Out from the corner of their eye, Niko's device is pulsing a light blue glow. A faint breaking static could be heard.
If they were to grab it, an uncomfortable tingling sensation would force them to pull back.
That’s… weird.
[Redacted]?? Can you come check this out??
[Hm… that is odd.]
[There’s definitely some form of energy signature? But it’s not light magic, or at least not the kind I can typically sense.]
[I wonder what’s going on..?]
59 notes
·
View notes
Oh hey, haven't seen many trainers around here!
Well, except for the folk over on rotomblr...
How are you?
OH! Didn't expect to see a zeraora here, much less a shiny one!
Calm down Saffron, considering our... situations... this isn't the weirdest thing either of us have seen.
Yeah, true.
Anyways, I'd say I'm doing alright. Though I can't speak for my partner.
Yes you can, because you know the answer is that I'm exhausted but literally don't have time to stop. But like I'm fine for the most part.
How about you?
15 notes
·
View notes
I wanna try how the polls work for the one making them so
Also, I still really want to start making chill art streams, but yea, it's scary. I'm leaning on Youtube and currently just have to figure out how to get OBS to work. I am also considering starting with a discord server cause at least that I know how to work, but it's a bit more hmm....too private feeling? Idk
Any ideas?
30 notes
·
View notes
Send the Zalgo text.
[Give me a moment, I've got to upload it.]
[...]
-file uploaded-
F̶̧̛̯̘̼̙̥͖̘̯͗͗͌̔̉̎̌͝ ̴̝̭͍͍̻̲̹͚͋̓̒V̸͎̘͕͙̠̳̭̟̽̔́͜ ̴̨̛͉̫͇̮͉̣̙̹̠͇̟̤̖̩̔͛̓̈͗͗̉̿̎̎̈͑̚͜͝B̴̗̟̰͍̃̀̒̀̏̽̽̇̌͌̑̕͘͜ ̶̢̡̳̞͔̮̯̣͖̫̘̤̗̜̀̂͑̈́̿͊͗̏̅̕͝H̴̨̞̠̣̲̙̙̣̺͖̳̯̪̦̤͆̿͆̾̄̐͜ ̸̨̧̧͖̼̦̻̲̟͕͔̟̬̱̌ͅͅY̸̨̐̊ ̵̨͈̳̯͛͂Ĺ̷̨͈͖̳͔̗̮̝͙͖̦̼̫̬͕̜̈́͋͆͆̔̈̑̊̾̑͒͒̄̕͜͠ ̷̮̲͕͈͎̦͍̰͍͉͚̘̙̥̤̈́̆̓̓̈͘͜Ǔ̶̫̥̘̅͂̽̈́̏̔̇͋͑̌͌͊͜ ̴̬̞̞͖̗̻̄̎̉̏̓͒͑̒̚V̸̡͍̭̩̝̤͉̥̱̪̥̖͉̯͔͕̙̉̔͗̅̔͒̾̚ ̵͈̼̣͕̙̘̩̼͍͎̤͇̍̽̈́͛̋͗̔̔̿͒̃̍͌͝A̸̧̢͖̤͍͕͔͕̣̠̤̜̳̼̔̓̄͒̓̽̑͊̎̔̅̕͠͝ ̵̬͓̟̯̄͒̓̕̕̚͝Z̵̨̨̛̮̬͉̫̜͖̝̤̯̲̄̈́̀̅̈́̌̊̄͂̏͜͜ͅ ̶̧̟̖͙̳̭̘̳̄̋͗͛̃̆̚̕Ȟ̸̙͂͗͌̀̅̿̈́͐̍͛͌͝͠ ̵̧̻͈̣̪̟̘̮̎̀̐̀̀́͋̓͝ͅM̸̨̥̗̽̐̓̊͂̄͝ ̶̛̣̯͋̿͌͛̑́̔͌͗̕Ļ̸̧̜̤̭̰̬͈̣̰̗͍͕͉̣͌͂̎̊̂̀̏̅͆̐̓̍̉̀̊͘͜͠ ̶̨͔͉̱̺͔̼̗̩̲̯̦̻̗͌M̸̨͓̺̤̘̞̩̞̟̠̦͎͙͍͕͆̎͂̌̃́͂̎́̇́̕ ̴̨̡̛͉̯̣͙̝̲̯̝͈̪̞̍̎̋͛̃̀͒͠͝Y̵̰̝̪̫̦̠̪͑̈́͊̀͐̆̏̒͋͝ͅ ̷̢̨̛̠̙̥̻͕́̅̔́͂͂̅̄͋͂̀̚̚ͅV̸̢̩̻̜͔͔̩̰̫͓̲̐̓͂͗̑͐̽̎̿̒̇͐̓̌̀̉͐͜ ̸͙̟̞͊̏̀̀̓̓͘T̵̢͇͍̼̯͙͒̈́̌̾̈́̂̆́̅̓͌̏͜ ̸̧͔̞̦͓̖̻͙͈̩͕̐Ţ̵̨͎̘̼̯̠͍̪͊̈̀̌͑͘͜ ̴̘̠̠̬̬̫͙̎̇̓̂͒̾͗́̄̓̀̆͋̚L̵̡̨̲̟̝͙̮͚̞̹̳̍͗̐̇̆͐͠ ̶̦̥̺̙͓͔͉͈͖̗̝̥͛͒̐̌̃̈̎̚
