Tumgik
#tujuan hidup
yasirmukhtar · 10 months
Text
Apa yang Harus Aku Lakukan dengan Hidupku?
Katakanlah orang-orang di sekitarmu sudah menemukan perannya dalam hidup ini.
Sementara itu, kamu masih bingung apa yang mesti kamu lakukan dengan hidupmu sendiri.
Kamu resah, gelisah. Kamu ingin bergerak, tapi bingung harus mulai dari mana.
Apa yang bisa kamu lakukan?
Cari masalah yang dirasakan orang-orang di sekelilingmu yang bisa kamu selesaikan dengan kemampuanmu saat ini. Mungkin ada adik kelas yang merantau untuk kuliah dan butuh bimbingan, sementara kamu sudah melalui semua itu. Mungkin ada teman yang ingin mengurangi anggaran makan tapi sama sekali ngga bisa masak, sementara kamu bisa masak. Tidak harus masalah seseorang yang kita kenal. Kita bisa temukan masalah orang-orang di Twitter, forum Telegram, grup Facebook, dan banyak lagi.
Tawarkan sebuah jawaban atau solusi. Tidak perlu sesuatu yang komprehensif, canggih, atau sempurna, tapi sebisa mungkin tepat menjawab permasalahan. Bisa jadi sebuah utas di Twitter, sebuah postingan di Instagram, sebuah sesi konsultasi 1:1 secara online, sebuah video sederhana yang kamu unggah ke Youtube, atau dengan cara dan medium lainnya.
Pastikan kamu mendistribusikan jawaban atau solusi itu ke orang-orang yang tepat, yaitu mereka yang merasakan masalah yang ingin kamu selesaikan. Kalau kamu tahu persis siapa saja orang yang merasakan masalah yang sudah kamu temukan, bicaralah dengan mereka. Kalau kamu belum tahu siapa yang akan mendapat manfaat dari jawaban atau solusi kamu, mau tidak mau kamu harus meningkatkan discoverability kamu dengan memproduksi konten secara terus menerus.
Amati bagaimana orang lain merespon, khususnya mereka yang merasakan masalah tersebut. Apa reaksi yang muncul dari solusi yang kamu tawarkan? Apakah ada yang bertanya lebih jauh? Atau masih diabaikan? Kalau diabaikan, apa asumsi kamu sehingga tawaran solusi kamu diabaikan? Apakah karena solusi tersebut tidak menjawab masalah? Apakah karena kamu belum menyampaikannya kepada orang-orang yang tepat? Atau apa? Kalau direspon positif, apa yang orang-orang inginkan lebih jauh? Apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu mereka dengan lebih optimal? Di sini kamu sedang mencari feedback. Feedback positif maupun negatif sama-sama berharga. Jangan takut dengan penolakan.
Iterasi jawaban atau tawaran solusi kamu berdasarkan apa yang kamu pelajari. Gali lebih dalam permasalahan yang ingin kamu selesaikan. Ekspansi jawaban atau solusi yang bisa kamu tawarkan. Di sinilah biasanya kita merasakan dorongan untuk belajar lebih jauh lagi.
Langkah-langkah ini diadaptasi dari framework design thinking yang lazim digunakan oleh perusahaan teknologi.
Saya sendiri sering mempraktikannya secara intensional dalam konteks profesional, namun secara unintentional dalam konteks personal.
Semoga menjadi pemantik dan titik awal bagi teman-teman yang sedang mencari jawaban, "Apa yang harus aku lakukan dengan hidupku?".
102 notes · View notes
wardunarian · 2 months
Text
Sepagi ini aku kembali melihat alam dan manusia dan segala hiruk pikuknya,,,,Seolah semuanya mengejar dan di kejar,...
Apakah semua itu harus kita lakukan tanpa harus berdiam diri dan bertekuk lutut di hadapan Tuhan...Dari kesibukan ini mulai timbul asumsi liar bahwa di dunia Tuhan sdh tdak di pedulikan lagi?...
Tentu tdak semuanya Karena masih ada bberapa orang yg dengan setianya menepi untuk menemukan Dia yang tiada namun adaa...
