk yang lain^^
Sebentar lagi, semua lelahnya akan usai sedang pahalanya menetap. Jangan sampai mengambil jalan pintas pada jalan yang Allah tidak suka.
Selamat menunggu tongkat pertolongan dari Allah. (2)
Semoga yang ditunggu lekas datang :) 
7 Ramadhan 1444 H
*Tulisan ini adalah bagian dari project kecil : 30 hari menulis yang sudah berjalan sejak 6 tahun yang lalu. Tulisan-tulisan sederhana ini  akan diterbitkan setiap hari selama Ramadhan 1444 H, bertepatan tahun 2023. Selamat membaca, semoga lingkaran kebaikan ini senantiasa terus bertunas:)
————
(1) Foto :  Masjid Univ. Islam Indonesia. Dokumen Pribadi
(2)  Indeed My Lord Is With Me ~Yasmin Mogahed
50 notes · View notes
arinailma · 6 months
Text
Katanya, sebagai seorang "yang katanya anak lembaga dakwah" belum bisa dikatakan siap berdakwah sampai ia bisa santai dalam melihat kemaksiatan. Loh kan, bingung kan
Sebenarnya aku masih memproses kalimat ini sih. Barangkali dengan nulis disini jadi semakin terbuka pikiran saya. Sependek pengetahuan dan pengalamanku berkecimpung di yang katanya lembaga dakwah ini, mungkin intinya adalah pola pikir dan sudut pandang kita yang jangan terburu-buru untuk menghakimi perbuatan seseorang. Ya perbuatan dalam konteks buruk berati ya kalau dihakimi, mah.
Inget kisah Nabi Musa dan Bani Israil nggak? Waktu itu daerah mereka kering kerontang, kemarau panjang. Sampai pada satu titik bani israil minta ke Nabi Musa buat doa sama Allah agar diturunkan hujan. Nabi Musa bilang, Allah gaakan turunkan hujan kecuali semua umatnya ini bertaubat. Akhirnya bani israil kayak memperbaiki hubungan mereka sama Allah. Tapi setelah proses itu masih aja belum diturunkan hujan. Akhirnya satu bani ini dikumpulkan jadi satu lingkaran. Nabi Musa bilang kalau salah satu di antara umatnya masih ada yang ahli maksiat. Tanpa menyebutkan siapa dan apa jenis kemaksiatannya. Jadi rame tu kan, satu bani bisik-bisik, nebak-nebak siapa ahli maksiat yang belum bertaubat itu, yang karena dia hujan jadi ga turun-turun. Ya namanya hati manusia, kalau sama kemaksiatan fitrahnya pasti gaakan tenang. Akhirnya, di tengah-tengah ricuhnya umat yang jadi pada kesel gajelas, tiba-tiba hujan turun. Tandanya apa? Tandanya ahli maksiat yang tadi dibilang Nabi Musa belum bertaubat akhirnya bertaubat pada saat itu juga.
Kan, kita tu siapa sih? Cuma manusia aja loh. Tapi lagaknya udah kek Tuhan yang punya tupoksi untuk menghakimi. Bahkan kalau dari cerita itu aja ya, Allah tu sesayang itu loh sama hambanya. Sampai-sampai ahli maksiat yang disebut Nabi Musa aja ga kesebut siapa orangnya dan apa jenis maksiatnya. Ya karena urusan taubat ga taubat itu kan urusan hati ya, yang tau cuma Allah sama hambanya yang bersangkutan. Allah tutup aib hambanya. Allah percaya kalau hambanya pasti akan kembali pada-Nya, kembali ke jalan yang lurus.
Allah ga pernah nyerah sama hamba-Nya
Seringkali aku juga ngerasa terlalu cepat memandang buruk seseorang. Padahal, setelah berasumsi menjadi yang dipandang buruk, juga gaenak kan rasanya. Seolah-olah satu dunia tau sedalem-dalemnya kesalahan kita, seolah-olah semua orang mandang kita dengan jijik. Seolah-olah kita jadi orang paling pendosa di muka bumi. Seandainya beneran ada satu orang lagi ada di kondisi ini, dan dapet respon dari lingkungannya yang begini, ga heran juga sih kalo orang ini jadi kepikiran buat mati aja.
