Sean bienvenidos japonistasarqueológicos, a una nueva entrega de actualidad nipona una vez dijo esto pónganse cómodos que empezamos.
-
Hoy sábado día 15/04/2023, ha tenido lugar un atentado contra la vida de Fumio Kishida, un joven de 24 años sospechoso de las explosiones causadas en contra del presidente. El puerto estaba envuelto por los gritos de la gente y el incidente ocurrió frente a la cámara pasadas las 11:00 horas del día 15. El lugar es Saikazaki, un puerto en la parte occidental de la ciudad de Wakayama, localizado en la región de Kansai, por suerte salió ileso.
-
¿Qué opinan ustedes? Espero que pasen una buena semana y nos vemos en próximas publicaciones.
-
日本の考古学者たちよ、ようこそ、日本の時事問題の新しい回へ。 これだけ言っておけば、あとは楽にしてください、では始めましょう。
-
本日2023年04月15日(土)、大統領に対して引き起こされた爆発事件の容疑者である岸田文雄(24歳)の命が狙われた。 港は人々の悲鳴に包まれ、15日午前11時過ぎにカメラの前で事件は起こった。場所は関西に位置する和歌山市の西部にある港、雑賀崎、幸いにも彼は無傷だった。
-
いかがでしょうか?今週も良い一週間をお過ごしください!また、今後の記事でお会いしましょう。
-
Welcome, Japanese archaeologists, to a new installment of Japanese current affairs. Once this has been said, make yourselves comfortable and let's get started.
-
Today, Saturday 15/04/2023, an attempt was made on the life of Fumio Kishida, a 24 year old suspect in the explosions caused against the president. The port was surrounded by the shouting of people and the incident occurred in front of the camera after 11:00 a.m. on the 15th. The place is Saikazaki, a port in the western part of Wakayama city, located in the Kansai region, luckily he was unharmed.
-
What do you think? I hope you have a good week and I'll see you in future posts.
11 notes
·
View notes
•Impian•
Setiap manusia yg hidup tentunya punya satu atau beberapa mimpi yg ingin di capai, sudah tentu bukan hal mudah untuk mewujudkannya. Mewujudkan sebuah mimpi tentunya harus dengan kerja keras,fokus dan komitmen yg kuat untuk siap melewati setiap langkahnya. Impian membuat seseorang kadang menangis entah karena belum bisa mencapainya atau karena membayangkan saat di sampai ketujuan itu.
Tentunya sebagai seorang muslim kita punya mimpi yaitu meninggal saat di puncak tertinggi keimanan kita. seorang muslim pasti ada impian untuk punya keimanan yg sama seperti abu bakar Ash-Shiddiq yg saat di gua di gigit ular namun engga bergerak karena tak ingin menganggu tidur Rasulullah SAW atau saat menangisnya Khalid bin Walid yg tak bisa mati syahid dalam perang. Impian yg begitu terasa hangat di hati seorang muslim yg masih lekat dengan maksiat yg setapak demi setapak mencoba meningkatkan keimanan.
Di atas adalah beberapa contoh keimanan yg pasti di damba banyak seorang muslim, mari kita tanamkan kisah itu dalam hati kita resapi dan jadikan motivasi untuk kita bisa mencapai impian itu. Allah SWT begitu baik dengan kita selalu membimbing dan menuntun kita ke impian itu sekarang tinggal kita optimalkan usaha kita. Semoga kita semua bisa mencapai titik keimanan yg tinggi hingga kita bisa senantiasa merasakan hangatnya kasih sayang Allah SWT di hati kita.
3 notes
·
View notes
Kisah Junko Furuta, Gadis Cantik SMA Diperkosa 100 Orang Berbeda Sebanyak 500 Kali, Setelah Disiksa Lalu Dibunuh
Kisah Junko Furuta, Gadis Cantik SMA Diperkosa 100 Orang Berbeda Sebanyak 500 Kali, Setelah Disiksa Lalu Dibunuh
Kisah Gadis Cantik Bernama Junko Furuta yang Tak Pernah Dilupakan Sepanjang Masa.
Pada tanggal 25 November 1988, siswi SMA, Junko Furuta, pulang dari pekerjaan paruh waktunya dengan sepedanya.
Seorang anak laki-laki secara acak melewatinya dan membuatnya jatuh.
Miyano mendatanginya seolah membantunya.
Namun kemudian dalam waktu singkat dan sebelum Junko Furuta menyadari apa yang…
View On WordPress
4 notes
·
View notes
Mau Kerja ke Jepang?
