Tumgik
#sebuah tulisan
syifaaleida · 1 year
Text
Jadi konsultan aja kali ya, tapi hidup aja belum ketata, mau jadi konsultan buat orang konsultasi menata apa yang ada di hidupnya. kok aneh~
Tumblr media
84 notes · View notes
arioagio · 27 days
Text
Tumblr media
--- Untuk kamu, manusia hebat. ,☀️
------------------
👉🏻 Kalau mau 𝙨𝙞𝙢𝙥𝙖𝙣 dan 𝙨𝙝𝙖𝙧𝙚 post ini, boleh ya.
👉🏻 Gaskeun follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 untuk dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂.
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩ. ᘜIO
3 notes · View notes
andromedanisa · 10 months
Text
Meminta sebuah tenang..
Kebaikan itu ada pada rasa tenang dalam menjalani. Ketika seseorang telah merasa tenang atas hidupnya, maka ia menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab akan hidup yang telah Allaah berikan kepadanya.
Kehidupan baik adalah salah satu nikmat yang patut disyukuri. Kehidupan yang baik tak lantas seseorang tidak Allaah uji. Kehidupan baik ataupun tidak, ia akan tetap Allaah uji sesuai kadar imannya. Sejauh mana rasa yakinnya kepada Allaah, sejauh apa rasa syukurnya atas segala nikmat yang telah ia terima.
Rasa syukur akan melahirkan rasa tenang. Dan rasa tenang ini adalah sebuah karunia yang tidak semua orang merasakannya. Rasa tenang itu begitu berharga sebab ia memahami hakikat bahwasanya Allaah sudah mengatur dengan baik sebagaimana mestinya. Berapa banyak kita lihat pada hari ini, orang beramai-ramai mencari ketenangan kesana kemari yang mungkin hanya sesaat saja.
Bila saat ini jalan hidup kita sedang Allaah mudahkan, Allaah beri ketenangan dalam menjalaninya. maka itu adalah sebuah karunia. Semoga Allaah karuniahkan rasa itu hingga akhir hidup kita
Namun bila saat ini kita sedang mencari sebuah ketenangan. maka jalan keluarnya tidak lain tidak bukan adalah terus mendekat kepadaNya seraya mengupayakannya dalam doa-doa kita, dalam lamanya sujud-sujud kita, dan dalam lamanya tangisan kita. Sejengkal kita mendekat kepada Allaah, maka Allaah akan datang kepada kita sehasta. Demikianlah kasih sayang Allaah yang begitu luasnya.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Kehidupan yang tenang itu sungguh lapang. Orang-orang yang hidup dengan rasa tenang bukan berarti mereka tidak pernah bersedih, tidak pernah kecewa, mereka juga merasakan sedih dan juga kecewa. Namun hakikatnya mereka kembalikan lagi kepada Allaah pemilih semesta ini. Mereka kembalikan kepada Allaah, Dzat yang tidak akan mengkhianati titipan.
Demikianlah rasa tenang itu mereka raih dengan memahami hakikat bahwasanya apa yang menimpa hidup mereka adalah terbaik untuknya. Allaah karuniahkan ketenangan kepada mereka sebab keyakinan mereka yang begitu utuh akan janji Allaah..
"Allaah, jika pada hari ini aku disibukkan pada hal-hal yang aku sendiri tidak tahu sedang mengejar apa, maka hadirkan lah rasa tenang dalam diriku. agar aku paham kapan aku harus berhenti, kapan harus berupaya, kapan akan harus terus berjuang. Karuniakan aku rasa tenang dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti ini. agar aku tidak begitu takut pada apa-apa yang belum aku gapai, pada apa-apa yang memang tidak menjadi bagianku. aku hanya ingin menjadi hamba yang banyak syukur atas segala kebaikan Engkau kepada diriku ini."
menatap langit || 19.42
340 notes · View notes
alfisyahrin · 7 months
Text
Isi kepala yang sudah menginjak usia dewasa.
ini bukan tentang seumuran, lebih tua atau lebih muda tapi ini tentang seseorang yang mau diajak kerja sama dalam semua hal dan situasi.
seseorang yang bisa dijadikan rumah yang ramah tanpa harus memperdebatkan hal kecil.
seseorang yang mau menerima baik buruk yang diri kita punya.
seseorang yang selalu merasa cukup memiliki diri kita dengan sejuta kekurangan yang kita miliki.
seseorang yang mau memahami diri kita dengan baik sekaligus yang siap menerima setiap resiko yang ada jika kelak sudah hidup bersama.