Balik lagi ke yang katanya di lembaga dakwah. Kalo kata sesepuh, dakwah adalah cinta. Semua yang dilakukan di jalan dakwah, dari memperlakukan seseorang sampai membuat keputusan dan kebijakan, semuanya pakai cinta. Termasuk dalam memberikan treatment ke oknum yang mungkin nantinya ada di lingkar terdekat kita yang terjebak dalam situasi sulit. Jadi santai aja ya. Jangan sampai respon kita justru makin buat orang lain semakin jauh dari sebelumnya. Hati-hati dalam menentukan langkah. Kadang niat boleh aja baik, tapi pengantar dan cara komunikasi kita yang keliru bisa bikin orang lain salah baca kebaikan niat kita. Terus belajar, rin.
Insight Upgrate 1 || Ahad, 31 Maret 2024
4 notes · View notes
sabaryangindah · 1 year
Text
BANGGA MENJADI IBU RUMAH TANGGA
Alhamdulillaah, segala puji bagi Allaah Ta’ala yang telah memberikan karunia dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alayhi wa sallam beserta keluarga, shahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqamah di jalan Sunnah.
Seorang wanita akan merasa sempurna jika telah menjadi istri. Seorang istri akan merasa sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu dan seorang ibu akan merasa lebih bahagia jika ia dapat melayani suaminya, merawat, mendidik serta melihat tumbuh kembang anaknya sendiri. Semua itu bisa dilakukan jika wanita itu menjadi ibu rumah tangga.
Jika seorang wanita ditanya perihal apa pekerjaannya kemudian ia menjawab ibu rumah tangga, mungkin ada rasa minder karena sudah lulus S1 tetapi tidak bekerja di perusahaan untuk mengaplikasikan ilmunya.
Bahkan orang lain beranggapan, percuma saja lulus kuliah kalau akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga. Padahal, menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia karena ia membangun dan memperkuat pondasi masyarakat yaitu sebuah keluarga.
Wanita Lebih Baik dan Lebih Banyak di Rumah
Menetap dan tinggalnya wanita di rumah merupakan perkara yang disyariatkan oleh Allaah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu,” (QS. Al-Ahzab:33). Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullaah menjelaskan bahwa makna dari ayat tersebut adalah menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Tinggalnya wanita di rumah berarti dia melaksanakan urusan rumah tangganya, memenuhi hak-hak suami, mendidik anak-anaknya, dan menambah amal kebaikan. Sedangkan wanita yang sering keluar rumah, akan membuatnya lalai dari kewajiban.
Wanita yang sering keluar rumah, dapat menimbulkan fitnah. Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian dengan fitnah dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya fitnah terhadap bani Israil terjadi dari wanita,” (HR. Muslim). Dalam sabdanya yang lain, “Tidak aku tinggalkan fitnah yang paling berbahaya sepeninggalanku bagi laki-laki melebihi fitnah wanita,” (HR. Bukhari).
Hendaknya sebagai wanita kita harus senantiasa menjaga diri agar tidak menimbulkan fitnah, Karena jika seorang wanita keluar rumah maka setan akan menghiasinya dan membuat orang lain indah memandangnya. Kendati demikian, wanita boleh keluar rumah jika ada kebutuhan. Rasulullah bersabda, “Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar rumah untuk keperluan dan kebutuhan kalian,” (HR. Al-Bukhari).
Banyak di rumah bukan berarti wanita akan menjadi “katak dalam tempurung”. Di dalam rumah dia bisa melakukan aktivitas bermanfaat untuk kehidupan dunia-akhiratnya.
Tanggung Jawab Wanita dalam Rumah Tangga
Tanggung jawab seorang istri dalam rumah tangga yang utama ada dua yaitu sebagai pendamping suami dan pemelihara anak-anak.
Pertama, sebagai pendamping suami yaitu mendampinginya dalam setiap situasi dan kondisi serta menyenangkan hati suami, termasuk menyiapkan segala kebutuhannya. Ia pun wajib melayani suami kapan saja suaminya menginginkannya, menyiapkan makan, mencuci baju, membersihkan rumah, dan sebagainya. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan tersebut, karena dengan niat yang ikhlas setiap pekerjaan tersebut akan berbuah pahala.