3 notes · View notes
banqueet · 10 months
Text
Bahagia Bukan Tujuan
Ternyata Allah tidak menyuruh kita untuk bahagia. Oleh karena itu tidak ada perintah bahwa kita harus bahagia di dalam Al Qur'an. Kenapa gitu yah? Kalau dipikir-pikir memang sulit bagi kita mendefinisikan kebahagiaan. Bahagia mungkin bisa sesederhana dengan minum es teh yang enak saat siang yang panas, mungkin bahagia orang lain harus punya banyak harta dan memiliki jabatan atau bisa juga bahagia itu saat kita memiliki orang yang menyayangi kita, dll. Bahagia memang seluas dan seabstrak itu.
Tapi kalau kita mendefinisikan suatu perasaan "tidak takut" maka apa yang di benak kita adalah perasaan "berani", mungkin juga suatu perasaan "tenang" atau "tidak khawatir". Kemudian apabila kita mendengar kata "tidak bersedih hati" maka apa yang di benak kita adalah suatu perasaan yang sebaliknya yaitu "rasa senang". Jika sedih biasa diikuti dengan tangis maka tidak sedih bisa juga berarti adanya "tawa" atau perasaan "gembira".
Mungkinkah Allah tidak ingin kita bingung atau menghabiskan banyak waktu mencari bahagia yang definisinya sangat luas itu? Oleh karena itu Allah telah memberi tips agar kita tidak takut dan bersedih hati yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Mengikuti petunjuk-Nya
- Beriman kepada Allah
- Beriman kepada hari akhir, berarti mengingat bahwa dunia ini bersifat sementara;
- Senantiasa berbuat kebaikan;
- Berserah diri kepada Allah;
- Berinfaq di jalan Allah dan tidak menyebut-nyebutnya sehingga menyakiti perasaan penerima;
- Mendirikan Sholat;
- Menunaikan zakat;
- Bertakwa kepada Allah;
- Terus berupaya melakukan perbaikan (diri dan sekitarnya).
Ternyata Allah tidak meminta "bahagia" itu menjadi tujuan kita tapi Allah ingin kita mengikuti apa yang Allah ridhoi, sehingga rasa takut dan sedih tidak akan mengikuti kita. Bahkan Allah menceritakan bahwa rasa tidak takut dan tidak sedih adalah perasaan orang yang masuk ke dalam surga sebagaimana dalam Surat Al A'raf ayat 49 yang berisi "Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut pada kamu dan tidak pula kamu akan bersedih hati.”
Kalau demikian, bukankah memiliki perasaan tidak takut dan tidak bersedih hati berarti sebuah kebahagiaan? Maka ikuti saja apa yang diperintahkan Allah, apa yang diridhoi Allah, maka kebahagiaan tanpa dicari pun akan mengikutimu.
Boalemo, 12 Mei 2023
_____________________________________________
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
-Surat Al-Baqarah, Ayat 38
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Ṣābi’īn,siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 62
Tidak! Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 112
Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 262
Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-Baqarah, Ayat 277
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Ali 'Imran, Ayat 169-170
Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-An'am, Ayat 48
Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepada kamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barang siapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-A'raf, Ayat 35
Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepada kamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barang siapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.
-Surat Al-A'raf, Ayat 35
3 notes · View notes
rindubersuara · 1 year
Text
Tujuan Hidup
Seringkali ketika mulai berjalan di tengah-tengah perjalanan. Kita lupa akan tujuan akhir dari perjalanan hidup itu sendiri. Merasa diri ini lengah dengan sesuatu yang menyibukkan. Sesuatu itu berwujud entah dengan pikiran yang berkecamuk tentang masa depan, rencana untuk meraih sebuah pencapaian, atau sekadar merenungi masa lalu.
Hingga ada satu titik di mana perjalanan itu seperti tak ada habisnya. Merasa hanya berputar-putar mencari jati diri. Bingung, dimanakah tujuan dari akhir perjalananmu itu.