"sebab seumur hidup bukan waktu yang singkat. bukan sehari atau dua hari namun sepanjang usia, hanya sekali, hanya satu untuk sepanjang masa, dan aku ingin bersama dengan seseorang yang benar benar menerimaku juga keluargaku"
4 notes · View notes
jaalingo5 · 2 years
Text
Tumblr media
#Jasa Penerjemah Abstrak Tersumpah | Honey Lingo#Jasa Penerjemah Abstrak Tersumpah yaitu ringkasan lengkap atau penjelasan keseluruhan dari isi suatu artikel ilmiah. Jadi secara garis bes#abstrak adalah sebuah tulisan yang berisi synopsis tentang suatu tulisan ilmiah yang berada diawal suatu tulisan ilmiah.Setiap unsur hendak#dengan demikian keseluruhan abstrak menjadi tidak terlalu panjang dan mudah dibaca. Hal tersebut sangat penting mengingat abstrak salah sat#maka kurang lebih abstrak itu sudah cukup baik. Oleh karena itu#apabila mengalami kesusahan dalam menerjemahkan abstrak maka bisa menghubungi tim Honey Lingo.#Hotline: +6281 387 788 183#Email: [email protected]#Instagram: @honeylingotranslation#Biasanya abstrak ditulis dalam dua bahasa#yang pertama yaitu Bahasa Indonesia dan kedua adalah Bahasa Inggris. Jika penulis tidak dapat menuliskan abstrak dengan baik#maka pesan yang ingin disampaikan untuk pembaca juga kurang maksimal#maka banyak dari mereka yang memilih menggunakan jasa penerjemah atau jasa translate yang sudah teruji kualitasnya. Abstrak bisa digunakan#sehingga penulis bisa mendapatkan informasi tambahan dalam membuat skripsi atau laporan penelitian#Abstrak memiliki tujuan untuk mempermudah pembaca agar dapat mempercepat memahami isi dari laporan atau skripsi anda.#Selanjutnya ada abstrak ideal bersifat informasi dan deskriptif#artinya setiap informasi yang terkandung pada abstrak tersebut harus berdasarkan fakta dan sesuai dengan tulisan ilmiahnya dan ada yang men#Honey Lingo menyiapkan jasa penerjemah abstrak yang siap membantu anda untuk menerjemahkan penelitian anda dengan cepat dan akurat#dan juga membantu mempersingkat waktu anda#hubungi segera Tim Honeylingo kami.#jasapenerjemahabstrak#translation#jasapenerjemahmalang#jasapenerjemah#jasatranslate
1 note · View note
kurniawangunadi · 5 months
Text
Menarik Diri dari Kehidupan
Akhir-akhir ini merasa lebih tenang, memang masih ada gelisahnya tapi tidak secemas sebelumnya. Mulai merasa nyaman dengan tidak banyak berinteraksi dengan gawai, tidak cek sosial media, dan fokus dengan alam pikiran dan diri. Di tengah-tengah arus setiap orang ingin mengenalkan dirinya ke publik dengan berbagai macam branding. Justru mulai merasa nyaman ketika tidak dikenal siapapun. Proses ini memberikan refleksi yang sangat banyak. Bahkan saat tulisan ini ditulisa di jam 2 pagi, hikmah itu masih belum berhenti mengalir rasanya. Di saat arus kehidupan seolah menuntut kita untuk dikenal dengan ini dan itu, di saat yang sama banyak sekali kehidupan yang berjalan di tempat-tempat yang jauh yang tak kita kenal, di desa, di dalam gang, di tumpukan gedung-gedung, di jalanan, dan lain-lain. Orang-orang yang bekerja untuk kehidupannya, tidak dikenal siapapun, tapi hati mereka dicukupkan dengan ketenangan, mereka tidak takut miskin, mereka tidak dikhawatirkan dengan hujan yang deras diperjalanan karena tidak memiliki mobil, tidak bingung dengan AC yang mati karena mereka memiliki rumah untuk berteduh. Hati mereka dilapangkan dengan rasa cukup. Sementara sebagian kita gelisah dengan gaji yang cukup besar, apakah nanti cukup untuk ini dan itu. Bahkan di alam bawah sadar kita, kita dihantui ketakutan akan kemiskinan dan terus merasa kurang.