Kedua, sebagai pemelihara anak-anak. Anak adalah titipin Allaah Ta’ala yang kelak orangtuanya akan diminta pertanggungjawabannya. Ibu berkewajiban memberikan perawatan dan pendidikan yang baik bagi anaknya. Di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Umar Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan diminta pertanggungjawaban, seorang imam adalah pemimpin dan ia nanti akan diminta pertanggungjawaban, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia nanti akan diminta pertanggung jawabannya, seorang wanita adala pemimpin di rumah suaminya dan ia nanti akan diminta pertanggungjawabannya.”
Dari keterangan di atas nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasihati, dan turut mendidik keluarga. Yang paling utama adalah orang tua kepada anak, karena anak sangat membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak terkena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar dan kita akan diminta pertanggungjawaban atasnya.
Mendidik Anak di Rumah juga Berkarir
Mungkin dewasa ini banyak yang meremehkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga karena pekerjaan tersebut tidak bisa menghasilkan uang. Padahal waktu dia sekolah dulu orang tuanya telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Menjadi ibu rumah tangga memang tidak menghasilkan uang, tetapi dengan ilmu dan kesabaran seorang ibu rumah tangga yang baik sesungguhnya adalah sebuah karir. Ia akan menghasilkan anak-anak yang shalih/shalihah serta keluarga yang sakinah yang akan membantu meraih kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
Mendidik anak itu bukanlah perkara yang mudah, tetapi membutuhkan ilmu dan cara yang baik. Maka dari itu, dalam mendidik anak sangat membutuhkan kesabaran dan kecerdikan. Ibu membutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk mencetak generasi rabbani. Ibulah yang biasanya dan seharusnya menjadi orang pertama yang menjadi teladan bagi anaknya. Ibu adalah sosok pertama yang dilihat, didengar ucapannya, dan disentuh oleh anaknya. Pada umumnya, awal-awal perkembangan seorang anak berada disamping ibunya. Pendidikan yang sangat berpengaruh pada kehidupan seorang anak adalah pendidikan yang diterapkan orang tuanya sejak dini. Apapun yang dilakukan ibu akan sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak. Di samping itu, kerjasama antara seorang ayah dan ibu haruslah ada dalam mendidik anak karena sosok seorang ayah juga berpengaruh pada pendidikan anak.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendidik anak antara lain: menanamkan ajaran tauhid sejak kecil, mengajari anak agar pandai bersyukur, mendidik agar berbakti kepada orang tuanya, mengajarkankan apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah, menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam, keluarga Rasulullah, Al-Qur`an, dan As-Sunnah, mendidik anak dengan akhlak terpuji, dan lain sebagainya. Jika kedua orang tua menginginkan kemuliaan anak-anaknya, hendaknya keduanya bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan islami dan mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Anak adalah aset yang menguntungkan bagi orangtuanya di akhirat jika di dunia dia menjadi anak yang shalih/shalihah.Termasuk sebab diangkatnya derajat kedua orang tua adalah anak shalih yang mendoakan keduanya. Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Jika anak adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya,” (HR Muslim). Jika seorang anak telah dididik dengan baik, berperilaku mulia, maka ia akan bermanfaat bagi agama dan umat.
Bantahan terhadap Pendapat Kaum Feminis dan Penyetara Gender
Islam adalah agama yang adil. Allaah Ta’ala menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria sehingga mereka memiliki peran berbeda dan tidak dapat disejajarkan. Allaah Ta’ala berfirman yang artinya,
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allaah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allaah telah memelihara (mereka) (QS. An-Nisa’: 34).
Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullaah berkata, “Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui, dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi.”
Para wanita muslimah hendaknya tidak terpengaruh dengan orang-orang yang meneriakkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah.
Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati, juga anak-anak yang harus dididik dengan baik, ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya, dan ada juga pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ala. Kaum wanita di negara Barat banyak yang berkarir dalam segala bidang sehingga melalaikan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus. Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka. Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita di negara kita rusak, sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya. Di antara langkah awal menuju itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita dengan berbagai cara agar mau keluar dari rumah mereka.