Dan kamu mulai bertanya dengan dirimu. Kemanakah semua ini berakhir. Kamu hanya mendapati satu jawaban yang pasti. Semuanya berakhir ketika Tuhan sudah memanggilmu dan menjemputmu untuk pulang. Iya, pulang kepada-Nya. 
Tiba-tiba waktu terasa terhenti sejenak kala kamu mulai terasadar, semuanya akan berakhir saat kamu kembali pulang kepada-Nya. Dan, saat itu kamu mulai untuk mengisi perjalananmu dengan sesuatu yang bisa mengantarmu pulang dengan tenang. Pulang dengan membawa cerita bahagia. 
2 notes · View notes
meng-u-las · 1 year
Text
Review Buku - Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan
Tumblr media
Judul asli buku ini sendiri adalah "When I Don't Know What I Want" ditulis oleh Jeon Seunghwan, dan diterbitkan di Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama, merupakan buku yang terdiri dari tulisan-tulisan si penulis dalam platform media sosial, yang kemudian disusun menjadi sebuah buku, yang berisikan pertanyaan dan refleksi akan kehidupan, banyak yang bilang, tulisan-tulisannya sangat sesuai dengan kondisi di hidup para pembaca-nya, apakah saya juga termasuk salah satunya ?
Pertama saya menjumpai buku ini di toko buku Gramedia, buku ini berada di bagian buku terlaris, dan memang menurut catatan, buku yang saya miliki adalah cetakan ke 7, dari pertama kali di terbitkan pada 2021, jadi memang bukan isapan jempol belaka bahwa buku ini laris. Covernya sangat sederhana, tapi yang membuat saya akhirnya membeli buku ini adalah judul yang menggelitik, "Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan", bukan hanya mereka yang mengalami krisis perempat kehidupan (maksudnya Quarter Life Crisis), pertanyaan itu sering kali selalu muncul dalam berbagai fase kehidupan, sering kali kita mendadak kehilangan arah, entah setelah mencapai suatu posisi, mendapatkan pekerjaan baru, memiliki keluarga, dan lain-lain, menurut saya pertanyaan tentang keinginan pribadi terhadap kehidupan selalu relevan, karena manusia terbiasa untuk bergerak, bahkan waktu-pun tidak pernah berhenti.
Sesuai judulnya yang memancing kita untuk berefleksi, buku ini sendiri terbagi menjadi empat bagian, bagian pertama untuk mengenal perasaan kita, bagian kedua mengenal waktu kita, bagian ketiga mengenal hubungan-hubungan kita, bagian keempat mengenal dunia kita, seakan mengajak kita yang memiliki pertanyaan akan kehidupan untuk terjun, menyelami setiap bagian dari kehidupan, sehingga perlahan tapi pasti, kita bisa menemukan, apa sebetulnya yang paling berarti dari kehidupan yang kita jalani ini. Dalam bagian pertama, entah kenapa, saya merasakan suasana yang begitu muram dalam setiap tulisan-tulisan dari penulis, sehingga saya jadi bertanya-tanya, apakah buku ini memang untuk semua orang atau hanya untuk sebagian orang yang sedang bergalau ria menghadapi berbagai cobaan hidup? Tapi tidak tahu kenapa dalam lembar-lembar berikutnya saya mulai menyadari, bahwa bukan buku ini yang terlalu muram, tapi manusia memang sering kali dilanda kesedihan, mengalami luka, dan merasa tidak bahagia karena nya, tapi karena tuntutan kehidupan, rasa-rasa tersebut terkubur dalam-dalam, sehingga kita lupa luka itu masih ada dan perlu kesadaran kita untuk menerima luka tersebut tanpa harus ditutup-tutupi. Banyak yang merasa, untuk bahagia kita perlu mengikuti apa mau orang lain, yang tidak kita sadari, belum tentu kemauan orang lain itulah yang sebetulnya kita inginkan, perlahan tapi pasti, pertentangan batin tersebut melukai diri kita sedikit demi sedikit, pada sisi lain, dalam hidup ini kita juga memiliki diri kita, yang perlu diikuti kemauannya, mengambil waktu sendiri dan mengambil jarak yang tepat dengan orang lain, karena setiap pribadi perlu memiliki jarak untuk menyembuhkan diri.