Di saat kita berpikir bahwa kita harus terus menerus bekerja untuk bisa menumpuk harta, memiliki uang yang cukup, kemudian nanti bisa memiliki lebih banyak kesempatan dan waktu luang. Ada orang-orang yang ditempat jauh dan tidak kita kenal. Di sebuah desa, di dalam kontakan, di pesisir pantai. Mereka yang memilih jalan untuk mengabdikan dirinya, memilih jalan yang tidak ada gegap gempita dan hitungan uang yang bisa membuat mereka kaya raya seperti tujuan yang sedang ingin kita capai. Mereka memilih jalan untuk mengajarkan ayat-ayat Tuhan di surau-surau yang lapuk, mereka membantu orang-orang yang tidak mereka kenal, dan banyak lainnya.
Di saat kita merasa bahwa kita harus sangat keras dengan diri kita sendiri agar kita bisa mencapai mimpi-mimpi, membuktikan diri ke orang lain yang meremehkan, menunjukkan bahwa kita ada dan layak diperhatikan. Kita lupa bahwa akhirnya tidak ada orang yang lembut dengan diri kita, karena satu-satunya orang yang kita harapkan bisa bersikap lembut ternyata sama kerasnya, ialah diri kita sendiri. Hingga akhirnya diri kita pun menjadi orang yang sama kerasnya ke orang lain, menjadi lingkaran setan yang tak berujung.
Kini kita sama-sama dewasa, melalui jalan yang kita pilih sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita mau berpikir sejenak pada apa yang sedang kita jalani? Apakah benar tidak ada hal yang harus dikoreksi? Jika jalan ini sangat menggelisahkan, apakah kita mau menjalaninya seumur hidup? Sepenting apakah tujuanmu sehingga di saat ini, bahkan kamu tidak pernah bersikap lembut ke dirimu sendiri? Apakah kamu yakin bakal ada umur untuk sampai ke tujuanmu? Kapan terakhir kamu berwelas asih sama diri sendiri? Orang yang selama ini hidupnya begitu keras.
424 notes · View notes
ummumukhbita · 2 months
Text
Sebuah Tulisan Penguat Hati
“Allah tahu kapan waktu terbaiknya. Allah lebih tau.”
Jadi inget salah satu kutipan nasihat dari Ustadz Nuzul Dzkiri bahwa skill yang perlu dimiliki oleh seorang hamba adalah menunggu pertolongan Allah.
Ya, kadang kita tuh ga sabaran. Kita pengen cepetan padahal Allah lebih tau waktu yang tepat. Maka menunggu pertolongan Allah itu adalah hal yang perlu kita latih sebagai seorang hamba yang tak berdaya. Menunggu yang bukan sekadar berdiam diri. Tapi menunggu dengan ikhtiar yang sabar. Ikhtiar yang ikhlas semata-mata karena Allah.
Ceritanya aku haid lagi pagi ini. Tepat ketika hendak sholat tahajjud. Air mataku sudah siap tumpah saat itu. Tapi suami menyambut dengan senyuman terbaiknya seraya berkata dengan lembut,”Ingat ay, jangan sedih. Kan ini semua dari Allah.”
Aku tersenyum. Mencoba menutupi kesedihan karena harusnya aku bersyukur memiliki sosok yang mendukungku dalam setiap keadaan. Tapi tetap saja ada air mata yang lolos untuk jatuh. Buru-buru aku menyelimuti diri dengan selimut agar tangisan itu tak nampak olehnya.
Ya Rabbbi, kami berprasangka baik bahwa Engkau sedang persiapkan hadiah terbaik untuk kami. Mungkin Allah sedang menata kondisi kami agar siap menjadi orangtua terbaik. Dan kami yakin, ini adalah jalan takdir terbaik dari Allah.
Bisa jadi belum sekarang karena Allah ingin kami beramal pada ladang pahala yang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi Allah tahu semuanya.