Berikut ini ada salah satu pendapat orang Barat tentang rusaknya tatanan masyarakat mereka. Samuel Smills berkata, “Sungguh aturan yang menyuruh wanita untuk berkarir di tempat-tempat kerja, meski banyak menghasilkan kekayaan untuk negara, tapi akhirnya justru menghancurkan kehidupan rumah tangga, karena hal itu merusak tatanan rumah tangga, merobohkan sendi-sendi keluarga, dan merangsek hubungan sosial kemasyarakatan, karena hal itu jelas akan menjauhkan istri dari suaminya, dan menjauhkan anak-anaknya dari kerabatnya, hingga pada keadaan tertentu tidak ada hasilnya kecuali merendahkan moral wanita, karena tugas hakiki wanita adalah mengurus tugas rumah tangganya…”.
Para wanita muslimah hendaknya selalu ingat bahwa kelak pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya. Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.
Kegiatan Positif Ibu Rumah Tangga
Di dalam rumah banyak kegiatan yang positif dan bermanfaat yang dapat dilakukan wanita, seperti berdzikir, membaca Al-Qur`an, shalat, membaca buku, menulis, membuat kerajinan, bisnis di dalam rumah, dan sebagainya. Wanita yang lebih banyak tinggal di dalam rumah bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Para wanita muslimah, tetaplah bangga menjadi ibu rumah tangga. Bangunlah surga melalui rumahmu. Wallaahu a’lam.
Referensi:
Untukmu Muslimah Kupersembahkan Nasihatku karya Ummu ‘Abdillah al Wadi’iyyah
Surgamu Ada di Rumahmu karya Ummu Haunan
10 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year
Text
Doanya Firaun
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah.” (QS Yunus 90).”
Dalam ayat tersebut secara jelas firaun mengakui keesaan Allah SWT, akan tetapi kita semua tahu akhir kisahnya seperti apa. Beda cerita dengan Nabi Yunus saat khilaf meninggalkan amanah dakwahnya,Beliau berdoa dan memohon ampun hingga akhirnya diselamatkan oleh Allah SWT dengan dikeluarkan dari perut paus.
Dari cerita diatas kita belajar, bagaimana manusia tabiatnya ketika berada dalam masalah pasti akan memohon ampun juga berharap pertolongan dari Allah SWT. Namun kebanyakan, berdoa/memohon pertolongan terkadang hanya dilakukan saat sempit, hajat tertentu, dan alasan lainya. Saat luang, kita sibuk dengan diri sendiri, lupa duduk sejenak setelah sholat, lalai akan bersukur, dan kewajiban-kewajiban lainya. 
firaun menjadi contoh meski diakhir hayat beriman kepada Allah, dia adalah pribadi angkuh akan seruan dakwah dan lalai akan amanahnya. 
Mumpung di akhir bulan ramadan, perbanyak istigfar atas segala khilaf dan segera beranjak dari sifat malas menuju pribadi yang muntijah lagi. 
kalau kata Mas Syukri, “Kalau merasa kurang maksimal di awal, setidaknya totalitaslah di akhir perjalanan.”
Tumblr media
24 notes · View notes
innnnna · 11 months
Text
Tumblr media
Ga akan pernah terbayangkan dalam benak mereka akan memiliki rasa trauma yang mendalam, bertahan hidup di tengah perebutan yang katanya itu bukan hak mereka saja sebagai pribumi di tempat tersebut.
Jika menilik dan menelaah sejarah lebih dalam yaa itu sama saja apa yang mereka lakukan sekarang mengambil hak yang sudah bukan milik mereka lagi. Memang, dahulu ketika masa nabi Musa alaihissalam mereka diperintahkan beserta bani Israil untuk berhijrah kesana. Namun faktanya apa? Mereka menentang bahkan mengatakan sudahlah kamu saja dan pengikutmu wahai Musa, kami takut akan penduduk di sana. Dih betapa pengecutnya mereka. Sekarang dengan mudahnya teriak-teriak "mana hak dan keadilan bagi kami?"
Mufakat oleh ahli sejarah memang kata Yahudi ini dan bani Israil diambil dari keturunan nabi Yakub alaihissalam, yap ini saya baca di salah satu maddah (mapel) kami di tingkat akhir kemarin yang berjudul Milal wa Nihal (pembagian Yahudi dan Nasrani), selengkapnya bisa dibaca ulang hehehe.
Bantuan selain doa dan materi maupun non materi itu sangat-sangat akan berharga bagi mereka.