Bagian Kedua penulis mengajak kita untuk mengenal waktu kita, sering kali kita menjalankan hari-hari begitu saja, yang tanpa kita sadari terus bergulir, hari berganti hari, musim berganti musim, umur kita terus bertambah, perlahan tapi pasti lingkungan sekitar kita pun juga turut berubah, tempat yang pernah begitu berkesan dengan kita, sudah tidak sama lagi dengan sebelumnya, banyak kesempatan kita merasa kita perlu liburan, akan tetapi berbagai macam alasan dan kesibukan mendorong kita untuk terus menundanya, sehingga tanpa kita sadari hidup kita menjadi tidak berarah karena diri kita sudah begitu kelelahan dan penat terhadap setiap kesibukan yang kita jalani. Dalam bagian ini kita diajak berefleksi dalam berbagai tahapan kehidupan, secara khusus terkait dengan perjalanan waktu, hal-hal yang saat ini kita jalani, kelak akan berubah menjadi sebuah kenangan, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menunda bahagia, mengapa banyak dari kita yang senang menomor duakan kebahagiaan, entah menghabiskan waktu dengan keluarga ataupun orang-orang yang dikasihi, hingga tanpa disadari, kita sudah kehilangan orang-orang tersebut, dan kita hanya diliputi kesedihan. Waktu adalah suatu hal yang tidak bisa kita kendalikan, Ia terus berjalan apapun keadaan diri kita.
Bagian ketiga kita diajak untuk mengenal hubungan-hubungan kita, baik hubungan pertemanan, hubungan keluarga, hubungan suami istri ataupun dengan anak. Ada kalanya, kita begitu ingin diterima di suatu kelompok, sehingga kita berusaha untuk selalu mengikuti keinginan orang lain, yang mungkin tidak sesuai dengan kemauan diri kita, karena kita takut ditinggalkan oleh orang-orang, karena sebagai manusia kita memiliki ketakutan kalau kita ditinggalkan oleh orang-orang, padahal selain harus membahagiakan orang lain, terlebih utama adalah kita harus membahagiakan diri kita sendiri. Dalam menjalani hubungan apapun, kita juga perlu untuk membuat jarak, dengan ada-nya jarak, kita bisa melihat pribadi orang lain secara lebih utuh, terkadang kalau terlalu dekat, kita sering kali hanya melihat hal-hal yang mungkin tidak kita sukai ataupun hal-hal yang itu saja, jarak juga memberikan ruang gerak untuk kita masing-masing untuk berekspresi, tidak mungkin dalam menjalani hubungan, semuanya hanya berdasarkan mau kita atau mau mereka. Dalam satu bab di bagian ketiga ini, ada yang berkesan untuk saya, terutama bab mengenai "Nama Ibu", dimana penulis mencurahkan cinta-nya yang besar kepada sang ibu dalam tulisannya, bagaimana seorang Ibu bisa menanggalkan nama yang dimilikinya setelah ia memiliki anak, Ia jadi lebih sering dipanggil dengan nama dari sang anak dan perlahan mulai kehilangan namanya sendiri, dan sejak kita kecil, Ibu mencurahkan cinta-nya kepada kita tanpa henti, melalui perbuatan kasihnya, tidak peduli Ia kelelahan ataupun kelaparan, apapun yang kita inginkan, senantiasa dipenuhi oleh Ibu oleh karena cinta-nya. Dari semuanya, dalam menjalin hubungan apapun, Cinta memegang peranan paling penting, melalui Cinta, kita bisa meruntuhkan ego kita yang besar, melalui Cinta kita tidak lagi mengenakan pakaian kesombongan kita dan kita bisa menerima orang lain apa adanya.