Jumlah orang Indonesia yang bekerja di Jepang semakin meningkat! Hal ini karena banyak perusahaan Jepang yang beralih dari tenaga kerja Vietnam ke tenaga kerja Indonesia.
Kami, JobJepang.com, telah bekerja sama dengan LPK Fuji Bijak Prestasi dan memulai kelas baru bagi mereka yang ingin bekerja di Jepang. Lowongan Magang Jepang mencapai lebih dari 1000 per tahun, namun jumlah tenaga kerja masih kurang. Sebagian besar siswa mulai belajar bahasa Jepang dari nol, termasuk banyak yang pindah dari LPK lain.
Kelas angkatan kedua akan dimulai pada bulan November. Magang Jepang umumnya bekerja selama 3 tahun, namun bisa diperpanjang hingga 5 tahun. Sebagian siswa yang kembali ke Indonesia dapat menabung hingga 150-300 juta Rupiah.
Jika Anda tertarik, silakan hubungi kami. Kami menantikan kesempatan untuk bertemu dengan Anda! Terima kasih.
Ayo Kerja ke Jepang!!
1 note
·
View note
Bukan Buatku
Bagian 1
Semua dimulai dari Tou-san---ayahku---yang menurunkan toko manisannya padaku. Kalau boleh jujur, aku bukan penggemar makanan manis, bahkan sejak masih kecil. Tou-san tahu itu, tapi tetap menurunkannya padaku.
"Cuma kau satu-satunya anakku! Kenapa tidak mau membantu ayahmu yang sudah tua ini?!" katanya, di hari pertama ia membicarakan topik itu. "Yang buat manisannya, kan, karyawan-karyawanku, bukan kau! Yang kau lakukan hanya menjaga toko, menggaji karyawan, serta mencicipi varian baru yang mereka buat!"
"Justru bagian 'mencicipi' itu yang kuhindari, Tou-san," aku ingat pernah memberinya alasan.
"Banyak alasan! Pokoknya, toko itu harus tetap buka saat aku pensiun! Aku tidak mau terus-terusan terjebak di kota itu! Aku ingin jalan-jalan, membawa serta abu ibumu! Paham?!" Namun, alasanku ditolaknya mentah-mentah, hingga mau tak mau, kuterima toko itu sebagai mata pencaharian utamaku saat ini.
Toko manisan Tou-san---atau sekarang toko manisan-ku---sama sekali tidak besar. Ini toko kecil dan tua yang hanya memiliki tiga karyawan yang semuanya bekerja di dapur. Tadinya Tou-san dan Kaa-san hanya menjajakan manisan-manisan tradisional. Akan tetapi, mengikuti permintaan pasar dan perkembangan zaman, lambat laun mereka menerima pasokan permen atau manisan lain dari pabrik-pabrik sekitar. Yah, bisa dibilang, apa pun yang rasanya manis dan berbahan dasar gula, akan Tou-san jual di sini.
"Haaah, melihatnya saja sudah membuat mulutku lengket ...."
"Se-tidak bisa itu, kah, makan yang manis-manis, Kotaro-kun?" Seorang wanita yang ada di masa setengah abadnya, muncul dari dapur dengan nampan berisi ichigo daifuku di atasnya. Itu Junko-san. "Nih, yang ichigo baru jadi. Mau satu?"
"Junko-san bercanda, ya?"
Junko-san tertawa sambil memasukkan benda-benda bulat berwarna putih itu ke raknya, bergabung dengan daifuku-daifuku lain yang sudah jadi lebih dulu. Aku keluar dari area kasir, membantunya untuk menyusun. "Padahal makanan manis itu bisa menaikkan mood-mu. Kenapa tidak mau?"
"Rasanya tidak cocok di lidah," balasku, menyusun daifuku terakhir ke raknya. Aku menghela nafas lagi---akibat dari menyentuh benda penuh gula itu di tangan---sebelum meneruskan, "Gula-gula ini seperti menempel di setiap sudut mulutku, dan bisa membuatku haus sampai seharian."
"Separah itu?" Aku mengangguk. Junko-san ikut menghela nafasnya. "Tapi kau memang tidak tertarik dengan manisan sejak masih sepinggangku, sih," ia bercerita sambil menaruh tangannya di pinggang, mengukur tubuh kecilku yang hanya tersisa bayangan masa lalu. "Anak yang tidak suka permen .... Sama sekali tidak terdengar lucu."
"Tenang saja, bahkan Tou-san tidak pernah menganggapku lucu."