“Nak, Umma dan Abuyya sudah ingin bertemu. Tapi Allah minta kami menunggu. Husnudzonnya Allah sedang siapkan kondisi terbaik kami sebelum bertemu denganmu, nak. Semoga di saat waktunya tiba kita bertemu dalam sebaik-baik keadaan dan juga iman. Agar kami bisa menjadi ladang pahala untukmu dan kamu menjadi ladang pahala juga untuk kami. Semoga kami menjadi hamba Allah yang sabar menunggu pertolongan Allah ya, nak. Semoga bisa berkumpul di dunia sebelum kembali bersama di surga Allah.”
Sambil menahan nyeri Haid || Sabtu, 29 Juli 2024 || Semangat wahai diri~
Tumblr media Tumblr media
202 notes · View notes
tentangtenang · 2 months
Text
Kita Tidak Akan Pernah Memahami Tentang Menerima Sampai Kita Menjalaninya
Sudah lebih dari dua pekan tulisan ini diendapkan di dalam pikiran. Awalnya ragu untuk dituliskan karena khawatir ada salah pikir di dalamnya. Tetapi, saya rasa saya memang butuh menulis untuk menguraikannya, berharap tulisan ini menjadi diskusi dengan para pembaca dan juga menjadi teman berproses bagi siapa saja yang saat ini sedang berlelah-lelah dalam berproses menerima. Baca sampai selesai supaya tidak salah paham, ya. Bismillah ...
Tumblr media
Ada banyak hal di dalam hidup yang tidak akan pernah kita pahami sebelum kita benar-benar menghadapi dan menjalaninya. Salah satunya adalah acceptance atau penerimaan. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa itu menerima? Bagaimana caranya untuk menerima?" rupanya hanya akan bisa seutuhnya terjawab ketika kita sudah pernah memproseskan diri untuk melakukan penerimaan.
Iya, penerimaan pada akhirnya bukanlah tentang suatu konsep atau teori yang bisa kita hafalkan untuk memahaminya, sebab kita harus menjalaninya.
Itulah yang belakangan ini menjadi sebuah kesimpulan diri bagi saya selepas menjumpai hari-hari yang berat. Seperti yang sudah bisa ditebak, saat hari-hari berat itu sedang hadir, penerimaan nyatanya juga hadir sebagai PR besar, and I wasn't have any clue to solve those kind of things. Dalam kondisi seperti itu, nasehat-nasehat baik seperti "Kamu seharusnya bersyukur. Kamu itu tidak menerima ketetapan Allah." terasa seperti belati yang menyakitkan. Alih-alih menyemangati dan membuat saya menemukan insight baik, saya justru semakin ingin melawan! Saya pikir, mengapa orang lain begitu sulit berempati dan membaca situasi sehingga kalimat-kalimat seperti ini harus dikatakan di saat-saat yang tidak tepat?
Di saat yang sama, isi kepala saya yang hening seketika berubah menjadi sangat riuh. Peperangan terjadi antara sisi diri saya yang mengatakan, "Sudahlah, didengarkan saja. Itu kan benar." dengan sisi diri saya yang lain yang mengatakan, "Nggak, itu salah! The things is not about acceptance and gratitude. Saya ini sedang sedih, bukan sedang tidak bersyukur. Saya juga sedang marah dan kecewa, bukan sedang tidak percaya kepada Allah sehingga enggan menerima ketetapan-Nya." Tetapi, saya terus mengevaluasi cara berpikir saya ini hingga akhirnya saya menemukan sebuah insight bahwa,
Tidak pernah ada yang salah dengan konsep bersyukur dan menerima ketetapan Allah. Saya pun mengimani bahwa dua hal itu memanglah menjadi kebutuhan jiwa kita sekaligus juga merupakan sikap terbaik seorang hamba kepada Rabb-Nya. Hanya saja ...
Saat ujiannya sedang hadir sebegitu hebatnya, saat tangis sedang deras-derasnya, juga saat rasa sakit sedang terasa sakit-sakitnya, rupanya yang saya butuhkan adalah berproses untuk menerima sepenuh utuh apa yang menjadi ketetapan-Nya. Di dalam menjalani proses itu, yang saya butuhkan adalah rangkulan, bukan nasehat-nasehat idealis yang bisa menutup jalur komunikasi hingga saya jadi tidak ingin bercerita lagi.