[I believe it may be in a cipher, but I can't decode it.]
9 notes
·
View notes
[ @os-mapmaker ]
Greetings. I managed to regain connection thanks to the help of the World Spirit of your timeline.
I am sorry that I was not able to sufficiently warn you earlier.
Is everything okay? Did you manage to find Somino and the others?
. . .
Wait, something is coming through from The Writer’s communication device…
Is he with you? Is he okay?
[I’m glad twm managed to make contact. It’s alright, another world machine helped me. I found the others as well.]
[The Writer is with us right now. He’s currently unconscious.]
[As for the trap, I don’t know if they weren’t set up, or I managed to avoid it, but I haven’t…]
[Oh shit.]
6 notes
·
View notes
Sebuah Percakapan yang Sulit
Siang ini aku bertemu dengan salah satu orang terpenting untukku. Kami tidak tegur sapa tiga bulan belakangan karena bertengkar. Baru memasuki Mei ini, kami punya waktu untuk akhirnya bicara.
Dan jujur, ini percakapan yang bikin aku lebih banyak diam. Soalnya apa yang dia katakan adalah hal-hal yang nggak pernah kupikirkan sebelumnya. Tapi, ini yang paling membuatku berpikir:
"Selama lima tahun kita berteman, kamu nggak pernah minta, Nis," ujarnya. "Jujur, aku mulai mikir, kenapa ya Anissa nggak pernah minta sesuatu? Sesimpel main deh, kenapa kamu terus yang ke Tembalang, padahal bisa aja kamu minta aku yang ke Ungaran? Sekali-sekali kek kamu bilang, 'Yuk ketemunya di Ungaran'. Aku pasti bakal mau, kok. Atau paling nggak, kita kan bisa ketemu di tengah. Minta makanan kek, meski aku nggak bisa masak kayak kamu, aku minimal bakal kirimin kamu GoFood,".
Tahu nggak apa yang terlintas di pikiranku waktu dia bilang gitu?
"Oh iya ya, kok aku nggak pernah minta sesuatu ya?".
No, ini bukan pick me. Demi alek aku baru nyadar kalau...ternyata aku nggak pernah minta apa-apa. Dan ini nggak hanya tentang minta barang atau hadiah. Minta seseorang buat melakukan sesuatu untukku aja mungkin bisa dihitung jari alias jarang banget.