Bukankah kita sebagai Muslim itu satu tubuh, apabila satu sakit maka yang lain akan merasakannya juga.
Wahai yang berbelas kasih dan berbelas hati, apakah tidak mau melihat dan menelisik lebih dalam sejarah yang sudah berlalu, bukankah harusnya itu ketika dahulu bukan sekarang yang hanya untuk memusnahkan kami sebagai umat Muslim?
Akhirul kalam,
Allahumansur ikhwanina fi biladi falasthini wahfazdna fi kulli lahdzatin wa lamhatin abada.
8 notes · View notes
haluanmalam · 4 months
Text
Milal Wa Nihal
Mempelajari atau belajar tidak semudah dengan apa yang kita lihat ternyata. Contohnya pelajaran Milal Wa Nihal ini, pelajaran yang membahas tentang agama dan keyakinan yang ada didunia. Di tahun pertama, saya yang minim akan sejarah harus bergelut dengan materi yang sangat amat berat, yaitu sejarah agama Mesir kuno begitu juga di bab setelahnya membahas tentang kepercayaan Hindu.
Mesir yang memiliki banyak nilai sejarah dalam agama Islam ternyata sebelumnya juga memiliki kisah yang amat sangat menarik. Dimana orang Mesir memiliki kepercayaan atau menyembah dewa. Dewa yang biasanya kita lihat di film anak-anak atau dibuku cerita mereka, ternyata memang benar adanya. Contohnya dewa Ra atau disebut dengan dewa matahari, dewa yang menurut mitologi mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Ditahun keempat ini ternyata pelajaran Milal Wa NIhal masih ada. Kita yang mengambil Jurusan Tafsir mengira kalau pelajaran itu hanya cukup untuk yang jurusan Akidah Filsafat saja. Al hasil ujian tadi sempat dibuat kewalahan dengan materinya, kali ini membahas tentang agama samawi (Yahudi dan Nasrani)
Dimulai dengan membahas agama Yahudi, mengetahui darimana kata yahudi itu berasal kemudian dilanjutkan tentang Bani Israil, perjalanan Nabi Ibrahim, Nabi Ya'kub, Nabi Musa hingga turun kitab Taurat sebagai pedoman pada masa itu sebelum akhirnya banyak yang dirubah bagian isinya.
Setelah itu pindah kepada agama Nasrani, dimulai dari kisah Ali Imran yang memiliki anak Maryam yang kemudian hamil tanpa sentuhan dari seorang laki-laki dan lahirlah Nabi Isa yang merupakan sebuah tanda kekuasaan Allah. Ulama menyebutkan beberapa hikmah lahirnya Nabi Isa tanpa seorang ayah, salah satunya adalah sebagai bukti kekuasaan bahwasanya Allah pencipta seluruh Alam ini bahkan tanpa hukum kausalitas.
Sebenarnya pelajaran ini cukup seru, tapi mungkin karena belajarnya hanya sehari jadi kurang menikmati setiap kisahnya. Jadi teringat pada Imam Nawawi yang mana beliau bisa belajar sampai 12 bidang ilmu dalam sehari. Ya Allah pengen kecanduan belajar.
Cairo, 2 Juni 2024
4 notes · View notes
ummsabrrr · 1 year
Note
How is your soul?
قُلِ‭ ‬الرُّوۡحُ‭ ‬مِنۡ‭ ‬اَمۡرِ‭ ‬رَبِّيۡ‭ ‬وَ‭ ‬مَاۤ‭ ‬اُوۡتِيۡتُمۡ‭ ‬مِّنَ‭ ‬الۡعِلۡمِ‭ ‬اِلَّا‭ ‬قَلِيۡلًا
“‘Say, “The soul is by the command of my Lord [; and of the knowledge thereof you have been given but a little.]”’ (Surah Bani Israil, Ch. 17: V. 86)
يَوۡمَ يَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِكَةُ صَفًّا ؕ٭ۙ لَّا يَتَكَلَّمُوۡنَ اِلَّا مَنۡ اَذِنَ لَهُ الرَّحۡمٰنُ وَ قَالَ صَوَابًا
“(Surah an-Naba, Ch. 78: V. 39)”
7 notes · View notes
niakurniatiginting · 8 months
Text
Tumblr media
Peristiwa singkat Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Isra' Mi'raj merupakan sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Dalam Isra' Mi'raj, Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina menuju langit ke tujuh kemudian ke Sidratul Muntaha. Perjalanan yang menembus langit ketujuh itu hanya ditempuh satu malam atas perintah Allah SWT. Di sanalah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT berupa shalat lima waktu. Mengapa Dikatakan Isra' Mi'raj ?