Bagian Keempat, sebagai bagian penutup dari buku ini, kita diajak untuk melihat dan mengenal dunia kita, setelah kita mengenali diri kita, waktu kita, hubungan kita, disini kita diajak untuk melihat, apakah kita sudah menghidupi kehidupan ini sebagai diri kita sendiri? atau kita masih senantiasa berusaha menjadi sosok yang diinginkan oleh orang lain? Apakah kita menyadari hidup ini akan berakhir pada perpisahan-perpisahan? dan meskipun kita dilanda kedukaan, tapi hidup terus berjalan, apakah kita bisa mengubah duka tersebut menjadi kekuatan bagi kita untuk terus melangkah? Apakah hingga saat ini kita masih memiliki mimpi yang ingin kita wujudkan? Kenapa selama ini kita belum mewujudkannya? Apakah kita belum berani atau belum pernah melangkah? mengapa kita tidak mencoba untuk melangkah sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impian yang kita miliki tersebut? dan juga salah satu yang buat saya menjadi puncak adalah, bahwa kita ini adalah seseorang yang berharga untuk orang lain, jangan terus memandang diri kita tidak berarti, kita ini begitu penting untuk orang-orang yang mengasihi kita. Dalam kehidupan ini pun jangan lupa untuk berbuat baik bagi orang lain, kita tidak pernah tahu, satu sapaan ataupun satu senyuman bisa membuat orang lain membuka dirinya dan kita bisa mendapatkan seorang teman dari hal tersebut.
Buku ini dihiasi berbagai kutipan puisi, Novel dan kata-kata Indah, perlu ketenangan pikiran dalam membaca buku ini, karena kita betul-betul diajak untuk berefleksi dan merenungi kehidupan, meskipun kita bisa membacanya secara kasual, tapi lebih banyak yang kita dapatkan kalau kita menyempatkan waktu untuk membaca buku ini secara perlahan dalam tahapan kehidupan kita. Jadi kembali ke pertanyaan saya, apakah tulisan di buku ini sesuai dengan kehidupan saya? Saya bisa menjawab Ya, dan buku ini memperkaya pandangan saya akan kehidupan dan membantu saya melihat hal-hal penting dalam kehidupan ini dan bisa membantu melihat apa yang kita inginkan dalam hidup ini.
Selamat Membaca!
3 notes · View notes
pendongeng · 1 year
Text
15 Ramadhan
Panjatan doa malam jumat tersusun tinggi, mengharap ridho Ilahi. Langkah kecil ini berlarian, berharap sampai pada keridhoan Nya dengan utuh.
Untuk hari-hari kedepan, aku tak ingin mengeluhkan apa-apa, tak ingin memaksakan apapun, tak ingin marah tuk kesalahan apapun.
Atas semua yang terjadi sejauh nanti, rumit, sakit, sedih, marah dan segalanya. Baiknya dipulangkan kembali, pada penerimaan diri, bahwa semua itu pemberian dari Ilahi.
Tak apa semua itu terjadi, hidup memang berisi hal seperti itu. Jadi tidak mengapa jika mengalami beberapa luka, toh tidak akan seberapa, pahitnya pun kan sirna.
Aku hanya ingin diteguhkan lebih. Menyadari bahwa semua itu bukan kuasaku, maka cukup kembalikan pada Ilahi, semoga Ia mampukan aku dalam menerima semua rencana Nya.
Biarkan kesabaran memenuhi hati, ikhlas memenuhi jiwa, agar tak ada lagi luka yang terasa, menerimanya dengan senyum bahagia, melalui lafadz Alhamdulillah nya.
Kerikil itu terkadang memang perlu dalam kehidupan, membentuk kita menjadi manusia yang sadar diri, bahwa kita hamba yang lemah dan butuh pada Pencipta.
Semoga Allah ridhoi, itu jadi doa yang terus melambung tinggi. Tak ada doa yg lebih indah, selai merasa pasrah bahwa ridho Allah jadi satu-satunya tujuan diri.
Mari mengarungi malam jumat ini, dengan doa berserah..