Saat itu, sambil menata apa yang ada di hati dan pikiran, saya teringat pada sebuah materi yang yang pernah saya buat untuk sebuah kelas. Salah satu kata kunci dari materi itu adalah bahwa penerimaan adalah proses yang aktif. Lewat berbagai ujian kemarin, rupanya Allah ingin memahamkan saya lebih dalam tentang "proses yang aktif" ini. Lalu, apa yang saya dapatkan? Penerimaan itu, setidaknya bagi saya, adalah proses yang seperti apa?
Pertama, dalam proses menerima itu ternyata kita tidak selalu bisa langsung berhasil. Terkadang kita harus bertemu dulu dengan kegagalan. Kita mungkin saja semakin sedih, semakin marah, semakin kecewa, dsb namun semua perasaan yang semakin menjadi-jadi itu biasanya akan menghantarkan kita pada sebuah titik dimana kita akan menyerah, mentok, hingga akhirnya pelan-pelan memilih untuk berserah, "Oke ya Allah, aku ikut apa mau-Mu."
Kedua, dalam proses menerima akan terjadi berbagai dialog di dalam diri, "Kayaknya gini, deh! Eh tapi nggak, yang benar itu ... Tapi gimana kalau ..." dst. Saat itu terjadi, it's okay, nikmati saja prosesnya dengan tetap banyak beristighfar kepada Allah dan meminta-Nya menunjukkann kepada kita cara berpikir yang benar.
Ketiga, proses menerima itu tidak bisa diwakilkan kepada siapapun kecuali diri kita sendiri karena ia adalah urusan personal, subjektif, dan merupakan perjalanan diri yang Allah berikan khusus untuk diri kita. Meski kita dan seseorang yang lain sedang berproses untuk menerima satu ketetapan yang sama, proses di dalam dirinya pasti berbeda. So hang in there, sampai kita menyadari bahwa satu-satunya yang bisa menolong kita hanya Allah saja.
Keempat, dalam proses menerima akan ada banyak warna perasaan yang bermain. Menyadarinya itu baik, merasakan apa yang kita rasakan juga baik, tetapi jangan sampai kita merelakan diri kita untuk dipimpin oleh perasaan-perasaan kita. Sebab, jika itu terjadi, kita sudah kalah.
Kelima dan yang paling utama, ternyata yang paling kita butuhkan dalam berproses untuk menerima ketetapan Allah adalah petunjuk-Nya. Hanya dengan petunjuk Allah kita bisa luluh, lapang, hingga akhirnya menerima.
Well, sampai kapanpun, rupanya proses menerima akan selalu menjadi pembelajaran bagi diri kita. Masalahnya, hal-hal yang harus kita terima di dalam hidup selalu berganti-ganti: beberapa hal mungkin sudah kita selesaikan sehingga tidak lagi menjadi isu di dalam diri (bahkan mungkin sudah menjadi hikmah yang kita kantongi), namun, bukankah beberapa yang lain masih menyisakan rasa berat dan meminta kita untuk berproses dalam menerimanya?
Teruslah berproses. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya di dalam jiwa kita. Wallahu 'alam bishawab.
PS. Jika teman-teman butuh berdiskusi tentang ini, boleh ask question via Inbox di Tumblr ini, ya.
155 notes · View notes
milaalkhansah · 2 months
Text
how depression feels like
Semenjak di diagnosis depresi, jujur aku mulai memandang diriku dengan cara yang berbeda. Setiap saat yang kuhabiskan dengan melamun, memandang kosong banyak hal, juga pada banyak malam yang kuhabiskan dengan menangis bukan lagi hanya sebuah pertanda bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Tetapi juga karena aku sudah butuh pertolongan.
Sebenarnya fase denial itu masih berlangsung. Pemikiran-pemikiran seperti, "ah kayaknya aku cuman lagi capek aja"
"aku cuman butuh jalan-jalan aja kayaknya"
"am i really depression? or it's just because I'm feeling a bit lonely..."
Dan berbagai sangkalan lainnya yang masih sering hadir—yang mana itu malah membuat pernyataan-pernyataan dokter itu semakin benar.
Salah satu alasan kontradiktif yang membuat aku belum merealisasikan keinginan buat bunuh diri itu adalah karena aku tahu itu dosa. Wkwk. Sangat klise memang. Orang-orang pasti berpikiran, "udah tau itu dosa, lalu kenapa masih kepikiran?"