Apa itu Isra'?
Isra' adalah Perjalanan Baginda Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa, dengan jarak antara kedua mesjid itu adalah 1239 Km. Waktu itu Rasulullah menaiki Buraq ditemani malaikat Jibril AS dan malaikat Israfil AS
Apa itu Mi'raj?
Mi'raj adalah perjalanan Baginda Rasulullah SAW dari Masjidil Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha, kemudian dalam perjalanan Baginda bertemu Nabi-nabi di setiap langit sampai langit ketujuh.
Sebenarnya Isra' dan Mi'raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah Isra' Mi'raj.
Dalam perjalanan bertemu Sang Pencipta, selain ditemani malaikat Jibril, Rasullulah mengendarai Buraq, yakni hewan putih panjang, berbadan besar, dan sejenisnya. Dikisahkan Buraq, sekali melangkah bisa menempuh perjalanan jauh mata memandang dalam sekejap untuk melewati 7 langit dan bertemu dengan para penghuni di setiap tingkatan.
Dalam hadits tersebut dikisahkan, di langit tingkat pertama , Rasullulah SAW bertemu dengan manusia sekaligus Wali Allah SWT pertama di muka bumi, Nabi Adam AS Saat bertemu Nabi Adam, Rasullulah sempat bertegur sapa sebelum akhirnya meninggalkan dan melanjutkan perjalanannya. Nabi Adam membalasnya dengan membekali Rasulullah lewat doa agar selalu diberi kebaikan pada setiap urusan yang menghadapnya.
Kemudian di langit kedua , Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS Seperti halnya di langit pertama, Rasullulah disapa dengan ramah oleh kedua nabi pendahulunya. Sewaktu akan meninggalkan langit kedua, Nabi Isa AS dan Yahya AS juga mendoakan kebaikan kepada Rasullulah. Kemudian Rasullulah bersama Malaikat Jibril terbang lagi menuju langit ketiga.
Lalu di langit ketiga , Rasullulah bertemu dengan Nabi Yusuf AS, manusia tertampan yang pernah menciptakan Allah SWT di bumi. Dalam pertemuannya, Nabi Yusuf AS memberikan sebagian dari ketampanan wajahnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga di akhir pertemuannya, Nabi Yusuf AS memberikan doa kebaikan kepada nabi terakhir itu.
Setelah berpisah dengan Nabi Yusuf AS di langit ketiga, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan dan sampailah dia ke langit keempat . Pada tingkatan ini, Rasullulah bertemu Nabi Idris AS Yaitu manusia pertama yang mengenal tulisan, dan nabi yang berdakwah kepada bani Qabil dan Memphis di Mesir untuk beriman kepada Allah SWT. Seperti pertemuan dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Idris AS memberikan doa kepada Nabi Muhammad SAW agar diberi kebaikan pada setiap urusan yang dilakukannya.
Selanjutnya di langit kelima , Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Harun. Yaitu nabi yang mendampingi saudaranya, Nabi Musa AS berdakwah mengajak Raja Firaun yang menyebut dirinya tuhan dan kaum Bani Israil untuk beriman kepada Allah SWT. Harun terkenal sebagai nabi yang memiliki kepandaian berbicara dan meyakinkan orang. Di langit kelima, Nabi Harun mendoakan Nabi Muhammad SAW selalu selalu mendapat kebaikan pada setiap perbuatannya.
Di langit keenam , Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Musa AS Yaitu nabi yang memiliki jasa besar dalam membebaskan Bani Israil dari perjanjian dan membimbingnya menuju kebenaran Illahi. Selama bertemu dengan Muhammad SAW, Nabi Musa AS menyambut layaknya kedua sahabat lama yang tidak pernah bertemu. Sebelum Nabi Muhammad pamit meninggalkan langit keenam, Nabi Musa melepasnya dengan doa kebaikan.