Hai.. untuk yang masih menetap di sini, terima kasih :)
4 notes · View notes
feitoldya · 6 months
Text
Rekomendasi Buku Yang Harus Dibaca untuk Membantu Anda Menjadi Lebih Baik di Tahun Depan
Apakah Anda merasa perlu melakukan perubahan dalam hidup Anda, mencapai pertumbuhan pribadi yang lebih baik, dan mencapai potensi maksimal Anda? Mungkin Anda telah merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini saat tahun ini berakhir dan tahun depan segera tiba. Jika Anda adalah salah satu yang ingin menjadikan tahun mendatang sebagai awal yang segar dan penuh potensi, maka Anda berada di tempat yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
unicorntyping · 1 year
Text
❝𝐁𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐦𝐮 yang sudah lama kamu pendam❞
― 19 May 2022 by @unicorntyping
Kadang manusia bernyawa, tapi terasa tidak.
Kadang manusia mencari kebahagiaan, tapi tidak pernah menemukan.
Kadang manusia mencari pundi-pundi emas, tapi tak pernah merasa cukup.
Tumblr media
Dengan membangun pondasi diri dengan mewujudkan mimpimu, kamu menemukan makna hidup.
Setelahnya, kamu akan bertemu dengan orang-orang yang 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐟𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢—mengejar mimpinya—sehingga mampu berjalan beriringan denganmu dengan satu visi misi yang sama pula.
1 note · View note
shaulatravelerlight · 8 months
Text
Bagaimana jika setiap keterpurukan, setiap tantangan, setiap pengalaman dalam hidup kita hanya dimaksudkan untuk satu tujuan: untuk mengembalikan kita ke asal?
Bagaimana jika setiap kemenangan, setiap kekalahan, setiap keindahan, setiap kejatuhan, setiap kekejaman, dan setiap senyuman hanya dimaksudkan untuk menyingkap penghalang lain antara kita dan Allah?
Antara kita dan tempat kita memulai serta tempat yang sangat ingin kita tuju kembali?
Bagaimana jika segalanya hanya tentang menemui-Nya?
Kita harus mengetahui bahwa segala yang kita alami di dalam kehidupan ini memiliki tujuan
(dikutip dari buku karya Yasmin mogahed)
9 notes · View notes
guratpena · 2 months
Text
kecil
aku merasa semakin sering merasa kecil. mungkin karena aku terlalu sombong, memasang target terlalu tinggi. hingga akhirnya terjatuh, dijegal kenyataan.
aku merasa semakin sering merasa kecil. mungkin karena aku terlalu lalai, merasa telah mencapai tujuan. hingga akhirnya terlena, tersusul yang berusaha.
aku merasa semakin sering merasa kecil. mungkin karena aku terlalu meresah, merasa paling merana. hingga akhirnya terpuruk, meyakini ujungnya sudah tertebak.
akulah yang mengecilkan diri.
5 notes · View notes
surya-uya · 6 months
Text
Menanti kesempatan
Aku percaya bahwa keberuntungan terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Karena itulah aku melayakkan diri terus menerus untuk menyiapkan diri ketika kesempatan itu datang, aku tidak menyesal. Mungkin saat ini usaha-usaha yang telah dilakukan belum terlihat hasilnya. Seperti usaha yang percuma saja. Tetapi nanti ketika kesempatan itu datang, bersinarlah.
Miracle is another name of effort. Ya aku mempercayainya. Walaupun ada kemungkinan terburuk kesempatan itu tidak datang. Aku yakin usaha-usaha itu tidak akan sia-sia. Setidaknya aku meyakini ada kebaikan yang aku dapatkan dari usaha-usaha yang aku lakukan. Bukankah hal-hal baik akan selalu muncul bagi mereka yang bersabar.
Lelah-lelah, berkorban, atau terseok. Seperti menjadi nikmat jika kita memiliki tujuan yang jelas. Kita menyadarinya jika itu adalah jalan-jalan yang harus ditapaki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tak bisa hanya berdiam diri menunggu keajaiban tanpa melakukan apapun. Believe in heart. Ya aku percaya, tak akan kecewa dengan hasil yang kelak kudapatkan.