Buat para penyintas depresi, kebanyakan pasti tidak lagi berpikir apakah yang mereka lakukan itu dosa atau tidak, tetapi apakah itu mampu mengeluarkan kami dari rasa sakit atau tidak. Ketika hidup tidak lagi mempunyai makna, beberapa orang tidak lagi berpikir apakah yang mereka lakukan itu salah, namun apakah hal itu dapat membawa mereka dari rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.
Aku bersyukur, meskipun dengan minimnya ilmu agama yang kupunya. Setidaknya sedikit banyaknya itu mampu membuat aku untuk berpikir lebih waras. Sayangnya, banyak orang yang berpikir bahwa orang-orang yang didiagnosa depresi adalah seseorang yang kurang ibadah, atau dekat dengan Tuhan. Padahal faktanya, depresi itu juga adalah sebuah penyakit. Orang yang dekat dengan Tuhan pun yang tidak tetap saja sama-sama punya kemungkinan buat terkena penyakit.
Depresi juga tidak hadir begitu saja tanpa sebab, dan juga yang pasti tidak pernah ada yang meminta. Pengalaman traumatis seseorang di masa lalu menjadi sebab terbesar seseorang mengidap depresi.
Mungkin teralu dini bagi aku untuk bercerita tentang depresi. Namun sebagai seseorang yang telah merasakan gejala-gejala itu bertahun-tahun semenjak aku SMP. Aku menjadi lebih berani untuk terbuka. Juga tidak lagi memandang buruk orang-orang yang mengidap penyakit mental. Namun bisa lebih bersimpati kepada mereka.
Penyakit mental dan penyakit fisik pada dasarnya sama saja. Perbedaan 'tempat' sakitnya lah yang membuat penyakit mental punya tempat yang istimewa. Tetapi tetap sama saja. Kedua jenis penyakit itu sama-sama butuh disembuhkan. Bukan dipandang sebelah mata.
So How depression feels like?
Saat relapse, sakit fisiknya seperti lagi asma. Saat asma seseorang kambuh, menjadi tidak lagi bernafas adalah pilihan lebih baik yang ia pikirkan daripada tetap bernafas namun seperti tercekik. Kamu akan bisa membayangkan bagaimana rasanya saat kamu sendiri punya asma.
sedangkan di hari normal lainnya. Hidup berjalan seperti biasa. Namun lebih ke autopilot. Aku tetap bangun, beraktivitas seperti biasa, bekerja, tersenyum dan tertawa kepada banyak orang, bukan karena aku menginginkan itu semua, bukan juga karena aku bahagia melakukannya. Tetapi karena aku tak lagi punya keinginan dan kegiatan lain. Tetap hidup seperti biasa, namun pemikiran kapan hidup ini akan berakhir terus melekat di otak.
Depresi itu sama kaya asma. Ia tidak bisa disembuhkan. Tetapi kita bisa mengontrolnya untuk tidak separah biasanya. Hal itu aku dapatkan dari sebuah buku tentang depresi yang baru saja aku baca. Sekali lagi aku bukan seorang dokter. Aku hanya membagikan apa yang aku tahu, dan aku rasakan.
Tadi, saat fase relapse itu hadir lagi, dengan tetes air mata yang membuat tulisan di jurnalku basah, dan menjadi kabur—aku menulis hal-hal yang menjadi alasan aku tidak boleh dulu mati. Beberapa isi kalimatnya;
"aku belum boleh mati, karena utangku belum lunas. Amalku masih sedikit, dengan utang kubawa mati, amalku akan habis dipakai bayar" aku terkikik geli menulis kalimat ini.
"aku belum boleh mati, karena cerita favoritku masih on going. Aku penasaran endingnya seperti apa. aku masih ingin baca..."
saat ingin membuat alasan lainnya, aku terdiam sebentar, mencari-cari, lalu memutuskan untuk berhenti. yah, aku kesulitan menuliskan alasan lainnya.