Junko-san tertawa lepas, mungkin membayangkan wajah Tou-san yang hampir tak pernah terlihat ramah di sepanjang hidupnya. "Ya, ya, kau benar. Yang menganggapmu lucu hanya Yui-chan---Kaa-san-mu."
Aku tersenyum getir. Junko-san dan Kaa-san ini sangat dekat. Meski mereka berawal dari pemilik toko dan karyawan, hubungan mereka sudah seperti kakak-adik pada akhirnya. Aku pun sering menganggap Junko-san sebagai ibu keduaku. Jujur, aku sangat bersyukur Junko-san masih mau bertahan bekerja di toko kecil ini, di saat dua karyawan lainnya sudah sering berganti setiap tahunnya.
"Baiklah, aku masih harus buat manju."
"Eh? Bukannya manju jatahnya Fukui-san?"
"Hari ini ada yang pesan untuk oleh-oleh." Junko-san mengambil kembali nampan tempat ia menaruh daifuku tadi. Sambil hendak kembali ke belakang, ia bicara lagi, "Pesanannya masuk saat kau belum datang ke sini, jadi mungkin kau tidak tahu, tapi kau bisa cek di Buku Coklat. Harusnya Takamori-kun sudah tulis pesanannya di sana."
Segera aku kembali ke meja kasir dan mengecek Buku Coklat yang dimaksud. Sebenarnya ini hanya buku tulis biasa yang disampul coklat, tapi ini sudah semacam tradisi yang Tou-san buat supaya tidak mudah lupa apabila ada pesanan khusus yang masuk ke toko. "Rincian pesanannya ada di Buku Coklat! Kau tinggal cek saja!" Biasanya dia akan bicara seperti itu setiap Junko-san atau karyawan lain bertanya. Aku seakan bisa mendengarnya bicara seperti itu tepat di sampingku---sambil marah-marah, mempertanyakan kenapa aku bisa lupa dengan urusan toko sendiri.
Aku langsung membuka buku itu ke halaman paling baru. Tanggal penulisannya dua hari lalu, dan ada nama "Takamori" di bawahnya. Sudah dipastikan inilah rincian pesanan yang dibilang Junko-san tadi.
"Berapa banyak manju yang dipesan?" Suara Junko-san terdengar agak jauh.
"Lima puluh buah!" Suaraku sedikit meninggi, supaya terdengar oleh Junko-san yang sudah ada di dapur.
"Sudah ada 20 di sini!" Kali ini suara Fukui-san yang terdengar.
"Urusanmu itu stok toko, Fukui-kun!" Balasan dari Junko-san membuatku menahan tawa sedikit.
"Heee!? Tapi manju itu spesialisasiku! Dan juga, Junko-san belum buat satu pun, kan?! Pesanannya diambil jam dua siang ini!" Aku refleks mengecek kembali rinciannya, kemudian beralih ke jam dinding di atasku. Sekarang sudah jam 10.30, tepat setengah jam setelah toko dibuka.
"Lalu manju di toko siapa yang pegang?!" Suara Junko-san membawaku kembali ke pembicaraan mereka.
"Aku sudah taruh 20 yaki manju di rak toko!" Kali ini suara si karyawan muda, Takamori, yang terdengar.
"Yang biasa kita jual itu kukus (mushi)! Bukan panggang (yaki)!" Keributan yang terjadi semakin membuatku tak kuasa menahan tawa.
Baru saja aku ingin memisahkan mereka dan mengingatkan waktu terus berjalan, pintu toko dibuka oleh seseorang. Aku langsung menyambutnya, tanpa menyadari siapa pelanggan pertama kami. Hingga setelah aku melihatnya dengan seksama, aku terkesima dengan kecantikan yang dipancarkannya.
Ia membalas sapaanku dengan senyuman, membenarkan posisi kacamatanya sejenak, lalu bicara, "Uh, maaf. Aku Kishimoto, yang dua hari lalu pesan manju di sini. A-aku minta maaf karena datang terlalu cepat---aku baru ingat jam pengambilannya saat sudah dalam perjalanan. Karena sudah nanggung buat balik lagi---berhubung rumahku jauh dari sini, apa boleh aku tunggu saja di sini?"
Maafkan aku, Kishimoto-san. Aku terlalu terpana dengan kecantikanmu, bahkan suaramu juga terdengar indah, sampai aku kehabisan kata-kata.
Sepertinya ... aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Bersambung ...
[Ditulis oleh Titik Berma; Pamulang, 4 September 2024]
0 notes