5 notes · View notes
sheiladwikr · 10 months
Text
Kadang atau mungkin memang lebih baik ; Ketidaktahuan kita terhadap perasaan cinta seseorang itu jauh lebih aman dibanding kita mengetahuinya.
dalam buku "Menentukan Arah"
4 notes · View notes
wardunarian · 2 months
Text
Malam tempat yang tepat utk merebahkan segala lelah...semoga lekas pulih setelah ini...
2 notes · View notes
fathinjh · 1 year
Text
Tentang "PERJALANAN"
Ibarat ingin pergi ke suatu tempat. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, bukan? Sama halnya dengan hidup.
Kita perlu memiliki niat, bekal, tujuan, peta, serta kendaraan yang akan digunakan agar sampailah kita ke tempat tujuan dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Persiapan sebelum perjalanan ini perlu dilakukan secara matang, bukan sekadar berjalan menyusuri jalan tanpa arah, tanpa pegangan, atau bahkan tanpa tujuan.
Kita perlu memiliki tujuan, agar kita tahu kadar serta apa saja yang diperlukan untuk dapat sampai ke tujuan yang ingin kita capai. Kita perlu pegangan, pedoman, atau prinsip selama perjalanannya, agar kita tidak terombang-ambing pada ombak godaan yang ada, agar kita tidak berbelok atau bahkan berbalik arah, agar kita tetap berada di jalur yang memang seharusnya. Jalur yang benar, yang akan mengantarkan kita sampai pada titik akhir, tujuan di mana kita ingin sampai.
Bahkan, hal kecil pun perlu dipersiapkan. Karena nantinya, akan ada banyak sekali pilihan selama perjalannya. Akan ada banyak godaan yang menyapa. Akan ada banyak halang rintang yang datang. Selama perjalanannya, kita juga akan dihadapkan pada berbagai macam keadaan. Kita akan ada di berbagai titik kehidupan. Mudah ataupun sulit. Tapi yang harus dipercaya, bahwa kita punya Allah. Allah sudah berfirman bukan, dalam Q.S. Al-Insyirah ayat 5-6, bahwa sesungguhnya, bersama kesulitan itu akan ada kemudahan. Allah juga sudah menjamin akan menolong hamba-Nya yang bertakwa dan bertawakal. Kita sudah dijamin oleh Allah, maka sayang kalau kita harus ragu atau takut untuk melangkah. Lebih sayang lagi kalau kita memilih menyerah.
Hal-hal dan kejadian seperti itulah tadi yang akan membentuk kita menjadi manusia seperti apa. Dan menjadi manusia yang akan mengambil tindakan apa dalam menghadapi situasi yang terjadi. Dan asyiknya, di sini kita diberi kebebasan, pilihan mana yang akan kita ambil. Hidup dan perjalanan seperti apa yang kita mau dan yang kita pilih.
Perlu disadari, bahwa pada dasarnya, hidup ini adalah perjalanan menuju Allah S.W.T.
Ada satu postingan instagram dari selebgram (?), Kak Atika Cahya, kalimatnya :
Tumblr media
Dari sini, teringat juga kalimat dari Kak Khairun Rizki dalam suatu kegiatan dauroh,
"Pada hakikatnya, hidup kita ini adalah perjalanan menuju akhirat, dengan Al-Qur'an sebagai petunjuk."
Jadi, pilihan ada pada kita. Prinsip apa yang akan kita gunakan selama hidup? Dan apa tujuan hidup yang ingin kita capai?
2 notes · View notes
sitenesia · 2 months
Text
Gaya Hidup Digital: Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa itu Penting!
Memahami Gaya Hidup Digital, Pengertian Menurut Ahli, Apa itu Digital Lifestyle? Tujuan dan Fungsi, Jenis Macam Contoh, Dampak, serta Kenapa Itu Penting! Di zaman ini, khususnya di tahun sekarang, teknologi digital atau digital technology telah merajalela, tidak bisa dilepaskan bahwa cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi telah mengalami transformasi yang mendalam. Konsep gaya hidup digital…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kartikagmacademy · 9 months
Text
Tumblr media
0 notes