Dengan mata yang mulai mengantuk mengetik tulisan ini. Aku jadi teringat satu video singkat yang pernah aku nonton entah di mana. Singkatnya, video itu berisi gambaran seseorang yang sedang bunuh diri meloncat dari sebuah gedung. Di waktu-waktu terakhir sebelum ia menyentuh tanah, dan mati, ia melewati beberapa jendela dengan orang-orang di dalamnya dengan masalah hidupnya masing-masing. Di detik itu, ia menyesali pilihannya untuk bunuh diri, karena ternyata masalah hidupnya sendiri tak lebih besar dari masalah hidup yang dimiliki orang lain.
aku tidak mau mengkategorikan masalah hidup yang besar dan kecil itu seperti apa, karena balik lagi, mudah beratnya suatu hal, hanya yang menjalani langsung yang bisa mengerti.
Aku menuliskan tulisan (yang tidak mudah untuk kubuat ini) karena kelak kalau aku berumur panjang, aku ingin kembali membaca tulisan ini. Dengan tujuan sebagai pengingat, bahwa seberapa berat pun hidup yang kujalani. Aku selalu punya alasan untuk bertahan.
133 notes · View notes
syifaaleida · 1 year
Text
Sudahi overthingkingmu kawan.
Gulung lenganmu, seduh kopi sachetmu, lalu gas. Tidur.
*bangun bangun kopinya belum diminum, dan dingin. -____-"
Tumblr media
23 notes · View notes
arioagio · 27 days
Text
Tumblr media
Tumblr media
--- Semangat terus, jangan dikasih kendor.
------------------
👉🏻 Kalau mau 𝙨𝙞𝙢𝙥𝙖𝙣 dan 𝙨𝙝𝙖𝙧𝙚 post ini, boleh ya.
👉🏻 Gaskeun follow @𝙖𝙧𝙞𝙤𝙖𝙜𝙞𝙤 untuk dapat 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂.
🧒🏻 Jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚘𝚗𝚜 𝚘𝚏 𝚕𝚘𝚟𝚎,
ᗩᖇIO ᗩ. ᘜIO
5 notes · View notes
yurikoprastiyo · 1 year
Text
Ada yang menyimpan ceritanya dengan tulisan. Ada pula yang mengabadikan dengan sebuah jepretan. Ada yang tak memilih keduaya. Hanya mengabadikan dengan hati dan pikiran dalam sebuah kenangan.
513 notes · View notes
edgarhamas · 6 months
Text
"Masa Ini Akan Berlalu..."
Edgar Hamas | @ceritaedgar
Pernah dengar kisah seorang raja yang memiliki cincin bertulis "masa ini akan berlalu?"
Ia kisah singkat, tentang seorang raja bijak yang selalu diingatkan dengan kalimat "masa ini akan berlalu" setiap kali ia mendengar sebuah laporan dari menteri-menterinya.
Ketika ada laporan tentang hal buruk dan itu sampai ke telinga sang raja, ia pun sempat gelisah dan khawatir berlebih. Namun ia melihat cincinnya dan membaca "masa ini akan berlalu."
Gelisahnya hilang. Ia tahu masa buruk tak akan selamanya. Maka ia fokus membenahi masalahnya.
Pun ketika ada kabar gembira yang membuat semua orang bersorak-sorai, sang raja pun kembali menoleh melihat cincinnya, "masa ini akan berlalu."
Tadinya ia senang berlebihan. Namun setelah diingatkan oleh tulisan itu, ia kembali tenang. Ia senang, namun tak terlena dan bereuforia.
Siklus, itu adalah kuncinya. Sang raja jadi bijak karena tahu masa buruk tak akan selamanya. Masa senang pun tak akan berlama-lama. Sebab ia mengerti bahwa hidup berputar.
"Masa ini akan berlalu", kini coba kau renungkan. Jika kau sedang sedih, ketahuilah ia tak akan selamanya.
Pun bagi siapapun yang berbuat zalim. Kau mengira mereka akan di atas selamanya? Mengira bahwa mereka tak terkalahkan?
"Masa ini akan berlalu", yang zalim akan hilang. Yang di bawah akan naik. Yang tenggelam akan timbul. Yang dizalimi akan menang.
Termasuk di Gaza, Palestina.
Semua ada masanya. Semua ada waktunya. Yang sedang naik daun akan ada saatnya hilang. Yang terkenal akan redup. Yang berkuasa akan usai.