Perjalanan terakhir, Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh bertemu dengan sahabat Allah SWT, bapaknya para nabi, Ibrahim AS Sewaktu bertemu, Nabi Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur, yaitu suatu tempat yang disediakan Allah SWT kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang dari 70 ribu malaikat masuk ke dalam. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak Muhammad untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah shalat wajib. Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon besar yang berada di langit ketujuh. Ia adalah pemisah. Disebut muntaha (akhir) karena ia merupakan batas akhir dari sebuah perjalanan. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam. Sedangkan Pohon Sidr adalah Pohon Bidara.
Masih dalam hadits yang sama, Rasullulah SAW menceritakan bentuk fisik dari Sidratul Muntaha, yaitu dikumpulkan lebar seperti telinga gajah dan buahnya yang menyerupai tempayan besar. Namun ciri fisik Sidratul Muntaha berubah ketika Allah SWT datang. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak bisa berkata-kata yang menggambarkan keindahan pohon Sidratul Muntaha. Pada kepercayaan agama lain, Sidratul Muntaha juga diartikan sebagai pohon kehidupan. Di Sidratul Muntaha inilah Nabi Muhammad berdialog dengan Allah SWT, untuk menerima perintah wajib salat lima waktu dalam sehari.
Perjalanan Rasulullah saat itu tidaklah mudah, meskipun beliau dimuliakan oleh Allah SWT tetap saja Nabi Muhammad SAW dihadapkan dengan berbagai godaan. Godaan pertama, ketika nabi ditawari minum khamar atau susu, namun Rasulullah lebih memilih susu. Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW juga selalu diganggu dengan panggilan setan, iblis dan perempuan penggoda.
Ketika mencapai Sidratul Muntaha di langit ketujuh maka perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menerima perintah Allah SWT telah berakhir. Perintah yang diterima Rasulullah saat itu yaitu berupa perintah sholat 50 waktu dalam satu hari. Namun ketika bersamanya, Nabi Muhammad SAW diperingatkan oleh Nabi Musa AS untuk memperhatikan kemampuan umatnya.
Menyadari hal itu membuat Nabi Muhammad SAW meminta keringanan pada Allah SWT sehingga perintah sholat diringankan menjadi lima waktu dalam sehari. Sejak saat itulah umat Islam harus melakukan shalat wajib lima waktu yaitu :
Subuh
Zuhur
Ashar
Magrib
Isya
Dengan adanya kisah perjalanan ini semoga dapat mempertebal keimanan dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu yang disyariatkan.
Peristiwa Isra' Mi'raj juga tertuang dalam Al-Qur'an surat Al Isra:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling agar Kami perlihatkan ke arahnya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Demikian kisah tentang bagaimana peristiwa Isra' Mi'raj terjadi. Semoga selalu jadi pengingat kita untuk tetap menjalankan perintah Allah SWT. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Tumblr media
2 notes · View notes
audinne · 11 months
Text
Renungan malam ini, tiba-tiba aku kepikiran gini,
Dari Palestina aku belajar, menurutku bukan sekadar tentang menang atau kalah konflik yang terjadi di sana. Kita sebagai muslim juga sudah tau endingnya seperti apa. Siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi menurutku konflik itu merupakan bentuk representasi tentang surga dan neraka yang sedang Allah buka tirainya lebar-lebar untuk tunjukin ke kita. Mudah sekali bagi Allah untuk menyegerakan akhir dari konflik ini, seperti menenggelamkan Israel seketika. Tapi bukan itu caranya. Pun mudah bagi Allah mematikan Fir'aun dan bala tentaranya sesegera mungkin. Tapi juga bukan sekonyong-konyong Allah matikan mereka. Ada proses yang Allah mau tunjukan ke manusia. Ada jalan yang Allah mau kita sebagai manusia bisa mengambil pelajaran dari itu semua. Makanya Allah datangkan Nabi Musa as, Allah perintahkan Nabi Musa yang punya keterbatasan dalam kemampuan komunikasinya untuk mendakwahkan Islam ke seorang raja kala itu. Allah mau nunjukin prosesnya ke kita agar kita semua paham.