"Serius nggak ada yang kamu pengen dariku?" tanyanya. "Padahal sekali-kali kamu minta sesuatu kan nggak apa-apa. Kamu bukan tipikal manusia yang nggak tahu diri, lho,".
"Well," Aku menghela napas panjang. "Nggak tahu. Jujur aku aja baru sadar ternyata aku yang jarang minta,".
"Karena kamu mikirnya ekstrim banget waktu pertengkaran kita kemarin, Nis," katanya. "Kamu langsung nyalahin dirimu sendiri karena kamu baik. Aku nggak pengen kamu holding grudge waktu berteman denganku,".
"Nggak, aku nggak holding grudge. Dan sebenarnya aku aja masih bingung banget karena ada hal-hal yang baru kusadari. Aku masih suka kaget menerima kebaikan dari teman-temanku sendiri yang...gimana ya? Harusnya kan aku mikir ya kalian tuh baik karena kalian temanku, tapi kadang aku menerimanya kayak...wah gila, kalian baik banget," ujarku.
"Yang aku lihat, Nis, kamu banyak ngasih sesuatu di pertemanan kita. Justru karena kamu yang lebih sering usahain sesuatu, aku takutnya kamu holding grudge dan mikir kalau kamu nggak dapat apa-apa waktu berteman denganku,".
Aku sedikit menghindari tatapan matanya. Mungkin buat orang lain, percakapan ini biasa saja. Namun, untukku, percakapan ini ternyata sulit.
...
Kabar baiknya, kami sudah baikan.
Namun, dalam perjalanan pulang, pikiranku masih berada di kafe tempat kami bertemu tadi.
Ini bukan kali pertama aku bertengkar dengan teman-temanku. Kesekian kali sih mengalaminya. Bedanya, selain jadi pertengkaran besar pertama dengan temanku ini, aku pertama kali kena call out untuk sesuatu yang...aneh: Anissa nggak pernah minta apa-apa.
Aneh.
Biasanya ya aku di-call out teman-temanku karena banyak drama. Karena terlalu emosional. Karena terlalu blak-blakkan. Dan sekarang, ketika aku nggak lagi di-call out karena semua itu, aku kena call out karena nggak pernah minta apa-apa.
I mean...kan selama aku bisa ngusahain sendiri, baiknya kan nggak usah minta sama orang lain?
Asli, konsep "minta sesuatu" adalah sesuatu yang baru banget buatku.
Setelah lama merenung dalam perjalanan pulang, kurasa ada dua underlying issue kenapa Anissa tuh susah minta sama orang. Pertama, aku dibesarkan begitu. Bukan nggak boleh sama sekali, tapi "kalau bisa diusahakan sendiri, nggak usah minta sama orang lain". Orangtuaku ngajarin kalau aku nggak bisa bayarin makan buat minimal 2 orang, mendingan nggak usah jalan ke luar. Juga, saat sedang makan bersama, aku yang sebaiknya berdiri duluan dan bayar bill-nya.
Dan so far, semua yang kumau biasanya masih bisa kucapai dengan mengusahakan sendiri. Jadi, aku nggak pernah minta apa-apa.
Kedua, dari semua hubungan pertemananku, cuma ada satu pertemanan di mana posisinya aku yang diberi terus, sementara aku jarang ngasih.
Cuma dengan mendiang Yusuf Habibi.
Aku ingat waktu duduk di depan jenazahnya di rumah duka, salah satu hal yang paling nusuk banget adalah aku sama sekali nggak membalas apa-apa. Setiap traktiran sarapannya. Setiap usahanya buat nemenin aku waktu lagi vulnerable. Setiap effort-nya buat nunjukin kalo aku berharga. Setiap kalimat, "I miss you," yang dia ucapkan. Setiap tulisan yang dia buat.
That day, I swore to never do it again to anyone.
Tapi, mungkin aku nggak sadar ya kalo ini udah terlalu ekstrim?
0 notes