Semua yang di bumi itu fana. Akan usai. "...tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal..." (Ar Rahman 27)
270 notes · View notes
kurniawangunadi · 11 months
Text
Berbenah Diri
Hidup yang sering kita keluhkan dan mungkin hingga kita caci itu adalah hidupmu sendiri. Sebuah hal yang berangkat dari takdir-takdir yang sebagian besar berasal dari keputusan kita sendiri dalam hidup. Keputusan-keputusan yang menuntun kita pada kondisi tersebut.
Kalau mau membuat penyangkalan memang mudah. Mudah untuk mengatakan bahwa keadaan di sekitar kita se-toxic itu, separah itu, apapun namanya. Tapi keputusan kita untuk tetap di sana, adalah keputusan kita sendiri. Entah karena kita takut pada ketidakpastian jika pergi, takut pada hal-hal lain yang tak bisa kita kendalikan, takut pada sesuatu yang selalu muncul di dalam pikiran sehingga kita membuat keputusan itu tetap di kondisi tersebut.
Pada saat kita merasa tidak punya pilihan karena tidak memiliki pengetahuan, bukankah kita sendiri yang membatasi pengetahuan tersebut. Saat kita bisa membaca tulisan ini, artinya kita punya akses internet, dan itu sama dengan akses kepada ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Tapi kita membiarkan diri kita tenggelam pada aktivitas lain yang tidak memberi manfaat dan ilmu.
Keluh kesah kita pada hidup dengan segala pembenarannya, mungkin takkan pernah berujung dan selesai. Hingga kita sendiri berani untuk membuat keputusan yang berbeda. Keputusan yang selama ini hanya menggelayuti pikiran kita. Berandai-andai jika keputusan itu kita ambil.
Dan akhirnya kita berani mengambilnya.
Tapi kapan?
Apa yang kita tunggu?
Apa yang masih menakuti pikiranmu.
Apakah keberanian kita telah diblokade sehingga tak ada ruang untuk ia menyelinap, memunculkan dirinya. Apakah keyakinan kita sudah padam, disiram keraguan kita sendiri pada masa depan.
Dan apakah kita sudah terlalu sibuk menyalahkan takdir, atau menyalahkan orang lain atas hidup yang kita jalani? Dan kita mengeluh setiap hari, mencari pembenaran setiap waktu, tapi berakhir pada ketidakpekaan kita untuk melihat ke diri sendiri, bahwa selama ini, diri ini yang perlu berbenah, bukan orang lain. (c)kurniawangunadi
357 notes · View notes
kayyishwr · 5 months
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
117 notes · View notes
slythereeen · 11 months
Text
Aku Mah Gini Orangnya
Katanya, setelah menikah kita akan melihat karakter asli dari pasangan kita. Mungkin dari yang awalnya A jadi B, hingga dari A malah jadi Z. Kalau menjadi lebih baik, itu bagus. Tapi kalau sebaliknya (?). Sebagian orang akan berkata "aku mah gini orangnya". Kalimat tersebut biasanya jadi kalimat self defense untuk 'memaksa' kita menerima siapa mereka sebenarnya. Alhasil, ada beberapa kekurangan yang akhirnya 'terpaksa' kita terima.
Memang benar kalau misalkan menikah itu menerima segala kekurangannya. Tapi, pernyataan ini selamanya tidak benar. Ada sebuah kutipan menarik. Begini katanya:
"Marriage requires a balance between accepting a partner for who they are and challenging them to become the best version of themselves"
Katanya, menikah adalah tentang bagaimana caranya membuat sebuah keseimbangan antara menerima pasangan kita (beserta kelakuan-kelakuan yang kadang kita buat ilfeel) dan men-challenge dia jadi versi diri terbaiknya. Membuat dia menjadi dirinya yang lebih baik lagi. Bukan dia yang menyerah dengan keadaan dan bilang "aku mah gini orangnya". Jadi, kalau masih ada yang nerima "aku mah gini orang nya" untuk sebuah kelakuan yang sebenarnya bisa berubah, tugas kita adalah menuntun (bukan menuntut) agar dia menjadi pribadi lebih baik lagi. Pun juga sebaliknya (kita harus jadi lebih baik lagi).
Dah ah segitu dulu tulisan kali ini. Semoga kita menjadi orang-orang yang mau belajar lebih baik lagi dari hari kemaren. As always, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.
212 notes · View notes