Sama seperti yan terjadi hari ini. Allah sedang membuka tirai pembelajaran ke kita selama 70th terakhir. Agar kita paham. Agar kita bisa mengambil pelajaran dari itu. Mungkin kita memang nggak hidup di zaman nabi, yang tentunya ada tokoh yang bisa kita lihat secara jelas, menasihati kita secara langsung dan terang-terangan, tentang mana yang baik dan buruk, benar dan salah, mana yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Ada sosok tokoh yang menginsipirasi kita secara nyata, yang kita bisa belajar darinya dengan mendengar, melihat, dan merasakan atmosfer ketika bersama nabi. Tapi sekarang kita memang nggak ada sosok tersebut dan kita hanya bisa belajar kisahnya dengan membaca lalu membayangkan tanpa mendengar suaranya, melihat rupanya, dan merasakan atmosfer kehadirannya. Makanya kita dihadirkan Palestina, konflik yang bisa kita analogikan sebagai representasi surga dan neraka. Pelajaran yang benar-benar ada secara real life. Bisa kita lihat perjuangan mereka, dengar tangisan mereka, dan merasakan penderitaan mereka.
Sekarang Allah sedang membuka tirainya untuk menunjukkan ke kita tentang, kamu mau surga atau neraka? Kalau mau surga maka lihatlah perjuangan Palestina, tiada tanding. Kalau mau neraka, lihatlah perilaku dan perbuatan Israel. Bengisnya juga tiada tanding. Kita bisa lihat sebaik-baik orang dan seburuk-buruk orang di muka bumi saat ini dalam satu frame kehidupan. Nggak perlu jauh-jauh bayangin gimana perjuangan orang-orang pada zaman nabi untuk perang membela agamanya dan bayangin jahatnya perlakuan orang-orang Bani Israil kepada Nabi dengan seburuk-buruknya perbuatan. Ngga perlu jauh-jauh bayangin kayak gitu. Sekarang kita cuma perlu buka mata hati kita lebar-lebar, kita bisa lihat langsung gimana licik dan bejatnya orang-orang Israel dan gimana sabarnya, yakinnya, taatnya orang-orang Palestina sama janjinya Allah.
Beruntungnya kita, sekarang masih dikasih kesempatan untuk berpikir dan memilih sebelum tiba hari persidangan nanti.
4 notes · View notes
isfasyams · 9 months
Text
TOLERANSI
Kita hidup di zaman dimana makna “toleransi” menjadi bias, dan mengarah kepada pluralisme. Sehingga banyak non muslim yang tidak mengenal dakwah Tauhid, meskipun mereka hidup di negeri mayoritas muslim.
Padahal Allah Ta'ala mengutus para nabi dan Rasul-Nya untuk mendakwahkan Tauhid, dan inipun tetap menjadi bagian dari ‘tugas’ kita, jika kita benar-benar menyayangi sesama. Karena sebaik-baik rasa cinta adalah ketika kita berikhtiar agar bersama-sama masuk kedalam Surga-Nya dengan hati yang selamat (yaitu dengan menjauhi kesyirikan).
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl:36).
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kalian mati kecuali dalam (keadaan) Islam” (QS. Al Baqarah: 132)
Nabi Isa 'alaihissalam sendiri berseru kepada kaumnya:
“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan juga Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah (dalam ibadahnya), maka Allah haramkan surga untuknya, dan tempat kembalinya ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya dari siksa api neraka.“ (QS. Al-Maidah :72)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)
Sebanyak apapun amal shalih, jika mempersekutukan Allah dan tidak bertaubat hingga maut datang, maka amalan itu tidaklah berguna disisi Allah Ta'ala, dan akan kekal di neraka (lihat surat Az-Zumar ayat 65). Wal 'iyadzu billah.
Setiap tahun kita dapat menyaksikan, bagaimana sebagian kita (muslim), lebih sibuk mengucapkan selamat perayaan agama lain atas kelahiran nabi yang mereka tuhankan.
Setidaknya, jika tidak mampu menyeru untuk mentauhidkan Allah.. maka selamatkanlah aqidah kita dengan tidak turut serta dan tidak mendukung keyakinan mereka dengan cara berlepas diri.
Lakum dinukum waliya din
(Untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku)
Ayat ini berbicara tentang bara (berlepas diri) bukan tentang kebebasan berkeyakinan.
2 notes · View notes